Part. 7
Tak seperti malam biasanya Shane yang memeluk Thea dari belakang, tapi kali ini gantian. Thea yang memeluk Shane, di ranjang mereka. Berkali-kali Shane mendesah pelan. Dia tahu papa adalah orang yang keras.
Dia menyetujui pernikahannya dengan Thea karena Shane berjanji akan melanjutkan perusahaan papa. Dan juga demi Linda. Makanya saat itu papa setuju. Tapi kini saat sahamnya mulai turun karena perbuatan Matthew dia pula yang harus menanggungnya!
“Kalau saham perusahaan kamu naik lagi, apakah kamu akan tetap menikahi Sabrina?” Thea menempelkan pipinya di punggung Shane yang berbaring membelakanginya.
“Sepertinya tidak, tapi akan susah sekali menaikkan saham perusaan disaat kritis seperti ini,” Shane memejamkan mata, papa sangat menyayangi perusahaannya. Karyawan disana berjumlah ratusan ribu, kalau sampai sahamnya jatuh lalu collaps maka karyawannnya akan kehilangan pekerjaan dan akan menambah jumlah angka pengangguran di Indonesia.
Papa tidak terlalu mencintai Indonesia, namun dia sangat mencintai Mama, wanita asli Indonesia. Karena itu meskipun di darahnya tak mengalir darah Indonesia namun dia tetap akan membela Negara ini, berusaha ikut andil dalam mensejahterakan rakyat.
“Bagaimana kalau kita lakukan promosi besar-besaran untuk perhotelan kamu,” ucap Thea, Shane membalikkan badannya, mendengarkan penjelasan Thea lebih lanjut. Thea pun duduk bersila di atas kasur.
“Jadi gini, kita gunain berbagai media untuk melakukan promosi, kamu bisa bikin iklan tiga kali sehari di prime time, kamu tentu mengenal tim advertising di perusahaan televisi kantor aku kan, dan kamu juga mengenal manager dari TV lainnya, akan sangat mudah memasukkan iklan, minta potongan harga dari mereka. Untuk radio, aku akan bantu menghubungi beberapa kenalan aku di radio-radio agar mau mengiklankan hotel kamu, kita juga kerjasama dengan penyedia jasa online, turunkan harga hotel namun tingkatkan kualitas pelayanan,” Mata Shane melebar dia ikut duduk mendengarkan penjelasan istrinya.
“Kamu bisa bikin penawaran untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia, buat proposal mengenai kegiatan gathering, beri diskon untuk mereka, agar terjadi repeat order, target market kita bukan keuntungan sesaat tapi repeat order, kamu bisa bayangkan setiap tahun mereka akan kirim ratusan karyawannya, dan dikali ratusan perusahaan yang kerjasama, berapa banyak keuntungan yang akan kita dapat,” Thea berbinar, Shane memandang lekat bibir wanita di depannya, dia masih terus berbicara mengenai target market dan ide tentang iklan yang harus di garapnya.
Mereka lalu membuka laptop untuk membuat planning yang akan dilakukan dengan sebuah slide. “Kamu harus libatin seluruh karyawan kamu Shane, seluruh hotel kamu.” Thea masih mengetikkan kata-kata di tuts laptop, sesekali dia browsing mengenai tempat pariwisata di sekitar hotel Shane, dia yakin dengan begini bisnis perhotelan suaminya itu akan berkembang dengan pesat dan meraih kejayaannya.
Thea bahkan sudah pindah ke meja kerja Shane di ruangan lainnya, dia sangat serius menangani permasalahan ini, satu sisi dia tak ingin kehilangan suaminya. Dia tak mau ada wanita lain lagi dalam kehidupannya. Sudah cukup dia menjadi jahat dengan menjadi istri kedua. Dia tak ingin mengalaminya lagi. Merindukan Shane sungguh sangat menyakitkan!
Tak ingin mimpi buruk terulang lagi tanpa Shane disampingnya. Dia baru saja merasakan indahnya berumah tangga dengan Shane, namun mimpi buruk sudah akan menghampirinya. Dia ingin membuktikan ke papa Mario bahwa tanpa harus ada pernikahan bisnis pun, usaha mereka akan tetap berjalan. Dan thea tak ingin main-main dengan hal itu.
“Astaga Thea, ini sudah jam 3 dan kamu masih mengotak atik laptop, Slide itu bisa dikerjakan nanti sayang…” Thea melirik jam dinding dan memang waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi, dan apa tadi? Sayang? Ini pertama kalinya Shane memanggilnya sayang, wajah Thea bersemu, dia menatap Shane yang rambutnya sudah acak-acakan.
Lelaki tampan itu hanya mengenakan kaos dalam berwarna putih dan celana boxer. Sambil tersenyum dia menunduk melihat hasil kerja Thea.
“Ini tanggung Shane aku hanya tinggal mencari cast untuk iklan aja, habis itu aku ke kamar deh,” Rayu Thea dia mengecup bibir Shane yang memang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Shane membalas ciuman itu dengan lama dan hangat.
“Kamu mau tidur? Atau mau aku tidurin?” ancam Shane membuat Thea terkekeh.
“Shane, kamu pernah bilang kalau Papa menjadi sponsor atlet kan? Gimana kalau kita jadiin pemain bola sebagai brand ambassador kita, jadiin bintang iklan kita sekalian,” Shane tersenyum lebar mendengar kata ‘kita’ yang istrinya sematkan.
“Hmmm boleh, manurut kamu siapa?” Shane duduk di pegangan kursi,sebelah tangannya merangkul bahu Thea,”
“Gimana kalau Ronaldo,” Shane tertawa terbahak-bahak,
“Papa sponsor atlit Indonesia sayang,” Shane mengacak rambut Thea dengan gemas, Thea hanya tersenyum bodoh, ya mungkin memang sudah waktunya dia tidur otaknya mulai tidak nyambung lagi.
“Gimana kalau Al ghazali,” gagas Shane, Sontak Thea tertawa keras, dia juga bukan atlet melainkan artis, anaknya Ahmad Dhani, dan hal itu mengingatkannya dengan lagu madu 3 dari Ahmad Dhani yang membuat dia tertawa ketika Linda menginap dahulu. Thea mengusap genangan air di pelupuk matanya karena terlalu keras tertawa.
“Kamu ingat gak Shane, pas Linda nginep disini aku ketawa keras, kamu tahu karena apa?” Shane menggeleng. “Waktu itu aku tiba-tiba ngebayangin kamu nyanyi lagu madu 3 nya Ahmad Dhani ayahnya Al, sambil joget - joget ala India gitu,” Thea memegang perutnya karena tertawa lagi.
“Ohhh jadi itu,,” Shane berdiri dan berkacak pinggang, lalu dia berjalan ke depan meja dengan gaya konyol dia menutup muka dengan lengannya, lalu membuka tutup wajahnya “Senangnya dalam hati, kalau beristri dua hei hei…” Shane menyanyikan lagu itu sambil berjoget ala India, Thea semakin terpingkal, dia menarik tangan Thea untuk berjoged sambil masih terus berucap hei hei hei…
Thea menolak dia sebaiknya pergi ke kamarnya sebelum pipis di celana karena aksi memalukan Shane barusan. Tapi Shane terus mengekornya sambil mencoleknya dan bilang “Hei hei..senangnya hei hei…” dia terus menggoda Thea.
Istrinya itu langsung lari dan menutup pintu kamar,
“Kalau kamu gak berhenti nyanyi dan joget aku gak akan bukain pintu, perut aku kram Shane ketawa hahahhaa,” Thea memegang kenop pintu tapi tak menguncinya, hingga dengan sekali dorongan saja Shane sudah mampu membuka pintu itu, sambil berjalan ke kasur dia masih berjoged malah kali ini berjoged salsa…
“Cukuppp aku mau ke toilet adududuuh…” Thea berlari ke toilet di kamarnya tak kuat menahan pipis. Shane masih terkekeh puas mengerjai istrinya.
***
Akhir-akhir ini Shane sangat sibuk mengurusi perusahaannya, dia mulai melakukan promosi besar-besaran dan meeting dengan seluruh direksi dari perusahaannya bahkan juga meeting dengan para pemegang saham.
Bahkan sudah beberapa hari dia tidak pulang kerumah karena harus keluar kota mengurusi anak-anak hotelnya yang lain. Dia sangat serius terjun langsung ke tingkat paling bawah sekalipun. Sesekali dia menelepon Thea menanyakan keadaannya namun itu tak lama, karena waktu Shane seolah telah tersita dengan pekerjaannya.
Thea terjaga ketika ada seseorang masuk ke dalam selimutnya dan memeluknya erat. Tapi bibirnya menyunggingkan senyum ketika mencium aroma maskulin dari pria yang menempel padanya.
“Kamu kemana aja? Aku kangen,” Thea membalikkan tubuhnya. Dipeluknya lelaki itu dan diciuminya bibir Shane dengan lembut. Shane tak ingin melepaskan pelukannya mereka berpelukan dan Shane mengusap punggung Thea lalu meremas bongkahan pantatnya. Senyum jahil Shane keluar. Dia menenggelamkan wajahnya ke d**a Thea menghirup aroma tubuh wanita itu lama sekali.
“Aku juga kangen sama kamu,” sudah bisa dipastikan hal yang selanjutnya terjadi, penyatuan dua insan meraih kepuasan lahir batin.
Shane meregangkan tangannya membiarkan wanita disampingnya menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal. Thea mengusap d**a bidang Shane, memainkan jarinya turun naik.
“Besok kita gak jadi ke pesta kerabat papa, aku ada meeting dadakan,” wajah Shane terlihat pias. Tak masalah sebenarnya bagi Thea karena dia tak tahu dan tak pernah tahu pesta konglomerat itu seperti apa diapun tak ingin tahu. Yang dia inginkan adalah dia bisa memiliki Shane seutuhnya dan selamanya.
Dengkuran Shane terdengar halus sekali, sepertinya tubuhnya sangat kelelahan karena aktifitas luar biasanya akhir-akhir ini. Thea mengecup kening Shane dan menyelimutinya. Dia mengenakan bajunya kembali dan turun ke bawah. Entah kenapa dadanya terasa bolong. Mungkin secangkir coklat hangat mampu menenangkan perasaannya yang tidak karuan.
Dia sudah sangat mencintai Shane, tapi lelaki itu tak pernah sekalipun mengutarakan perasaannya, apakah dia sudah jatuh cinta dengan Thea? Atau yang dia lakukan hanya karena hasrat semata. Thea butuh pengakuan setidaknya dia ingin hubungan yang dijalaninya berlandaskan cinta, maka rintangan sebesar apapun dia yakin akan mampu dilewati.
Cokelat hangat memang dapat menengkan Thea setidaknya untuk saat ini. Matanya sudah sangat mengantuk dan dia pun memutuskan untuk tidur.
Ditatapnya wajah Shane dari dekat, pria itu masih terlelap. Sementara mata Thea tak jua mau terlelap, dia ingin berlama-lama menatap wajah suami dihadapannya, dia ingin mengingat setiap detail wajahnya, bulu mata yang panjang, hidung yang mancung dan rambut tipis yang mulai tumbuh di sekitar bibirnya. Bibir berwarna kemerahan yang tak pernah menyentuh rokok. Lehernya yang tampak jenjang.
Dadanya yang bidang, dan perutnya yang kotak-kotak. Dan benda kebanggaannya yang akan mampu membuat wanita manapun mabuk kepayang. Tangannya yang kekar, dan kaki yang ditumbuhi bulu agak lebat.
Airmata tiba-tiba menetes dari kedua mata Thea, dia membekap mulutnya agar tak menangis. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi sensitive. Dia sungguh tak ingin kehilangan lelaki ini. Setelah tangisannya mereda dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan memeluk Shane dengan erat.
***