Di rumah Ayah Nisa, ketiga gadis itu asyik mengobrol. Mira tidak menyangka jika ibu tiri Nisa itu baik. Melihat penampilannya wanita itu terkesan judes, namun setelah kenal lebih dekat ternyata wanita tua itu asyik diajak mengobrol. Ibu Tiri Nisa bernama Bu Laila.
Ia tidak bisa memberi keturunan untuk suaminya makanya atas izin darinya Ayah Nisa menikah lagi dengan anak tetangganya sehingga lahirlah Nisa. Walaupun Nisa bukan anak kandungnya wanita itu sangat menyayanginya. Bahkan semua yang menyangkut Nisa malah dirinya yang sok berkuasa.
"Kalian siap-siap sholat maghrib!" perintah Bu Laila.
"Iya, Ni." Jawab Talitha. Gadis itu memanggil Bu Laila dengan sebutan Nini karena kakak kandung ayah Nisa itu adiknya Kakek Talitha.
Selepas Isya Ayah Nisa baru datang. Pria tua bertubuh tinggi berusia 60 tahun-an tampak masih gagah.
"Ada tamu? itu siapa?" tanya pria tua itu.
"Ini Teh Mira, Pih. Teman kostan Nisa," jawab putrinya.
"Oh..Iya Apih ingat," ujarnya.
Mereka sudah pernah bertemu beberapa kali. Jika kebetulan ke Jakarta ayahnya Nisa sering mampir ke Bogor menjenguk putri semata wayangnya.
"Hayu, Pih kita makan dulu!" ajak Istrinya. Mereka lalu makan malam bersama dengan tenang. Tentunya dengan hidangan istimewa yang sengaja tersaji.
***
Mira mengecek ponselnya. Seharian ini ia belum memberikan kabar lagi buat ibunya.
Umi
Neng besok pagi pulang ya!
Mira
Tidak bisa atuh Mi, sepertinya Mira pulang sore.
Umi
Kamu ditunggu Abah.
Mira
Mira jadi takut Abah marah.
Umi
Umi jamin 100 persen si Abah tidak akan marah.
Mira
Tolong bilang ke Abah, kalau Mira pulangnya sore ya. Mira mau jalan-jalan dan nyari oleh-oleh dulu.
Umi
Iya. Nanti di jemput mang Asep di terminal.
Mira
okey.
***
Sekitar pukul setengah sepuluh malam sebuah mobil Mercedes silver berhenti tepat di halaman rumah Bu Laila. Seorang pria tampan mengenakan kaos polo biru dongker turun. Lalu berjalan menuju pintu rumah.
"Assalamualaikum." Ia mengucap salam tepat di depan pintu rumah.
"Waalaikum salam," jawab Bu Laila.
Bu Laila yang kebetulan baru mematikan lampu ruang tengah segera menuju ruang tamu.
"Iyan, kirain besok pagi kamu ke sininya." Begitu melihat keponakan suaminya ia langsung bertanya.
"Semua urusan sudah selesai Bi, Lagipula besok saya harus sudah kembali ke Jakarta," jawab pria bernama Iyan itu.
"Oh..." Bu Laila manggut-manggut.
Keduanya sudah berada di dalam rumah.
"Talitha ada di sini?" Tanyanya.
"Iya. Sekarang sepertinya sudah pada tidur," jawabnya.
" Ya sudah, saya juga mau istirahat dulu." Iyan pamit kepada bibinya.
"Sudah makan?" Bu Laila menahan langkah Iyan.
"Sudah," jawabnya singkat. Kemudian pria itu segera menuju kamar tamu. Perjalanan tadi siang dari jakarta ke Bandung lalu Garut sangat melelahkan.
****
Pukul setengah 6 pagi Talitha, Nisa dan Mira berjalan-jalan pagi. Mereka sengaja ikut Bu Laila ke Pasar.
"Ayo gadis-gadis kita belanja!" Bu Laila mengajak mereka.
"Pake mobil Tata saja ya Ni?" Talitha menawari.
"Oke," jawab Bu Laila
Nisa sama Mira mengikuti saja.
"Aku mau beli burayot," seru Tata. Gadis berumur 18 itu tampak riang.
"Beli oleh-oleh yang lain nanti siang saja ya sekalian jalan-jalan," ujar Bu Laila
Satu setengah jam kemudian mereka sudah kembali lagi. Tentunya mereka membawa banyak belanjaan berupa sayuran dan kebutuhan dapur lainnya.
***
dug..
Tanpa sengaja Mira yang baru menuruni tangga menubruk tubuh Iyan. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi yang terletak di bawah tangga.
"Maaf!"seru Mira dengan nada bersalah.
"Lain kali kalau jalan hati-hati!" seru Iyan. Pria itu lalu menatapnya. Cantik. Batinnya berkata. Tiba-tiba pikirannya melayang mengingat Almarhum istrinya.
"Iya." Mira tertunduk malu ditatap oleh pria tampan itu. Gadis itu tampak bingung dengan sosok di dekatnya yang belum ia kenal.
"Eh, A Iyan kapan datang?" Nisa menyapa Iyan. Dengan manjanya ia memeluk pria itu.
"Tadi malam. Kamunya sih sudah tidur," jawabnya sambil tertawa.
"A Iyan...katanya pulang dari Prancis. mana oleh-olehnya?" Nisa menagih oleh-oleh.
"Baru ketemu malah nanyain oleh-oleh sih." Pria itu menjembel pipi Nisa.
"Kan sudah janji," rengekannya.
"Nanti dikirim lewat paket. Kemarin buru-buru," jawabnya.
"Kenalin nih, Teman Nisa namanya Teh Mira." Nisa memperkenalkan Mira yang sedari tadi diam mendengarkan percakapan mereka.
"Hai." Pria itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.
"Tata mana?" Pria itu malah mencari Talitha.
"Ke warung tadi sih mau beli dulu gorengan." Jawab Nisa.
"Oh..." Pria itu pun lalu meninggalkan keduanya.
"Itu siapa?" bisik Mira.
"Ganteng ya teh? Tidak kalah kan dengan ketampanan Pak Satria?" Nisa tersenyum.
" Hmm, iya. Emanya dia teh siapa?" Mira penasaran.
"Papanya Talitha," jawab Nisa.
"Oh...masa sih masih muda." Mira tidak percaya. Ia yakin pria itu belum 50 tahun. 40an juga entah.
"Duren...duda Keren." Nisa terbahak.
****
Perasaan Mira jadi tidak jelas dag dig dug...sejak pertemuan dengan pria bernama Iyan alias kakak sepupu Nisa yang juga Ayah kandung Talitha gadis itu jadi sering salting.
Tadi saja waktu makan bersama, Mira merasa detak jantungnya tidak karuan.
"Ayo teh, katanya mau nyari oleh-oleh," ajak Nisa kepada Mira yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Iya, teteh mau beli dorokdok sama dodol," jawab Mira.
"Nisa cari Tata dulu ya." Nisa pun pergi ke belakang.
"Iya." Mira yang duduk di ruang tamu mengangguk.
5 Menit kemudian Nisa dan Tata sudah berdiri dekat Mira.
"Ayo teh. Kita pergi barusan Nisa sudah pamit sama Amih dan Apih," ajak Nisa
Mira lalu berdiri. Ketiganya pun keluar dari rumah menuju mobil Tata yang terparkir di samping mobil Iyan
"Kalian mau kemana?" tiba-tiba Iyan datang mendekati mereka.
"Kita mau jalan-jalan Pa," jawab Tata anaknya.
"Papa antar ya." Iyan menawarkan diri.
"Asyik, serius Pa. Bolehlah." Tata tampak antusias begitupun Nisa. Alamat bakal dapat rejeki nomplok dapat banyak traktiran.
Sementara Mira menahan nafasnya. Dadanya jadi bergemuruh begitu. Mungkinkah dirinya jatuh cinta sama Papanya Talitha? Masa iya.
***
TBC