Part 6
Seorang lelaki tampan memakai kaca mata hitam dan masker berwarna hitam serta topi, salah satu tangannya menggeret koper berukuran sedang dan sebelah tangannya lagi menyapirkan jaket berwarna hitam dipundaknya. Style pakaian dan celana yang dipakai berwarna hitam menunjukkan sosok tegas di dalam tubuhnya padahal tak seperti itu. Kini matanya menyapu sekliling untuk melihat sosok adiknya yang menjemputnya di bandara. Senyuman lebar terukir dibibirnya ketika mengetahui adiknya di sana hanya berjarak 7 meter dari tempatnya berdiri.
Ia berjalan agak cepat begitu pula adiknya yang menghampirinya. Segera ia peluk adiknya dan menguyel wajah adiknya gemas meskipun umur mereka berjarak empat tahun tak membuat mereka malu di tempat umum untuk bertengkar.
"Apaan sih bang! "bentak adiknya ketika wajahnya terasa berantakkan akibat ia menguyel-uyelnya.
" Lagian merengut mulu wajah lo kayak gak ada ekspresi lain. "kini koper yang tadi ia bawa kini berganti dibawa oleh sopir yang tadi mengantar adiknya ke sini.
Sebenarnya bisa saja ia dijemput sopir kalau ayahnya tak bisa menjemputnya tapi sudah kebiasaan dirinya jika ia harus dijemput oleh salah satu keluarganya karena menurutnya itu lebih menyaksikan.
"Lagian ngapain sih lo pulang! "sarkas adiknya padanya.
" Karena pacar gue pulang jadi gue ikutan pulang. Lagian sekolah kita mau ada tanding kan soalnya kemarin temen lo ngabari gue jadi ya gue mungkin bantu temen lo latihan. " ia merangkul adiknya erat dan akan mencekik leher adiknya jika adiknya itu melepaskan tangannya.
" Risih gue, lo rangkul! "adiknya memukul perutnya membuat ia tak jadi merangkul adiknya itu.
" Ya elah dirangkul abangnya sendiri kok gak mau sih! Labil! "
Adiknya hanya diam tak menjawab ucapannya.
Kini keduanya telah berada di parkiran dan mulai memasuki mobil milik ayah mereka itu.
Di dalam mobil pun ia tak henti-hentinya menggoda adiknya. Sudah kebiasaan ia selalu menjahili adiknya itu sejak mereka berusia anak-anak.
"Den Adit mau mampir ke restoran dulu kah? "tawar seorang sopir pribadi keluarga itu.
Ya sosok lelaki tampan yang baru saja pulang ke tanah kelahirannya itu bernama Abrissam Aditya Rayhan, putra pertama Bryan dan Nadya kini menginjak usia 21 tahun. Sekarang si bayi mungil kesayangan Nadya dan Bryan itu sudah menjelma menjadi laki-laki dewasa walau terkadang sifat anak-anak sering muncul. Bayi yang dulunya merasakan kejadian-kejadian di masa lalu dan pernah hampir kehilangan nyawa karena sebuah tragedi yang tak ingin Nadya ingat. Tragedi yang membuat Nadya depresi sebab takut membayangkan jika nyawa Adit melayang begitu saja. Walau masih nampak jelas bekas luka di area tubuh Adit tak membuat Adit menyalahkan masa lalu orang tuanya itu, ya Adit telah mengetahui banyak hal yang menimpa keluarganya dulu namun demi keutuhan keluarganya ia tak mau untuk mengungkit masa lalu yang buruk lagi dan berusaha melupakan kenangan pahit itu atas kelalaian ayahnya dulu. Sebuah masa lalu buruk orang tuanya yang nantinya menjadi pembelajaran untuk dirinya sendiri.
"Gak usah deh pak, pengen pulang nyicipin masakan bunda aja deh lebih mantap! "seru Adit tak sabar. Ia merindukan bundanya yang selalu memanjakannya itu.
" Woyy diem mulu lo! "bentak Adit pada Daniyal.
Daniyal hanya menghela napasnya pasrah, nantinya ia akan mengunci rapat-rapat pintu kamarnya. Ya pasti sebab abangnya itu selalu menganggu aktivitas kesehariannya itu.
" Abang! "teriak Daniyal ketika Adit malah menyenderkan kepalanya di pundaknya dan pastinya itu sakit rasanya. Tubuh kakaknya lebih besar dibanding dirinya yang tak begitu menyukai olahraga.
" Apaan sih! Gue ngantuk! "Adit dengan seenaknya menjadikannya adiknya tempat sandaran untuk tidur.
...
" Bunda! "teriak Adit ketika sosok yang ia rindukan tepat di hadapannya.
Nadya nampak tersenyum lebar melihat putra sulungnya ternyata sudah pulang. Adit bergegas memeluk bundanya, walau dua bulan tak pulang rasanya tetap ia merindukan bundanya padahal ia sering kali menelpon bundanya.
"anak bunda udah pulang, gak pusing kan kepalanya? "Nadya mendongak menatap anaknya yang tubuhnya lebih tinggi darinya sembari ia mengusap dahi anaknya pelan.
" Bunda, Adit laper banget! "Adit merangkul bundanya dan tangannya yang jahil pun melempar jaketnya ke arah Daniyal.
" Bawain! Gue mau mesra mesraan ama bunda. "Adit merangkul bundanya untuk menuju dapur.
" Eh bunda sampai lupa ada Daniyal, Daniyal ayo makan siang! "Ketika Nadya akan berbalik namun ditahan oleh Adit.
" Udahlah Bun, anakmu yang tak pernah pulang ini yang didahulukan. "
Daniyal memutar bola matanya malas mendengar rengekan Adit yang tak ada habis-habisnya. Ia membiarkan kakanya seperti itu lantas bergegas masuk ke dalam kamar dan tak lupa menaruh jaket kakaknya ke dalam rak baju kotor.
" Abang pulang! "teriak Syifa ketika membuka pintu toilet dapur ternyata kakaknya sudah pulang dan sedang mengobrol dengan bundanya.
" Cipa!! "Adit merentangkan kedua tangannya lebar dan langsung memeluk tubuh mungil adiknya itu. Syifa memang lebih dekat dengan Adit sejak kecil sedangkan Nevan lebih membutuhkan Daniyal daripada Adit.
" Abang bawa hadiah untuk Cipa,"ujar Adit seraya mencubit pipi adiknya yang chubby.
"Hadiah apa bang? "
" Ntar aja deh abang kasih tau bareng sama yang lain juga. "Adit terkekeh pelan melijat wajah kesal Syifa.
" Ihh seharusnya nanti aja abang bilangnya jadi kan gak buat Cipa penasaran. "Syifa mengerucutkan bibirnya sebal.
" hehe abang keceplosan tadi."Adit mengecup pipi Syifa gemas.
"Adit nunggu ayah pulang sama Nevan gimana? Nanggung nih, kalau makan ramai-ramai kan enak gitu. Oh ya ngajak Kirana gak? "tanya Nadya pada Adit.
" Kalau Kirana entar aja bun, ini buat kejutan untuk dia. Mungkin besok, intinya jangan bilang siapa-siapa. "Adit tersenyum penuh arti. Sikap usilnya tidak pada adiknya saja melainkan untuk kekasihnya.
" Gue bilangin kak Rana aja deh! "teriak Daniyal dari lantai atas.
" Gue hajar lo deh! "
" ABANG! "teriak Syifa marah.
" Toplesku ishh! "Syifa merebut toples yang hampir dibanting oleh abangnya. Ia memang sedari tadi asyik memakan keripik singkong serta menyimak percakapan abangnya dengan bundannya.
" Ehh maaf Cipa! "Adit pun menarik hidung Syifa gemas. Nadya melihat anak-anaknya itu dengan senyuman penuh kasih sayang.
...