Part - 19

1250 Kata
Alena menatap tajam mata Revan. Air matanya sudah di pelupuk mata. Dia ingin sekali menangis sambil menampar wajah Revan di depannya. Namun, dia tahan. Meski koridor lantai atas sangat sepi karena jam istirahat dia tetap tidak ingin melakukannya. "Sudah puas kan lo mengahancurkan semuanya? Hidup gue, reputasi gue di sekolah. puas lo sekarang!" Alena menangis. "Lo nggak tau susah payahnya gue bertahan selama ini. Semua baik-baik aja saat itu. Tapi lo datang, Cowok menyebalkan yang tiba-tiba merampas semua yang aku punya." Revan memandang Alena yang masih menangis. Pandangannya kosong,dia terdiam. "Gue tau. Gue tau apa yang lo rasakan." ucapnya lirih sambil menunduk. Alena mendongak memandang Revan, menunggu cowok itu melanjutkan kembali perkataannya. "Kalau lo pengen menang. Lo harus kuat, setidaknya untuk diri lo sendiri." setelah mengucapkan kalimat itu Revan pergi entah kemana sampai jam pulang sekolah pun dia tidak kembali. *** Alena sampai di rumah tepat jam 2 siang. Suasana begitu sepi, mobil yang tadi Revan pakai sudah ada di garasi itu pertanda cowok itu sudah pulang. Alena tiba di depan kamarnya, dia melihat pintu kamar Revan yang tertutup rapat. Tanpa mau berlama-lama disana dia pun memasuki kamarnya. Jam menujukan pukul 7 malam. Revan turun untuk makan malam bersama orang tuanya. Namun, pemandangan berbeda terlihat disana. Alena tidak ada di meja makan. Padahal sebelum turun Revan melihat kamar Alena yang gelap. Revan tidak mau berfikir yang berlebihan, dia makan dengan tenang dan segera kembali ke kamarnya setelah selesai. Revan berusaha untuk terlelap meski jam masih menujukan pukul 9 malam. Masih terlalu sore untuknya tidur. Dia membuang jauh rasa penasarannya tentang Alena. Namun, semakin dia memaksa tidak mau tau dia malah terus kepikiran. Cowok itu beranjak pergi ke kamar Alena. Tapi malah gadis itu tidak ada di kamarnya. "Kamu cari siapa, Van?" tanya papanya yang sedang menonton televisi. "Papa lihat Alena?" tanya Revan. Yang di balas gelengan kepala. "Alena sudah bicara sama kamu?" "Bicara soal apa?" "Kemarin malam papa cerita tentang kamu ke dia. Karena dia salah mengira dengan anak laki-laki yang dia kira Deren selama ini," jelas Hengki tenang. "Jadi dia tau?" Hengki mengangguk mantap. Revan tercengang, dia mengusap wajahnya gusar. Sedetik kemudian dia pergi mencari Alena berada. Bi yanti bilang jika Alena sedang sedih atau kangen dengan papanya dia akan berada di perpustakaan dekat persimpangan jalan. Revan harus kesana, dia harus meminta maaf pada gadis itu karena telah membuat harinya begitu kelabu. Sampailah Revan di depan perpustakaan yang bi yanti maksud. Bukannya masuk ke dalam perpustakaan,Revan malah memasuki cafe di depan gedung itu, dia akan memunggu Alena disini. Sudah hampir setengah jam Alena tidak kunjung datang. Revan masih setia menunggu. Tak berapa lama Revan melihat Alena yang baru keluar dari sana. Dia tersenyum dan segers berlari mengahampiri Alena. Dengan nafas tak beraturan Revan mencekal tangan gadis itu erat. "Revan, ngapain?" tanya Alena kaget dengan kedatangannya. Revan tersenyum lebar. Alena kebingungan dengan sifat cowok itu. Mengapa Revan berubah sangat cepat. Tadi pagi saja marah-marah sampai membuat kegemparan di sekolah. Mengapa saat ini dia tersenyum manis pada Alena. "Kenapa lo nggak ngomong kalau lo udah tau semuanya," tanya Revan menatap lekat kedua bola mata Alena. "Gue udah mau bilang. Tapi lo malah mara-marah." Revan tersenyum tipis,"Maaf, Al." ucapnya. Alena mengangguk dan tersenyum. Mereka pun akhirnya pulang karena hari sudah malam. Di sebrang jalan, seorang cowok tersenyum getir memandangi Revan dan Alena yang sudah berlalu. "Kita tutup cafe sekarang, mas?" tanya seorang pelayan kepada cowok itu. Dia mengangguk,"Mulai besok kita tutup cafe jam 10 ya." Ucapnya dan pergi memasuki mobil bmwnya. Meninggalkan debu tipis di tengah kesunyian malam. *** Pagi ini Alena di kagetkan dengan gedoran di pintu kamarnya yang begitu keras. Hari ini adalah hari libur Alena ingin memanfaatkan dengan tidur sampai siang hari. Tapi nampaknya rencananya akan gagal. Sambil mendumel Alena membuka pintu kamarnya. "Buruan siap-siap kita akan piknik hari ini." setelah mengucapkan kalimatnya mama pergi begitu saja. 'Piknik???' batin Alena bingung. Setelah sadar barulah Alena bergegas untuk menyiapkan barang bawaan. Di lain tempat Revan tengah mengeliat di atas ranjang. Matanya masih enggan terbuka. Dia mengecek ponselnya,masih jam 7 pagi tapi kenapa suara gaduh di luar begitu terdengar. "Woy buruan siap-siap. Kita mau piknik. Yang lama di tinggal." ucap Alena di ambang pintu kamar Revan. Cowok itu memandang Alena sambil tengkurap. Alena sudah siap dengan ootd piknikmya. Tak lupa memakai topi pantai. "Buruan bangun! Keburu di tinggal!" teriak Alena karena Revan masih dalam posisi awal. "Ck, nggak tau hari libur apa. Masih ngantuk nih." gerutunya tapi tetap bergegas untuk mandi. Di pelataran rumah, mama dan si om sudah mulai memasukan barang bawaan ke dalam bagasi mobil. "Aku sama Alena biar satu mobil. Kalian berdua naik mobil sendiri," ucap Revan yang baru saja datang dengan tas kecil di pundaknya. Alena melirik cowok di sebelahnya. Dalam hati Alena bertanya masih kah sandiwara ini tetap berjalan. "Baiklah, hati-hati jika menyetir. Kita akan ke pantai dekat sini. Nanti mama kirim lokasinya ke kalian." ucap mama sambil memasuki mobil. Mobil sedan hitam itu pun mulai pergi meninggalakan pelataran rumah. "Rencana apa lagi kali ini yang bakal lo lakuin ke gue?" tanya Alena curiga. Dia tetap harus waspada karena Revan sepertinya memiliki kepribadian ganda. Meskti kemarin cowok itu sudah memintaa maaf tapi tetap saja Alena masih belum yakin apakah permintaan maaf kemarin itu tulus. "Lo mikir apa kali ini hah?" tanya balik Revan. "Gue mana percaya sama lo begitu aja. Kemarin lo ajak gue jalan-jalan dan esok paginya lo bilang ke seluruh murid di sekolah kalau kita pacaran." sengit Alena. "Emang lo punya bukti kalau gue yang nyebarin kabar itu?" "Emang ada selain lo yang harus gue tuduh? Udah terbukti bahwa lo yang nyebarin berita itu kan!" Alena masih tak mau mengalah. "Denger ya. Gue emang berang saat tau lo di jemput sama Deren kemarin. Tapi dalam diri gue sama sekali nggak kepikiran buat ngasih tau anak-anak soal kita." ucap Revan dengan wajah merahnya. Alena terdiam. Jika bukan Revan lantas siapa? Yang mengetahui tentang perjanjian itu hanya dia dan kutu busuk ini. Mana mungkin orang lain tau. "Udah deh ya. Gue nggak mau berantem sama lo terus-terusan." ucapnya lembut. Akhirnya Alena luluh dengan ucapan Revan dia memasuki mobil dan tak beberapa lama jepp itu melaju membelah jalanan. Alena menikmati perjalanannya. Udara segar begitu terasa saat dia membuka kaca jendela mobil. "Wahhh..." ucapnya sambil menghirup dalam-dalam. Revan hanya tersenyum tipis melihat tingkah Alena. "Mobil di belakang kayaknya ngikutin kita terus deh," ucap Alena sambil melihat kaca spion. Revan mengikuti kegiatan Alena. dia mengamati mobil putih yang berada di belakang mereka. Dan sedetik kemudian mulai menancapkan gas untuk menghindari mobil di belakang. "Van, kalau lo mau mati. jangan ajak-ajak gue." Teriak Alena sambil mengencangkan pegangan karena Revan mulai mengebut. Setelah aksi mengebut yang memakan waktu 2 jam yang membuat Alena ingin pingsan.Mobil Jepp Revan dan Alena sudah sampai di tempat tujuan yang sudah mama tunjukan. Mereka pun turun dari mobil dan mulai menurunkan barang di bagasi untuk di bawa ke fila yang sudah mama pesan. "Setelah kalian sudah berberes. mama tunggu di warung dekat sana untuk makan ya," Ucap mama pada kedua anaknya. "Revan..." panggil seorang wanita cantik yang baru turun dari mobil putihnya. Revan menoleh ke arah datangnya wanita itu. Alena berhenti dari kegiatannya, dia memandang wajah wanita itu yang begitu cantik di usianya yang mungkin sudah menginjak kepala 5. "Anna, Mengapa kau kemari?" tanya Om yang begitu kaget dengan kedatangan wanita itu. "Tenang, aku hanya ingin melihat wajah anak ku." katanya yang membuat raut wajah Revan seketika berubah. 'anak? Revan bilang mamanya sudah meninggal. Tapi mengapa wanita ini terlihat sangat sehat? siapa wanita ini?' batin Alena
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN