Arletta menepati janjinya pada Ibra begitu juga dengan Ibra yang menepati janjinya pada Arletta. Setelah satu minggu penerbangan panjang mereka, keduanya akhirnya libur dan memakai waktu libur itu untuk mereka habiskan bersama. Ibra membawa Arletta untuk berjalan-jalan.
Ibra memilih salah satu tempat dipegunungan tinggi namun memiliki villa yang begitu cantik. Dulu keduanya sering pergi liburan bersama disaat mempunyai waktu, kini mereka sama-sama menikmati waktu bersama itu kembali. Keduanya tidak banyak menghabiskan waktu diluar, hanya di villa saja namun berdua sudah cukup bagi keduanya.
Saat pagi Arletta bangun dan membuatkan kopi untuk keduanya, lalu Ibra bangun dan memeluk Arletta dari belakang. Keduanya menikmati kopi bersama di balkon villa tersebut sambil berpelukan. Lalu keduanya sibuk bermain handphone untuk melihat video lucu atau hanya sekedar menonton film bersama sambil berpelukan.
Lalu keduanya mandi dan makan siang bersama, berjalan-jalan sebentar keluar sampai sore ataupun malam lalu kembali pulang dan menghabiskan waktu bersama. Keduanya mengulangi masa-masa dimana mereka menjalin hubungan. Tinggal bersama, menghabiskan waktu bersama, apapun dilakukan keduanya bersama. Mereka menghabiskan waktu libur mereka selama lima hari untuk liburan bersama.
Lalu keduanya kembali bekerja dengan jadwal penerbangan yang berbeda. Di saat Arletta sedang memakai seragam kerjanya handphonenya berdering. Nama yang tertera memenuhi layar handphonenya adalah Mommy Thomas. Arletta memang mempunyai nomor kedua orangtua Thomas. Kedua orangtua Thomas sering menghubunginya, tanpa pikir panjang Arletta segera mengangkat panggilan tersebut.
“Hallo,” sapa Arletta.
“Hai Arletta, apa kabar?” tanya Mommy dari Thomas itu.
“Baik, bagaimana denganmu Bibi?” tanya Arletta.
“Aku juga baik, tapi Thomas yang tak baik. Kau ada dimana? Apa kau bersiap untuk bekerja? Aku bertanya kepada pihak maskapai kemarin kau libur tapi kau tak pulang, apa kau sedang pergi?” tanya wanita paruh baya itu.
“Ya, aku sedang pergi liburan,” jawab Arletta. “Ada apa?” tanya Arletta lagi.
“Apa kau sedang bertengkar dengan Thomas?” tanya wanita itu lagi membuat Arletta mengernyitkan keningnya.
“Apakah Thomas yang mengatakannya?” tanya Arletta.
“Tidak, dia tidak mengatakan apapun. Hanya saja tak biasanya dia hanya di rumah dan sampai sakit. Dia tak mau kau tahu jika dia sedang sakit, kau juga tak bertanya dan berkunjung. Aku juga baru tahu kau tak pulang saat berlibur, itu sudah sangat menunjukkan bahwa hubungan kalian sedang tak baik. Kau pergi liburan sendiri?” tanya wanita itu lagi.
“Ya, aku pergi sendiri. Thomas sakit apa? Bagaimana keadaannya saat ini?” tanya Arletta khawatir. Walaupun hubungan mereka tak baik Arletta juga khawatir saat tahu jika Thomas sedang sakit.
“Sudah beberapa hari ini badannya panas, dia tak mau ke rumah sakit. Aku pikir kau bisa membujuknya, keadaannya belakangan ini sangat kacau. Apa aku boleh tahu apa masalah kalian?” tanya wanita itu penasaran. Arletta menghela napasnya panjang dan itu terdengar oleh Mommy dari Thomas.
“Maaf karena aku tak bisa memberitahumu, cukup kami saja yang tahu. Tapi aku akan mencoba membujuk Thomas, aku akan meminta jadwalku untuk diatur ulang supaya aku bisa melihat Thomas. Aku akan segera menemuinya, terima kasih sudah memberitahuku. Mungkin jika tidak dikasih tahu aku tak akan tahu, ini salahku. Aku akan mencoba memperbaikinya nanti dengan Thomas, terima kasih Bibi. Jaga Thomas untukku, aku akan segera pulang untuk menemuinya,” kata Arletta lagi membuat wanita paruh baya itu tersenyum.
“Baiklah, aku sangat senang mendengarnya. Aku bisa mengandalkanmu Arletta, terima kasih. Aku akan menunggumu,” kata wanita itu.
Arletta mematikan sambungan tersebut dan mencoba menghubungi Thomas. Namun pria itu tak menjawabnya, beberapa kali Arletta mencoba menghubungi tetapi pria itu tak kunjung menjawabnya. Maka Arletta menyelesaikan persiapannya dan segera keluar untuk mengatur jadwal penerbangannya. Seharusnya untuk seminggu ke depan Arletta akan mempunyai jadwal penerbangan. Namun Arletta ingin minta perubahan untuk melakukan hanya dua hari saja. Bagaimanapun Arletta khawatir dengan keadaan Thomas saat ini.
***
“Terima kasih sudah datang Arletta,” kata Mommy dari Thomas itu dengan terharu.
“Aku yang seharusnya berterima kasih, apa Thomas ada di kamarnya?” tanya Arletta memastikan dan wanita paruh baya itu menganggukkan panggilannya.
“Pergilah ke kamarnya, panggil aku jika kau membutuhkan sesuatu. Thomas pasti sangat senang dengan kedatanganmu,” kata wanita itu sambil memeluk Arletta.
Wanita itu baru saja tiba dan langsung ke rumah orangtua Thomas. Biasanya pria itu ada diapartemennya namun karena sakit Thomas memilih pulang ke rumah orangtuanya. Arletta juga mendapat perubahan jadwal kembali, kopernya juga masih dibawanya. Karena Arletta memang tak langsung pulang tapi langsung saja ke rumah orangtua Thomas untuk menemui pria itu.
“Kopermu tinggalkan saja, aku akan menyuruh asistenku nanti untuk membawanya ke atas. Segeralah naik ke atas dan temui dia,” kata wanita itu lagi membuat Arletta tersenyum.
Arletta langsung saja naik ke atas dan menuju kamar Thomas. Ini bukan pertama kalinya bagi Arletta untuk datang kesana, maka itu Arletta tahu letak kamar Thomas. Sebelum masuk Arletta menghela napasnya panjang, lalu mengetuk pintu kamar tersebut namun masih tidak menemukan jawaban.
Lalu Arletta mencoba mengetuk lagi namun masih tak ada jawaban membuat Arletta membuka pintu tersebut dan masuk. Pandangan Arletta langsung tertuju pada Thomas yang tertidur dengan selimut yang menutupi tubuh pria itu. Dengan perlahan Arletta menutup pintunya kembali dan berjalan mendekat. Arletta melihat wajah Thomas yang pucat, pria itu sangat jarang sakit.
Maka itu ketika melihat Thomas berbaring seperti itu membuat Arletta merasa sedih. Dengan perlahan Arletta duduk di tepi ranjang supaya tidak membangunkan Thomas, wanita itu mulai menilai penampilan Thomas yang menurutnya cukup berantakan. Bulu-bulu halus sekitar rahang Thomas mulai tumbuh.
Biasanya pria itu sangat memperhatikan penampilan, Arletta sering membersihkannya begitu juga dengan Thomas. Lalu Arletta melihat tubuh pria itu lebih kurus dibandingkan sebelumnya, hal itu membuat Arletta merasa miris. Matanya sudah berkaca-kaca melihat keadaan Thomas yang sangat kacau karenanya itu.
Arletta menggenggam tangan Thomas dengan perlahan dan merasakan tangan pria itu yang hangat. Arletta merasa sedih melihat keadaan Thomas saat ini, pria itu tak pernah sampai seperti ini karenanya. Ini pertengkaran mereka yang paling lama dan parah, Thomas biasanya sakit apabila sudah terlalu kelelahan bekerja.
Thomas merasa terganggung dengan tidurnya sehingga pria itu terbangun membuat Arletta terkejut dan menarik tangannya karena sudah mengganggu Thomas yang tidur. Pria itu membuka matanya dan terkejut melihat Arletta, namun sejenak pria itu memejamkan matanya kembali lalu membukanya untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah.
“Hai, ini benar aku Arletta,” kata Arletta yang paham dengan pikiran Thomas.
“Arletta,” panggil Thomas serak membuat Arletta memaksakan senyumnya ketika mendengar suara Thomas yang tidak baik-baik saja. Pria itu berusaha untuk duduk namun Arletta menahannya.
“Kau berbaring aja, jangan duduk. Aku tak masalah dengan itu, kau butuh istirahat,” kata Arletta. Namun Thomas menggelengkan kepalanya, akhirnya Arletta membantu Thomas untuk bersandar di kepala ranjang dengan bantal yang ada di belakangnya sebagai penyangga.
“Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Thomas saat merasa sudah nyaman dengan posisinya. “Bukankah kau masih punya jadwal penerbangan sampai seminggu ke depan?” tanya Thomas lagi membuat Arletta menggelengkan kepalanya.
“Kenapa kau tak memberitahuku?” tanya Arletta mengalihkan.
“Memberitahu apa?” tanya Thomas.
“Memberitahuku tentang keadaanmu saat ini, kau sakit. Kau tak menghubungiku ataupun mengirim pesan padaku, kenapa kau tak melakukannya?” tanya Arletta membuat Thomas tersenyum kecil.
“Aku tak mau mengganggumu, aku juga tak mau merepotkanmu,” jawab Thomas membuat Arletta menghela napasnya panjang.
“Kau tak pernah seperti ini sebelumnya Thomas, kau selalu menghubungiku kapanpun dan dimanapun. Kau selalu memberitahuku tentang keadaanmu, saat kau sakit kau juga selalu memberitahuku. Kau tak pernah mengatakan hal itu sebelumnya, sejak kapan kau menggangguku? Sejak kapan kau merepotkanku? Sejak kapan kau menjadi beban untukku? Kenapa kau mengatakan itu?” tanya Arletta tak suka. Bahkan tanpa sadar wanita itu sudah meninggikan suaranya.
“Maafkan aku, maaf sudah membuatmu marah,” kata Thomas pelan membuat Arletta kembali menghela napasnya dengan kasar. Bahkan wanita itu mengusap wajahnya kasar dan menangkup wajahnya dengan telapak tangannya. Arletta ingin mengontrol dirinya sendiri, Arletta ingin menenangkan dirinya saat ini. Thomas tahu jika Arletta saat ini sedang tidak baik.
“Kau bisa marah padaku karena sikapku, aku salah. Maafkan aku,” kata Thomas lagi membuat Arletta menatap Thomas tajam.
“Berhenti meminta maaf Thomas! Berhenti bersikap seperti ini! Jangan buat aku semakin merasa bersalah! Berhenti menyalahkan dirimu sendiri seperti ini, seharusnya kau yang marah padaku! Lebih baik kau memarahiku saja jangan bersikap seperti ini!” teriak Arletta tanpa sadar, matanya sudah berkaca-kaca dan wajahnya memerah.
“Kenapa aku harus marah? Kau tak melakukan kesalahan, aku yang membuat kesalahan Arletta,” kata Thomas algi membuat Arletta akhirnya tak bisa menahan diri lagi.
Wanita itu akhirnya menangis sambil menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangannya. Hal itu membuat Thomas merasa bersalah dan akhirnya menarik kekasihnya itu untuk dipeluk. Tangis Arletta semakin keras saat Thomas memeluknya. Bukan hanya Arletta saja yang menangis pada akhirnya Thomas juga ikut menangis karena sangat merindukan pria itu.
“Aku sangat merindukanmu, maafkan aku,” kata Thomas disela tangisannya membuat Arletta semakin keras menangis.
Rasanya terlalu sakit saat ini melihat Thomas lemah dan menahan semuanya seperti ini. Arletta semakin merasa bersalah pada pria sebaik Thomas. Setelah selesai menangis, Thomas menghapus air mata Arletta dan menggenggam tangan wanita itu.
“Maaf sudah membuatmu menangis,” kata Thomas.
“Berhenti meminta maaf, aku tak butuh maafmu. Kenapa kau tak menghubungiku? Kenapa kau tak memberitahuku kalau kau sedang sakit?” tanya Arletta lagi membuat Thomas tersenyum.
“Aku benar-benar tak mau mengganggumu, pertengkaran kita terakhir membuatku sadar bahwa aku tak bisa memaksamu. Aku tak mau membuatmu tak nyaman, maka itu aku berusaha menahan diri. Aku sangat ingin menghubungimu, tapi aku menahannya karena aku tak mau membuatmu kesal atau mengganggumu,” ungkap Thomas membuat Arletta terharu.
“Kau tak perlu melakukan semua itu, kau bisa mengatakan apa yang sedang kau rasakan. Kau tak sehebat itu, apa saat ini kau sakit juga karenaku?” tanya Arletta membuat Thomas sedikit tertawa.
“Mungkin, aku terlalu sibuk bekerja supaya tak memikirkanmu. Tidurku kurang dan aku tak nafsu makan karena bertengkar denganmu, aku tak nafsu untuk melakukan apapun. Aku menahan diri dan sangat merindukanmu, semuanya bercampur menjadi satu. Tubuhku tak bisa berkhianat bahwa aku sangat membutuhkanmu, maka itu aku sakit. Apa aku terlalu lemah?” tanya Thomas membuat Arletta menggelengkan kepalanya.
“Tidak, kau hebat dan kuat. Kau seharusnya menghubungiku, lalu kenapa kau tak mengangkat panggilanku?” tanya Arletta lagi.
“Aku tak memegang handphoneku, bahkan aku tak tahu dimana handphoneku berada. Aku terlalu lelah untuk melakukan apapun,” jawab Thomas membuat Arletta menghela napasnya panjang.
“Lalu kenapa kau tak mau ke rumah sakit?” tanya Arletta.
“Untuk apa? Mereka tak bisa membuatku sembuh, obat yang kubutuhkan mereka. Tapi ada di hadapanku saat ini,” jawab Thomas sambil tersenyum.
“Omong kosong! Kalau aku obat yang kau butuhkan kenapa kau tak menghubungiku? Kenapa aku harus tahu dari orang lain? Aku tak percaya padamu,” sindir Arletta.
“Aku terlalu takut untuk menghubungimu, aku takut aku akan semakin lemah jika berhadapan denganmu. Aku takut kau akan menolak jika kuminta untuk pulang. Aku tahu kau juga pasti terbeban dengan masalah kita, kau saja memakai hari liburmu untuk pergi sendirian apakah aku salah?” tanya Thomas semakin membuat Arletta merasa bersalah.
Andai saia Thomas tahu bahwa Arletta bersenang-senang dengan pria lain saat pria itu sedang sakit bagaimana reaksi Thomas saat tahu itu? Kini Arletta benar-benar menyesali perbuatannya itu, wanita itu merasa bersalah. Karena ia bersenang-senang dengan pria lain disaat Thomas sedang sakit karenanya.
“Aku minta maaf atas sikapku terakhir, maaf jika perkataanku menyakitimu sehingga membuatmu seperti ini. Maaf jika aku terlalu keras kepala dan egois, maaf jika aku tak pernah berjuang atas hubungan kita. Maaf jika aku selalu ingin dimengerti, padahal kau selalu saja berusaha untuk hubungan kita. Maaf atas sikapku selama ini, maaf sudah membuatmu sampai seperti ini. Aku banyak melakukan kesalahan, maafkan aku,” kata Arletta dengan serak. Kali ini Arletta menanggalkan egonya untuk meminta maaf pada Thomas.
“It’s okay Honey, jangan menangis,” mohon Thomas sambil mengelus pipi Arletta. “Ini bukan salahmu, aku suka dengan kejujuranmu. Hanya saja aku yang tak siap menerima kejujuran itu, aku seharusnya menerima hal itu. Kau tak salah, jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri. Maaf jika aku masih tak bisa mengungkapkan apapun padamu tentang perasaanku, aku minta maaf,” mohon Thomas membuat Arletta menggelengkan kepalanya.
“Berhenti meminta maaf atau aku akan marah?” ancam Arletta membuat Thomas terdiam. “Tolong Thomas jangan bersikap seperti ini, kau bisa marah padaku. Kau bisa berteriak padaku untuk menyalurkan emosi yang kau pendam, jangan memendamnya sendiri. Kau bisa meluapkannya padaku, jangan seperti ini. Dengan sikapmu seperti ini membuatku menjadi orang yang sanagt jahat,” kata Arletta membuat Thomas mengernyitkan keningnya bingung.
“Kenapa begitu?” tanya Thomas.
“Ya, karena kau tak bisa menyampaikan seluruh isi hatimu. Aku mau kau menjadi dirimu sendiri, semua orang bisa marah. Semua orang bisa kecewa, semua orang boleh menyalurkan emosinya termasuk dirimu Thomas. Jadi tolong jangan menahannya, aku tahu kau tak sekuat itu. Kau seharusnya marah padaku, tidak seperti ini,” kata Arletta dengan keras.
“Aku mencintaimu, maka itu aku menahan semuanya. Aku tak mau ego dan emosi yang menguasaiku, cukup cinta yang kumiliki padamu itu yang terpancar. Sebesar itu perasaanku padamu Arletta,” tegas Thomas membuat wanita itu terdiam. Perkataan Thomas barusan mampu membuat Arletta benar-benar tak bisa mengatakan apapun.
“Terima kasih sudah datang, keadaanku jauh lebih baik dengan kedatanganmu. Aku sangat merindukanmu, sangat. I love you Honey,” ucap Thomas mesra dan menatap Arletta dengan lekat.
“Maafkan aku,” kata Arletta pelan. Thomas mengelus pipi Arletta dan menatap dengan mesra, mata pria itu berkaca-kaca.
“Aku seperti mimpi saat ini, jika ini mimpi jangan bangunkan aku. Aku benar-benar merindukanmu, aku sangat merindukanmu,” kata Thomas dengan bergetar.
Bahkan pria itu menangis saat mengatakan hal itu, Arletta merasa hatinya terlalu sakit saat melihat Thomas seperti ini karena merindukannya. Arletta tak menyangka bahwa Thomas merindukannya sampai sesakit ini. Pria itu kini menjadi sangat lemah, biasanya Thomas selalu saja bersikap gagah dan kuat.
“Aku ada di sini untukmu Thomas, aku juga merindukanmu. Terima kasih untuk semuanya,” kata Arletta sambil memeluk pria itu dengan erat. Thomas membalas pelukan Arletta tak kalah erat dan mencium puncak kepala Arletta bertubi-tubi sambil mengatakan cinta dengan begitu dalam dan mesra.