Bab.2 Anniversary dan Penghianatan

1138 Kata
  ~Bab 1(Anniversary dan Penghianatan)~   ***   Alya Safitri terus saja memancarkan rona kebahagiaan di wajah cantiknya. Meski rasa lelah menggelayuti tubuh dan juga hatinya. Namun, semua itu tak menyurutkan semangat Alya untuk memasak makanan kesukaan suaminya yaitu Galih.   Yah... Hari ini merupakan hari spesial bagi perempuan berkulit putih itu lantaran usia pernikahannya dan Galih menginjak tahun ketiga. Sebab itu Alya ingin menyiapkan sesuatu yang spesial untuk Galih.   Sepulangnya mengajar tadi, Alya langsung berkutat di dapur. Mempersiapkan semua bahan yang sempat ia beli tadi sewaktu perjalanan pulang ke rumah. Ada beberapa jenis bahan untuk membuat kue dan juga bahan untuk masakan menu makan malam nanti.   Jemarinya yang lentik terlihat sangat cekatan dan gesit ketika menyentuh peralatan masak yang akan membantu pekerjaannya. Meski Alya tergolong wanita modern, tetapi ia sama sekali tak pernah melupakan kodratnya sebagai seorang istri. Alya selalu berusaha untuk menyenangkan hati suaminya yang terkenal sangat angkuh tersebut.   Rencananya Alya akan masak—cumi asam pedas dan sup jamur. Alya juga akan membuat sifon keju—cake favorit Galih sejak mereka pacaran.   Di dapur minimalis modern itu Alya terus saja menyenandungkan lagu sembari memasak. Sesekali bibirnya tersenyum ketika lidahnya mencecap rasa masakan yang menurutnya selalu enak.   "Emm ... enak." gumamnya sambil membolak-balik masakannya yang hampir matang. "Pasti Mas Galih suka," Alya berseru penuh percaya diri.   Selama mereka berdua menikah, tak jarang Galih memakan masakannya. Walau dapat dihitung dengan jari, tetapi bagi Alya itu sudah merupakan hal yang sangat membahagiakan. Terlebih semenjak Galih berstatus sebagai suaminya, sikap lelaki itu seakan berubah seratus delapan puluh derajat. Dari yang tadinya romantis menjadi sangat dingin, tak jarang pula Galih sering bermain tangan.   Terkadang Alya dibuat bertanya-tanya sendiri atas perubahan sikap Galih padanya.   Lalu, Alya pun berpikir jika kemungkinan perubahan sikap suaminya itu di picu karena dirinya yang tak kunjung hamil. Dengan hadirnya seorang anak kemungkinan Galih akan kembali seperti dulu.   Lelaki yang selalu memujanya dan mencintainya.   Beberapa jam berlalu, akhirnya Alya menyelesaikan semua masakannya. Aroma harum bercampur menjadi satu menyeruak di seluruh ruangan dapur minimalis tersebut. Dengan perasaan senang dan puas Alya menyajikan masakannya satu persatu di meja makan.   Sekilas ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.   "Setengah jam lagi Mas Galih pulang dari kantor. Sebaiknya aku mandi dulu biar nanti pada saat Mas Galih pulang, dia akan memujiku," ucap Alya bermonolog sendiri seraya melenggang naik ke lantai atas, di mana kamarnya dan Galih berada.   ~~~~   Tak perlu menghabiskan waktu yang lama Alya sudah menyelesaikan ritual mandinya. Sekarang ini ia tengah mematut dirinya di depan cermin. Memoles tipis lipstik berwarna nude pink favoritnya, sangat kontras dengan warna kulitnya yang seputih s**u.   Alya sengaja mengenakan gaun berwarna senada dengan bagian punggung terbuka, mengekspos kemulusan tubuhnya yang sangat terlihat seksi. Mendapatkan tubuh seindah ini tidaklah mudah, Alya selalu menjaga pola makannya dengan diet teratur. Ia juga hobi berolahraga. Joging dan yoga adalah olahraga andalannya.   Tak lupa Alya menyempurnakan penampilannya malam ini dengan menyemprotkan parfum beraroma vanilla kesukaan Galih di bagian-bagian paling sensitif. Di mulai dari titik nadi dan belakang telinga.   "Selesai!" Alya pun gegas kembali turun dan bersiap menyambut kedatangan Galih.   Wanita itu memilih menunggu Galih di meja makan supaya ketika suaminya pulang, ia bisa langsung membukakan pintu. Karena jarak antara ruang makan dan pintu masuk tidak terlalu jauh.   Entah kenapa perasaan Alya berubah jadi tidak enak. Jantungnya mendadak berdenyut sangat kencang dan memanas.   "Perasaan apa ini, Tuhan? Rasanya kenapa sangat tidak nyaman." Berulangkali kali Alya mengelus d**a yang semakin terasa panas lantaran detak jantung yang bekerja dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.   Netranya tertuju pada jam dinding yang menempel tepat di depannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, namun tidak ada tanda-tanda suaminya pulang.   "Sudah lewat jam pulang kantor, tapi kenapa Mas Galih belum pulang juga?" gumam Alya dengan perasaan yang semakin tidak karuan. "Sudahlah! Mungkin Mas Galih sedang terjebak macet," Ia memilih menepis pikiran buruk yang berkelebat di otaknya.   Meraih gelas kosong di hadapannya lalu mengisinya dengan air putih. Dengan perlahan Alya meneguk cairan bening itu dan membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Seketika memberikan rasa dingin dan sejuk pada rongga dadanya yang sejak tadi terasa panas. Alya berharap bisa sedikit mengurangi kecemasannya yang tak beralasan.   ****   Sementara itu di tempat lain yaitu di sebuah kamar apartemen. Suara desahan dan erangan terdengar begitu menggelitik telinga bagi siapa saja yang mendengar.   Ruangan temaram yang hanya di hiasi bias cahaya bulan yang masuk dari jendela kamar yang memang sengaja dibuka oleh pemiliknya. Menampakkan siluet bayangan tubuh dua insan manusia yang tengah memacu dengan gerakan cepat.   "Aku sudah tidak bisa menahannya sayang. Aku mau ke ... ahh ..." Desahan e****s lolos dari bibir perempuan yang sedang berada di bawah kungkungan sang kekasih.   "Aku juga sayang. Sebentar lagi aku juga sampai. Ahh ..." desis pria itu. Ia lantas semakin mempercepat ritme pergerakannya. Memacunya tanpa jeda sama sekali.   Pergumulan panas mereka akhirnya mencapai k*****s dengan sempurna. Tubuh pria itu terkulai lemas di atas tubuh sang wanita yang basah lantaran keringat.   Nafas mereka terdengar sangat memburu dan tersengal. Percintaan yang menggairahkan itu sukses membuat sang laki-laki menyeringai puas.   "Kau selalu bisa membuatku melayang, Lusi. Berbeda sekali dengan Alya yang membosankan itu. Rasanya aku tidak ingin pulang. Aku ingin menginap di sini saja. Menghabiskan malam panas kita yang selalu menggairahkan," Lelaki itu merengkuh tubuh wanitanya dengan sangat erat. Menghujani kecupan bertubi-tubi di bahu mulus yang masih sedikit lembab.   Wanita bernama Lusi itu hanya tersenyum. Ia senang lantaran bisa memuaskan kekasihnya malam ini.   "Kau harus pulang Mas! Alya pasti sedang menunggu kepulanganmu. Apa kau lupa kalau malam ini adalah hari jadi pernikahan kalian?"   Galih seketika tertawa mendengar pertanyaan Lusi.   Yah... Lelaki b******k itu adalah Galih, yaitu suami Alya.   "Aku tidak lupa. Aku memang sengaja melupakannya. Alya tadi siang mengirim pesan agar aku pulang tepat waktu. Tapi, kau tiba-tiba menghubungiku. Jadi, aku lebih memilih menemanimu daripada pulang ke rumah," sahut Galih dengan entengnya. Ia sama sekali tidak memikirkan perasaan Alya jika sampai mengetahui hubungan gelapnya dengan Lusi. Yang notabene merupakan sahabat dekat istrinya itu.   Lusi menggeleng seraya mencubit lengan kekar dan berotot milik Galih, "Kau gila, Mas! Kau lebih memilih di sini bersamaku, berbagi peluh dan desahan ketimbang menemani istrimu dan merayakan hari jadi pernikahan kalian," celetuknya dan langsung mendapat ciuman dari Galih.   "Aku tidak perduli! Kau tahu, 'kan, kalau sejak awal aku tidak ada niat untuk menikahinya. Dia saja yang terlalu percaya diri dan sangat mencintaiku. Dia bahkan rela meninggalkan keluarganya demi diriku. Kupikir Alya wanita yang cerdas, tapi setelah melihat semuanya aku jadi merasa kasihan." ejek Galih dengan seringai menjijikkan. "Dia bahkan tidak pintar di ranjang. Tidak sepertimu, Lusi. Kau wanita paling luar biasa dan sangat liar. Karena itu aku lebih memilih di sini bersamamu." Lagi-lagi Galih mendaratkan kecupan di puncak kepala Lusi. Seolah ia lupa dengan statusnya sebagai seorang suami.   Pria b******k! b***t! Kepar*t!   Istrinya tengah menunggu kepulangannya. Ia malah asyik bergelut dengan sahabat istrinya sendiri.   _   _   _   tbc...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN