Galih menyeringai lebar, namun dalam arti lain. 'Andai saja aku tidak berjanji pada Lusi untuk bersikap manis di depan Alya. Pasti sejak tadi aku sudah mengusirnya.' ujarnya dalam hati. Seorang Galih memang belum berubah, semanis apa pun ucapan dan perlakuannya terhadap Alya—itu hanya kepura-puraannya saja. Baginya Alya itu tidak pernah penting. Buktinya, ia dengan tega membohongi istrinya itu tanpa pernah berpikir panjang. Terlebih, karena kedua orang tuanya yang sangat menyayangi Alya. Itu sebabnya, mau tidak mau ia harus mempertahankan rumah tangganya bersama Alya, selagi ia masih ingin memimpin salah satu perusahaan milik sang papa. tok tok tok Pintu ruangannya di ketuk oleh sang sekertaris dari luar. "Masuk!" titah Galih dari dalam. ceklek~ Sekertaris wanita itu