"Hey! Kamu tuli ya?" Mata indah itu melotot ke arah Nysa. Diikuti dorongan halus menyentuh bahu Nysa. Nysa tersadar dari pukaunya.
"Mbak Rosa ... Rosa Kartika, pemeran Anggita di sinet ...."
"Kamu Nysa?" Wanita yang dipanggil Rosa menunjuk Nysa dengan jari telunjuknya.
"Iya, Mbak. Saya Nysa, Mbak kok tahu nama saya?" Nysa merasa bahagia, karena artis idolanya tahu namanya.
Nysa mengulurkan telapak tangan, mengajak Rosa bersalaman. Tapi tangan Nysa ditepis dengan kasar oleh Rosa.
"Heh, hanya begini calon istri Aryan! Dibayar Mas Hanan berapa kamu?"
Nada suara mencemooh terdengar jelas dari suara Rosa.
Tatapan penuh kekaguman Nysa luruh seketika, saat merasakan nada cemooh pada suara, juga pada tatapan Rosa kepadanya.
"Kenapa, Mbak? Apa Mbak merasa terganggu, dengan masuknya saya di dalam kehidupan keluarga Bakrijaya? Lagipula saya pikir, dan semua wanita juga pasti sepakat. Menikah dengan Pak Aryan, tidak perlu bayaran."
Nysa membalas tatapan Rosa. Penilaiannya akan seorang Rosa Kartika, artis sinetron yang laris luar biasa, setelah sinetron yang dibintanginya booming, berubah seketika, setelah melihat cara bicara, dan tatapan Rosa yang jelas mencemoohnya.
"Eh ... tapi saya heran, ada hubungan apa Mbak dengan Pak Aryan, atau dengan keluarga Bakrijaya. Oh ... atau jangan-jangan, gosip itu benar, kalau Mbak sebenarnya sudah menikah. Apa Pak Aryan suami yang Mbak sembunyikan dari publik, seperti gosip yang beredar? Apa ...."
"Stop!" Rosa mengangkat satu telapak tangan. Matanya melotot gusar, karena Nysa terus bicara.
"Jadi benar, Mbak? Eh, tapi Pak Aryan duda ... oh ... i now, Pak Aryan mantan suami Mbak Rosa ya? Ya Tuhan ... aku menikah dengan pria mantan suami artis terkenal. Aku ...."
"Stooooop!"
Rosa menutup kedua telinganya.
"Aku tidak mengerti, bagaimana bisa Aryan menerima calon istri seperti kamu!" Gigi Rosa sampai berbunyi saking kesal pada Nysa.
"Saya juga tidak mengerti, Mbak. Tapi kalau sudah jodohnya bagaimana."
Nysa mengangkat kedua bahunya.
"Hah! Mana Aryan!?"
"Sedang meeting. Apa Mbak mau menunggu. Silakan duduk kalau ingin menunggu."
Nysa menunjuk sofa.
"Tidak perlu! Malas sekali duduk satu ruangan dengan orang kampung tidak berpendidikan seperti kamu!"
Cibir Rosa. Nysa tidak menanggapi cibiran Rosa.
"Dengar ya, gadis kampung. Aryan itu milikku. Kamu tidak akan bisa memilikinya!" Rosa mendorong bahu Nysa dengan ujung jarinya.
"Saya tidak ingin memilikinya, tapi pernikahan kami akan membuat kami saling memiliki. Sah, legal, berkekuatan hukum. Mbak Rosa merasa memiliki Pak Aryan? Tapi tidak ada surat menyuratnya." Nysa menanggapi ucapan Rosa dengan santai, tapi mampu membuat perasaan Rosa semakin meradang.
"Huuh! Pusing saya bicara sama kamu!"
Rosa yang kehabisan stok kata menghadapi Nysa akhirnya berbalik, lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan kantor Aryan.
Nysa terduduk, berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam benaknya.
Apakah Rosa mantan istri Aryan, ataukah kekasih Aryan saat ini.
Kalau mantan istri, kenapa mereka bercerai, sedang Rosa masih merasa memiliki Aryan.
'Ya Allah ... untung aku membaca cara Mami Hanum menghadapi mantan Nyonya, jadi aku bisa menghadapi Mbak Rosa. Hhhh ... ternyata dia tidak semanis di layar kaca.' Nysa mengusap dadanya, teringat ucapan pedas Rosa kepadanya.
Daud datang membawakan Nysa makan siang. Mereka terlibat obrolan sebentar, sebelum Daud kembali ke pekerjaannya, dan Nysa menikmati makan siang dengan lahap, seakan perdebatan dengan Rosa tadi tidak berpengaruh pada dirinya.
*
"Hey, bangun! Banguuun!"
Nysa terlompat berdiri. Ia tertidur setelah makan siang tadi.
"Bapak!"
"Apa yang kamu katakan pada Rosa!?"
Aryan bertolak pinggang di depan Nysa, tatapan tajam ia tujukan ke bola mata Nysa.
"Jadi Mbak Rosa memberitahu Bapak, kalau dia datang ke sini. Kenapa Bapak tidak tanya dia, apa yang dia katakan pada saya."
Nysa kembali duduk. Aryan berdiri di hadapannya.
"Jawab saja pertanyaanku, tidak usah mengatur apa yang harus aku lakukan!"
"Saya tidak mengatur Bapak. Mbak Rosa sudah memberitahu Bapak, kalau dia ke sini, dan sudah bicara dengan Bapak, tentu dia sudah bercerita juga apa yang saya katakan. Jadi untuk apa saya jawab pertanyaan Bapak. Saya jawab juga, belum tentu Bapak percaya sama saya."
"Ya Tuhan ... kenapa dia harus masuk ke dalam hidupku!"
Aryan meremas rambutnya.
"Takdir itu disyukuri, dijalani, dinikmati, biar indah terasa, bukannya mengeluh seperti Bapak. Kebanyakan mengeluh, tidak berkah nantinya."
"Kita pulang sekarang!"
"Bapak tidak meneruskan bekerja? Ini baru jam ...."
"Berhenti bicara, Nysa. Bukan urusanmu saya kerja, atau tidak!"
"Akan jadi urusan saya. Kalau Bapak tidak serius mengelola perusahaan, perusahaan bisa bangkrut. Bagaimana dengan anak-anak kita nanti."
"Anak-anak!?"
Aryan tertawa nyaring.
"Kamu pikir, saya mau punya anak sama gadis kampung seperti kamu. Sungguh saya heran, bagaimana kamu bisa dipilih oleh Mas Hanan. Bukannya memperbaiki keturunan, tapi malah memperburuk keturunan," cemooh Aryan, ia menatap Nysa yang sudah berdiri di hadapannya.
"Saya sumpahin, Bapak bucin, sebucin-bucinnya sama saya. Ingat ya, Pak, doa orang teraniaya itu cepat kabulnya!"
Nysa melangkah meninggalkan Aryan.
"Amit-amit jabang bayi, jatuh cinta sama kamu," desis Aryan. Ia menyusul Nysa ke luar, dan menutup pintu kantornya. Lalu bicara sebentar dengan sekretarisnya, sebelum menyusul Nysa.
Nysa menunggu Aryan di depan lift.
Ia tidak berani naik lift sendirian. Di dalam lift ia tidak lagi berpegangan pada Aryan, ia tahan rasa takutnya.
Aryan menolehkan kepala, karena merasa Nysa diam saja, tidak bicara apa-apa.
Mereka melangkah ke luar dari lift. Lalu langsung menuju tempat parkir.
Sepanjang perjalanan, Aryan bersyukur, Nysa diam saja, jadi ia bisa konsentrasi untuk menyetir.
Rosa memang mengirim pesan saat ia meeting tadi. Selesai meeting, ia langsung menelpon Rosa. Rosa bercerita, kalau Nysa sudah lancang banyak bicara padanya. Rosa benar-benar marah.
Aryan menarik nafas, tak bisa ia pungkiri, perasaan cintanya masih untuk Rosa. Mereka berpisah, dan tercetus kata talak, karena emosi saja.
Mereka memang tidak menikah resmi, tapi hanya menikah siri. Karena Rosa terikat kontrak sebagai brand ambassador produk kecantikan. Rosa tidak boleh menikah, sebelum kontrak berakhir. Mereka memutuskan menikah siri, dibawah ijin, produk kecantikan tersebut. Namun, semuanya harus tetap dirahasiakan, sampai kontrak Rosa sebagai brand ambassador berakhir. Kontrak sudah berakhir setahun lalu. Aryan ingin mereka mempublikasikan pernikahan. Aryan ingin mereka menikah resmi. Aryan ingin memiliki keturunan dari Rosa. Aryan ingin menjalani rumah tangga mereka, seperti pasangan yang lainnya. Tapi, Rosa menolak, dia takut karirnya redup begitu pernikahan mereka diumumkan. Rosa takut, tubuhnya akan rusak bila harus mengandung, dan melahirkan. Rosa mengaku belum siap. Mereka bertengkar hebat, hingga akhirnya Aryan mengucapkan kata talak. Hal yang ia sesali, namun tak ingin ia tarik lagi, bila Rosa masih pada pendiriannya.
*