9

878 Kata
Saat membuka mata, Tari langsung terdiam menyadari Dewa sudah berbaring miring begitu dekat dengannya, dengan tangan menyangga kepala. Memperhatikan tanpa kedip. Tari merasakan jantungnya nyaris copot saat suaminya itu kembali mendekat hingga jarak dengan wajahnya hanya beberapa inci. Saking dekatnya, bahkan napas Dewa yang hangat sampai berembus hangat ke wajahnya, membuat dadanya terus bergemuruh hebat. "Mau apa, Tuan?" "Memandangmu dari dekat, Sayang." Tari menahan napas. Grogi, tentu saja. Apa lagi suaminya itu sebentar-sebentar tersenyum dan mengerling menggoda dengan tatapan terus ke wajahnya. Jengah, Tari mendongak menatap langit-langit ruangan putih bersih. "Bukankah seharusnya kamu memandikanku, Tari? Tangan ini, untuk begini." Dewa mengusap rambut istrinya, tersenyum kecil melihat rona merah di pipi Tari. Matanya yang bundar jernih seperti kucing menatapnya, sedikit menyurutkan kekesalannya atas ucapan Tari barusan. Sungguh Tari begitu menggoda. Tapi, ia tak suka memaksa. Sejak dulu, ia memang tak pernah memaksa siapa pun untuk tidur dengannya. Satu-satunya perempuan yang pernah dipaksanya hanyalah Puspita. Itu karena cintanya pada Puspita yang begitu besar. Berharap dengan memaksanya di tempat tidur, perempuan itu akan takluk padanya, tapi ternyata ... rencana untuk mendapatkan Puspita selalu gagal total. Tapi sekarang lihat saja, ia yakin tak kurang dari tiga bulan, rumah tangga sahabatnya itu akan kandas. Salahmu, Ras, kenapa dulu begitu jutek dan dingin padanya. Bahkan malu mengakuinya sebagai istri, membuatku jadi kasihan, lalu jatuh cinta. Oh, Puspita-ku yang cantik. Wajah Dewa yang semakin dekat dengannya membuat Tari menahan napas. Jantungnya berdetak tak terkontrol. Ini memang yang pertama, berdekatan dengan lelaki sedekat ini. Mencoba meredam gemuruh di d**a, Tari mendorong tubuh Dewa perlahan dan beranjak berdiri. "Aku harus mandi. Aku merasa sekujur tubuhku kotor karena harus melayani lelaki nggak kukenal." Dewa masih berbaring miring, dengan tatapan ke wajah Tari. Ia terlihat memukau mengenakan gaun mengikuti lekuk tubuh seperti itu, dengan rambut sedikit bergelombang. Sayang, hanya karena harta lah ia mencoba tetap ada di sini. "Bukankah kamu bilang dia baik?" Dewa mengerutkan kening saat teringat ucapan Tari di mobil. Tari tersenyum sinis. Tapi dalam hati merasa takut. Takut kalau-kalau suaminya akan marah karena ia mulai memberontak. Ingat pesan Rendi, Tari. Jangan jadi mainan. Jadilah kuat. Tunggu saja, sampai laki-laki yang bahkan sampai sekarang masih membuat dadamu bergetar itu datang dan membebaskanmu dari Dewa. "Baby, kamu mendengarku?" "Tentu saja aku dengar karena aku nggak tuli, Tuan. Meskipun dia baik, tapi aku tetap jijik melayaninya. Ah, sudahlah. Lebih baik aku segera mandi." Tari mengibaskan tangan ke udara. Tangan Dewa bergerak mempersilakan. Lalu ia berdiri dan menyusul langkah istrinya itu, merangkulnya bahunya. "Bukankah kamu akan memandikanku seperti waktu itu, Baby? Tapi, kali ini kamu tak boleh menutup matamu." Dewa gila! Tari merutuk dalam hati saat suaminya itu masuk ke dalam bathtub dan meraih shower lalu menghadapkan ke arahnya. Tari gelagapan karena air yang mengenai wajahnya. Perlahan membuat bajunya basah. "Mari kita mandi bersama, Baby. Aku juga ingin memandikan istriku." Gila! Tari lagi-lagi merutuk dalam hati. Pakaiannya kini sudah basah kuyup. Sementara Dewa menyandar santai di bathtup dengan rambut panjangnya yang telah basah oleh air. Terlihat begitu maskulin, sayang gila. *** Tari membuka matanya saat mendengar ketukan yang segera disusul suara Mama menyuruhnya membuka pintu. Saat ini, ia tertidur dalam dekapan Dewa yang begitu pulas. Setelah mandi tadi, Dewa terus mengoceh tentang betapa cantik dan menggemaskannya Puspita. Ia terus menanggapi dengan sinis, tapi Dewa terus berceloteh hingga mereka jatuh tertidur. Lihat saja Kak Dewa. Akan kubuat kamu mencintaiku. Jika tak berhasil, maka perpisahan adalah jalan satu-satunya. Siapa sudi tak dianggap oleh suami sendiri dan selalu dipandang rendah? Aku tak sudi. Tok tok tok Tari menyingkirkan tangan Sadewa dari tubuhnya, beranjak bangun lantas menuju pintu. Sang mama tersenyum begitu pintu terbuka. Ia melongok ke dalam memastikan anaknya sudah tidur lalu menarik Tari keluar dari kamar itu. "Ada apa, Ma?" Tari memandang mama mertuanya keheranan begitu perempuan itu menutup pintu ruangan berisi ranjang serta perabot tampak mewah. "Mama tak pernah melihat rambut kalian basah dalam waktu bersamaan. Apa Dewa tak pernah menyentuhmu?" Perempuan itu menatap penuh selidik. Membuat d**a Tari bergemuruh. "Pasti Dewa begitu mencintai Puspita. Dewa putus dengan Sherli setelah mengenal Puspita. Tari, kamu harus bisa memancingnya agar dia mau tidur denganmu. Anak yang akan mempererat pernikahan." Tari melongo tak percaya saat perempuan di sampingnya berdiri dan meraih gaun malam berbelah d**a rendah dari lemari gantung, memberikan padanya. "Atau ... haruskah mama memberi obat perangsang?" Perempuan itu tersenyum sendiri seolah membayangkan sesuatu yang lucu. Tari menggeleng tegas. Tidak. Bagaimana bisa? Tanpa obat pun, Dewa sudah begitu mengerikan. Berkali-kali memintanya seperti anak kecil minta permen. "Jangan, Ma. Aku ingin hubungan ini berjalan normal." Sang mama menatapnya cukup lama. "Mama heran kenapa dia betah, padahal dia di luar terus saja berganti-ganti perempuan. Tapi, ya, sudahlah. Mungkin benar katamu, biarkan semua berjalan normal." Tari mengangguk kecil. "Apa dia tak pernah mencoba ... mau menyentuhnya?" Perempuan itu menyipitkan matanya. Bergemuruh d**a Tari. Ia menatap mama dan mengangguk. Maaf, Maa, aku bohong. Aku hanya ingin menunggu sampai ia berubah. Hanya itu saja. *Tap love cerita ini biar selalu dapat notif tayang. Btw ada yang nyadar gak kalau cerbung ini lanjutan cerbung Nikah Dengan Kakak Ipar yang udah tamat? Puspita yang dicintai Dewa sampai diperk*s* sama Dewa karena begitu cintanya sama Puspita, itu ada dalam cerbung Nikah Dengan Kakak Ipar. Sedih, lucu, juga tegang ceritanya. Ketik di pencarian Innovel, Nikah Dengan Kakak Ipar untuk yang mau baca
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN