"Ayo batalkan kerja sama!" ucap Kak Dewa lantang, wajahnya luar biasa geram. Ia menuju ke arahku, tangannya bergerak cepat menyambar tanganku, membuatku tertegun menatapnya. Apa Kak Dewa cemburu? Tingkahnya aneh. Saat tatapan kami beradu, ia mendesah sebal. "Murahan," katanya dengan gerak mulut. Tanpa suara. Aku melongo. Murahan bagaimana? Ia sendiri yang menjualku, lalu kini mengatai istrinya murahan. Lelaki aneh. Kini tatapan tak suka Kak Dewa lekat ke wajah Rendi, membuat mantanku langsung mengedikkan bahu diiringi senyum mengejek. "Bicara apa? Aku kurang dengar." Rendi menelengkan kepala. Kulihat tangan Kak Dewa terkepal. Satu tangannya yang lain mencengkeram pergelangan tanganku kuat. Aku meringis menahan nyeri. "Tuan, kamu menyakitiku." Lirih terdengar. Tapi Kak Dewa langsung me