B.8 Small Tunnel

1715 Kata
Arsen tersedak mendengar ucapan Reco sampai dia terbatuk hebat. Gaston yang melihatnya menyodorkan tisu kepada Arsen. “Apa aku salah dengar?” tanya Arsen masih tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Reco menghela napas, “Argus juga tak ingin percaya, tapi banyak hal yang membuatnya sadar jika Adrien kemungkinan besar adalah anaknya,” ucap Reco. “Tunggu dulu, jadi maksudmu, mereka berdua tak ada yang tahu? Atau Adrien yang tidak tahu?” selidik Arsen. “Adrien yang tidak tahu, karena sebelum kekasihnya Argus atau ibu Adrien meninggal, mungkin dia tak mengatakan apapun kepada Adrien. Tapi Argus menerima sepucuk surat dari wanita itu dan menunjukkan foto Adrien di saat remaja,” kata Reco. “Dia juga tak menyadari dan menganggap itu biasa saja, sampai suatu ketika ada kunjungan ke Parsy saat Adrien masih seorang Panglima,” kata Reco mencoba mengingat kejadian itu. “Kalo ga salah, itu kunjungan Kailash untuk mengajak kerja sama dengan Parsy masalah pengelolaan sumber daya alam, kejadiannya sebelum Kailash dijodohkan dengan Ratu Zara,” kata Reco. Arsen mengingat kejadian itu dan dia mengangguk paham. Dia ingat kejadian waktu itu dan pertama kalinya dia bertemu dengan Adrien. “Aku ingat, saat itu Kailash sudah cerita jika dia memiliki Panglima yang ambisius dan susah diatur. Dia sempat merasa khawatir dengan citra kerajaannya yang terkenal dengan kemakmuran dan kebijaksaan,” kata Arsen. Ketiganya mulai tenggelam dalam pikiran masing-masing soal pembicaraan kala itu dengan Raja Kailash. Kedua orang kepercayaan Arsen tahu karena mereka selalu ada di samping Arsen saat dia menemui siapapun di istana. “Sepertinya mendiang Raja Kailash sudah merasakan adanya pemberontakan saat itu. Tapi kenapa beliau tidak melakukan antisipasi seperti raja pada umumnya,” sesal Gaston. “Pasti ada hal yang diperjuangkan Kailash sampai dia rela melakukan hal ini. Pertanyaan yang sama saat aku melihat Pangeran Laird hari ini di istana,” ucap Arsen. “Apa ada yang aneh dengan keluarga kerajaan itu?” tanya Reco penasaran. “Mungkin banyak, tapi aku baru mempelajarinya sedikit,” jeda Arsen. “Sepertinya aku juga perlu memeriksa kondisi kejiwaan mereka semua yang ada di istana,” kata Arsen santai. Reco terkejut dengan ucapan Arsen. “Apa menurutmu mereka menderita gangguan mental?” desak Reco tak percaya. Arsen menggeleng, “Bedakan antara gangguan jiwa dengan gangguan mental,” Arsen menarik napas sebelum menjelaskan lebih jauh. “Gangguan mental itu penyakit mental, berhubungan dengan kondisi emosional, psikologis serta kesejahteraan sosial seseorang. Terkadang bisa mengubah cara seseorang berhubungan sosial dengan orang lain, mengatasi permasalahan, menyakiti diri sendiri, maupun kesulitan membuat suatu keputusan atau menentukan pilihan,” jelas Arsen. “Efek terburuknya, gangguan mental pun bisa menyerang dan mempengaruhi bagian saraf otak. Sehingga, berdampak pada keseimbangan kimiawi tubuh dan kualitas hidup penderitanya,” tutup Arsen. Gaston ikut menyimak penjelasan Arsen dan mengomentarinya sekilas. “Jadi dalam bahasa sederhananya, gangguan mental memberi dampak kepada kesehatan raganya karena gangguan itu menyerang saraf otaknya,” kata Gaston membuat Arsen mengangguk. "Tapi gangguan jiwa itu gangguan yang mempengaruhi pola pikir, tingkah laku hingga suasana hati seseorang. Umumnya mereka mengalami tekanan dalam kehidupannya, sampai membuatnya kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari,” ujar Arsen. “Rata-rata orang dengan gangguan jiwa tidak bisa dilihat secara visual. Tapi tanda yang paling menonjol adalah memiliki perubahan mood yang cukup drastis. Awalnya bahagia bisa menjadi sangat sedih hanya dalam hitungan jam atau menit jika emosinya terlalu ekstrem,” jelas Arsen. “Dan kecenderungan orang yang memiliki gangguan jiwa tak jarang menarik diri dari lingkungan sosialnya, yang berdampak pada psikologi sosialnya menjadi terganggu,” tutup Arsen. Reco mencerna ucapan Arsen, “Jadi menurutmu di istana kecenderungannya orang mengalami gangguan jiwa daripada mental,” kata Reco dan Arsen mengangguk. “Melihat kisah masa lalu mereka, pasti ada banyak hal yang membuat emosi mereka menjadi tidak stabil. Selain itu, cara pandang mereka dan mengisolasi tempat ini dari sembarang orang itu bisa juga karena ketakutan psikologis pemimpinnya. Dia bisa saja memiliki kecenderungan khawatir jika seseorang akan merebut tempatnya jika dia tak tahu seluk beluk orang itu,” urai Arsen. "Terdengar alasan yang masuk akal," komentar Reco. "Apalagi jika dikaitkan dengan cerita masa lalu yang kita ketahui, aku rasa gangguan psikologis yang kamu katakan itu pasti ada," lanjut reco dan Arsen kembali mengangguk. "Yang pertama saat dia banyak melakukan pemberontakan, hal itu berakibat penggulingan kekuasaan raja Kailash. Kekuasaan yang didapat dengan cara direbut pasti menimbulkan rasa posesif dalam dirinya," Arsen kembali memperjelas. Reco dan Gaston memahami semua ucapan Arsen mengenai kemungkinan yang dialami oleh raja Adrien. "Tapi, apa tidak membuat aneh dan kepercayaan rakyat jadi berkurang karena memiliki pemimpin yang memiliki potensi gangguan jiwa," ujar Reco. Ucapan Reco membuat Arsen memikirkan satu ide, tapi dia masih belum yakin bagaimana menjalankannya. "Kita lupakan sejenak soal gangguan jiwa yang mungkin terjadi di istana kerajaan. Poin utama sekarang adalah mencari sekutu, kita mulai dari lingkungan sekitar kita termasuk usul Gaston mengenai para pejabat Palaciada," usul Arsen. Gaston mulai mengedarkan pandangannya ke sekitar kafe. Dia merasakan firasat tidak enak dan pandangan orang-orang sekitar kepada ketiganya. "Apa kita tidak sebaiknya pindah tempat untuk membahas hal ini lebih jauh. Entah kenapa aku merasa jika sebagian orang mulai memperhatikan interaksi kita di sini. Bukan tidak mungkin pembicaraan ini akan terdengar oleh telinga orang lain," saran Gaston. Reco dan Arsen mengikuti saran Gaston, ketiganya meninggalkan kafe. Gaston mengemudikan mobil ke rumah Arsen di Genios. Sesampainya di Genios, Reco tak berhenti kagum dengan rumah dinas yang Arsen tempati. Asisten Arsen itu tidak menyangka jika jabatan dokter kerajaan yang sekarang dilakukan Arsen mampu memberinya kesejahteraan yang baik. "Kamu pikir aku tinggal di sini dalam kondisi yang sengsara karena ada di kamp musuh," ucap Arsen melihat cara Reco mengagumi rumah dinasnya. Reco tertawa pelan mendengar sindiran Arsen. "Bagaimanapun kamu seorang Yang Mulia Raja tentu saja kemudahan dan kemegahan selalu menyertaimu sejak kamu lahir." "Sekarang tiba-tiba kamu harus menjadi rakyat biasa termasuk jadi dokter yang pekerjaannya tidak mudah. Bagaimana aku tidak khawatir mengenai kehidupanmu di sini," kata Reco dengan tatapan penuh dramatis. Arsen menunjukkan kamar asisten dan pengawalnya itu di rumah ini. "Karena sekarang kita menjadi rakyat biasa jadi kebutuhan pribadi masing-masing akan dilayani oleh kalian sendiri," jelas Arsen. Keduanya masuk kamar tersebut yang memiliki dua tempat tidur di sana. Jika dibandingkan dengan kondisi istana memang di sini tampak biasa saja dan sederhana. "Aku tunjukkan basement yang aku bicarakan sebelumnya, setelah itu kalian bisa beristirahat sejenak sebelum kita membahas masalah ini lebih jauh," ajak Arsen. Keduanya mengikuti langkah Arsen tanpa bantahan mereka masuk ke basement dengan menuruni beberapa anak tangga. Sekilas basement itu tampak biasa dan tidak menyeramkan. Tapi Gaston sebagai pengawal kerajaan memiliki insting yang kuat. Dia mengelilingi basement itu itu dan mengecek kondisi bangunan di sana. Tangannya menyentuh sebagian tembok yang ada di sana dan dia menemukan satu kondisi dimana tembok itu itu memiliki suara layaknya ruangan hampa udara. "Apa kamu menemukan sesuatu Gaston?" tanya Arsen saat dia melihat pergerakan Gaston memeriksa ruangan itu. "Saya sedikit curiga dengan tembok ini, suaranya berbeda dibanding kondisi tembok di sampingnya," ucap Gaston sambil mempraktekkan tepukan di tembok tersebut. Arsen ikut menyentuh tembok itu dan memang ada suara berbeda yang muncul dari balik tembok. Dia melihat jika tembok itu hanya ditutupi dengan kertas dinding yang bisa disobek dengan mudah. Arsen merobek kertas tembok itu, dia melihat ada celah di antara dinding tersebut. Ketiganya saling berpandangan dan memutuskan untuk melihat apa yang ada dibalik tembok itu. Gaston mendorong tembok itu dan tembok itu bergeser sedikit dari posisi sebelumnya. Arsen mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan dan melihat apa yang terjadi, dia memberikan kode kepada Gaston untuk melanjutkan aksinya. Gaston semakin keras mendorong tembok itu dan akhirnya celah itu terbuka lebar. Arsen mengambil ponsel di saku celananya dan menyalakan senter yang ada di sana. Ruangan itu berbentuk seperti lorong panjang yang gelap mirip terowongan. Gaston memutuskan untuk melihat terlebih dahulu demi keselamatan Arsen. Gaston mengarahkan senter itu ke seluruh ruangan tapi dia tidak melihat apapun. Arsen dan Reco mengikuti Gaston dari belakang, tapi Arsen mencium bau aneh dari lorong itu. "Apa kalian tidak mencium bau aneh ini?" tanya Arsen. Reco menajamkan penciumannya begitu pula dengan Gaston, mereka akhirnya menyadari bau apa yang tercium di sini. Gaston sedikit mempercepat langkahnya untuk masuk lebih dalam ke lorong itu. Dan bau yang masuk ke penciuman mereka sebelumnya semakin tercium saat ada di dalam. Langkah mereka terantuk oleh sesuatu. Gaston mengarahkan senternya ke lantai membuat ketiganya terkejut dengan apa yang mereka lihat. "A-a apa ini? " ucap Riko terbata. Arsen jongkok dan melihat apa yang ada di lantai, sebenarnya dia tidak yakin tapi ciri-cirinya menunjukkan jika apa yang dia temukan adalah salah satu anggota tubuh manusia. Gaston menyorotinya dan melihat dengan seksama, "Mutilasi," gumam Gaston sambil menatap Arsen. Pria itu mengangguk dengan yakin. Reco menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang dia lihat. "Apa tempat ini dijadikan semacam makam atau tempat pembunuhan untuk orang-orang yang ada di sini?" komentar Reco. Arsen berdiri dan menatap Gaston, "Kita coba telusuri jalan ini. Reco siapkan catatan dan buat sketsa dari kondisi lorong ini," perintah Arsen. Gaston melangkah terlebih dulu sedangkan Arsen dan Reco mengikuti. Asisten Arsen yang tidak siap membawa catatan hanya menggunakan ponselnya untuk merekam semua ini. Setelah beberapa meter mereka berjalan mereka menemukan persimpangan, satu di kiri, satu di kanan, satu di atas. Arsen menatap ke atas dan menggoyangkan kepalanya pertanda jika mereka perlu melihat keluar untuk tahu terowongan ini menuju ke arah mana. Gaston mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memanjat, tinggi lorong itu cukup tinggi sekitar dua kali ukuran tinggi badan orang dewasa. Reco yang melihat ada kilatan di salah satu tembok penasaran dan menyentuh benda itu terdengar suara berisik seakan ada benda yang bergerak. Tak lama kemudian muncul tangga dari tali yang berasal dari pintu yang ada di atas mereka. "Wow, sepertinya banyak misteri yang tersembunyi di kerajaan ini. Hal ini membuatku sangat bersemangat untuk ikut terlibat," celetuk Reco. "Biar saya yang melihat kondisi di luar kalian tunggu dulu di sini,"usul Gaston. Arsen mengambil senter yang dipegang Gaston dan menyoroti pintu keluar yang akan digunakan pengawalnya untuk melihat situasi di sana. Gaston sampai di pintu atas, dia mengeluarkan ponsel dari kantong celana. Karena tidak mengetahui situasi yang terjadi di luar sana, membuat Gaston hanya bisa merekamnya melalui kamera ponselnya. Beberapa menit setelahnya, Gaston memutuskan untuk turun dan menunjukkan hasil rekaman video tersebut. Arsen dengan semangat melihatnya dan matanya membulat sempurna. Ingatannya masih jelas mengenai tempat itu. "Ini kan, ruang kerja Raja Adrien." *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN