B.6 First Meeting

1542 Kata
Lelaki muda keluar dari istana yang sudah puluhan tahun dia tinggali. Dia berniat untuk pergi ke ruang kerja ayahnya hendak bertanya mengenai jadwal kunjungannya ke kota tetangga. Tapi sorot matanya menangkap seseorang yang asing di istana ini berjalan ke ruang kerja ayahnya. Penasaran dengan sosok itu dia berjalan cepat mengikutinya membuat pengawal dan asistennya mengikuti langkah cepatnya. "Kenapa dia berani sekali masuk ke ruang atha tanpa mengetuk pintu, di mana semua penjaga di sini. Apa mungkin atha tidak ada di ruangannya?" gumam lelaki itu. Lelaki itu membuka pintu dan melihat punggung seorang pria yang nampak menyelidiki sesuatu di ruang kerja ayahnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya pria muda itu. Arsen kaget melihat lelaki yang lebih muda darinya, dia menyembunyikan ekspresinya dan tersenyum ramah. "Maaf, sepertinya saya salah masuk ruangan," jawab Arsen. Lelaki muda itu mengerutkan dahinya, "Siapa kamu?" tanya lelaki muda itu. "Perkenalkan nama saya Arsen El Wyn, " jawab Arsen sopan. "Lalu apa yang kamu lakukan di ruangan ini. Apa kamu tahu ini ruangan siapa?" seru lelaki muda itu. Meskipun Arsen sudah tahu jawabannya namun dia masih menunjukkan ekspresi datar, seolah dia tidak tahu apapun di istana ini. Arsen menatap lelaki muda itu dan menggeleng pelan. "Apa ini ruangan khusus?" tanya Arsen. "Nampaknya ruangan ini terlihat biasa saja atau saya yang kurang tahu fungsi ruangan ini," lanjut Arsen dengan nada polos. "Apa kamu tadi menyebut namamu Arsen," sindir lelaki muda itu. "Sungguh tidak sopannya dirimu, jika kamu lupa ini adalah Istana tempat keluarga Kerajaan tinggal. Ruangan yang kamu datangi sekarang adalah ruang kerja Raja Adrien," jelas pemuda itu. Arsen menunjukkan ekspresi sedikit terkejut agar tidak dicurigai oleh lelaki muda itu. Dia menunduk dalam seakan menyesali perbuatannya telah lancang masuk ke ruang kerja raja. "Saya dokter baru di kerajaan ini, sebelumnya saya menemui Raja Adrien untuk memeriksa kondisi kesehatannya. Lalu, Raja Adrien menyuruh saya untuk pergi ke istana Ratu dikarenakan beliau dalam kondisi yang tidak sehat," jelas Arsen. Lelaki muda itu itu memandang Arsen secara menyeluruh ingatannya kembali pada beberapa hari lalu saat di aula pertemuan ada dokter baru yang datang di Palaciada. "Ah, aku ingat sekarang. Kamu dokter muda yang sempat menghebohkan Palaciada, tapi melihatmu sekarang aku sedikit mencurigaimu," sindir lelaki muda itu. "Saya permisi dulu Tuan Muda," pamit Arsen lebih memilih menghindari banyak pertanyaan. Tapi ucapan Arsen itu mendapatkan geraman dari asisten lelaki muda itu yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka. "Haruskah saya melaporkan kepada pengawal kerajaan mengenai kejadian ini Yang Mulia Pangeran Laird," ujar asisten pribadi Pangeran bernama Samran. Arsen sedikit terkejut mendengar panggilan asisten itu, dia tak menyangka akan secepat ini bertemu dengan Putra Mahkota Palaciada. Saat pertemuan di aula dia memang melihat wajah Putra Mahkota tapi dia tak menyangka akan secepat ini berinteraksi dengannya. "Tolong ampuni saya Yang Mulia Pangeran, betapa tidak sopannya saya saya menganggap Yang Mulia hanya seorang Tuan Muda di istana ini," sahut Arsen. "Istana Ratu ada di sisi yang lain pengawalku akan mengantarkanmu ke sana. Pergilah dari sini sebelum Yang Mulia Raja tahu ada orang lain masuk ke ruang kerjanya," perintah Laird. Arsen keluar ruangan setelah memberi hormat kepada pangeran pewaris kerajaan Palaciada itu. Pria itu masih memikirkan ruang kerja seorang raja yang tak biasa menurutnya. Setidaknya dia sudah mengingat semua kondisi dalam ruangan itu, menurutnya itu sudah cukup untuk mengetahui apa yang Raja Adrien simpan. "Samran, coba cek profil dokter baru itu apa benar dia memiliki kemampuan seperti yang banyak dibicarakan orang. Tapi menurutku gelagatnya cukup mencurigakan," perintah Pangeran Laird kepada Samran asistennya. Samran mengangguk pelan, asisten muda itu membuka pintu untuk mempersilahkan Pangeran Laird keluar dari ruangan. "Pengawal kerajaan mengatakan Raja Adrien bertemu direktur rumah sakit di taman utama istana," lapor Samran. Pangeran berpikir sejenak, masalah tugas ke kota tetangga sebenarnya asistennya sudah memberikan rinciannya. Entah kenapa Pangeran khawatir mengenai ibundanya yang saat ini diperiksa oleh dokter baru itu. Pangeran menatap Samran, "Lebih baik kita ke istana Ratu, firasatku tidak enak soal dokter baru itu," kata Pangeran Laird yang melangkahkan kakinya ke istana Ratu. Istana Ratu terlihat lebih ramai dari biasanya, pengawal Ratu berjaga di pintu depan. Laird melalui istana itu dan berjalan ke kamar Ratu, dia berdiri di tepi pintu melihat situasi di sana. Laird melihat Arsen, dokter baru itu itu berdiri di ujung ranjang dan banyak bertanya kepada ibunda Ratu mengenai kondisi kesehatannya. "Apa kamu yakin kondisinya bisa kamu periksa hanya dengan bertanya," seru Pangeran Laird yang membuat Ratu Zara dan yang lain di sana menoleh kepadanya. Hera, asisten pribadi Ratu Zara menunduk dan mempersilahkan Pangeran Laird untuk memasuki kamar ibunda Ratu. "Laird anakku, bagaimana keadaanmu hari ini? Apa kamu tidur nyenyak semalam?" tanya yang mulia Ratu Zara. Pangeran berjalan mendekati ranjang Yang Mulia Ratu dan menunduk hormat. "Bagaimana kondisi kesehatan matha pagi ini? Aku dengar semalam matha tidak bisa tidur," tanya Laird. Ratu Zara tersenyum simpul, "Matha baik-baik saja, kesehatanmu lebih penting Laird daripada kesehatan matha," balas Ratu Zara. "Bagi Laird kesehatan matha lebih penting, karena Laird tidak mau kehilangan matha," ucap Laird sedikit manja. Ratu Zara tersenyum ceria dan menahan tawa melihat putranya yang manja. "Tidak ada yang perlu kamu cemaskan Putraku, matha hanya lelah. Sepertinya matha butuh didampingi Putri Mahkota agar matha tak perlu memiliki banyak kegiatan seperti sekarang," goda Ratu Zara sambil menatap putranya. Pangeran Laird berdecak pelan, "Yang Mulia Ratu Zara Da Usha, saya sudah mengatakan mencari istri dari seorang putra mahkota itu bukan hal yang mudah," jeda Pangeran Laird. "Banyak hal yang harus saya pertimbangkan dan sesuai pembicaraan kita sebelumnya tidak ada perjodohan karena saya tidak ingin seorang calon Ratu masa depan terbebani dengan jabatan ini," jelas Pangeran Laird. Arsen memperhatikan interaksi keduanya dengan seksama. Dia sempat berpikir apakah Laird adalah anak kandung Ratu Zara dengan Raja Kailash yang meninggal karena kudeta Adrien. Dia bisa merasakan pancaran kasih sayang tulus seorang ibu dari Ratu Zara saat bicara dengan Laird. Tapi jika itu benar, bagaimana Laird bisa menjadi Putra Mahkota, lalu bagaimana dengan Lambart, Pangeran kedua di istana ini. Banyaknya asumsi yg muncul di kepala Arsen membuat rasa penasaran untuk mengenal keluarga kerajaan ini makin besar. "Maafkan saya Yang Mulia Ratu dan Pangeran, tapi saya harus memeriksa Yang Mulia Ratu lebih lanjut," ucap Arsen di tengah pembicaraan mereka. Laird tak suka mendengarnya, "Apa maksudmu dengan pemeriksaan lebih lanjut? Kami selalu rutin memeriksakan diri di rumah sakit bukan," tegas Laird sambil menatap Arsen sengit. "Saya mengerti Yang Mulia, tapi kali ini kondisinya berbeda, sebaiknya dilakukan tes lebih mendalam untuk memperjelas sakit yang diderita oleh Yang Mulia Ratu," jelas Arsen. "Saya tidak perlu pemeriksaan dokter Arsen yang terhormat. Jangan membuat kehebohan di istana hanya karena sakitku yang biasa saja," kata Ratu Zara. "Dimana asistenmu?" tanya Laird mulai kesal. "Saya tidak pernah memiliki asisten untuk memeriksa pasien saya, termasuk saat saya menjadi dokter kerajaan kali ini," ucap Arsen. Ratu Zara menghela napas pelan melihat perdebatan keduanya. Dia mengedarkan pandangan untuk mencari Hera asistennya. Hera paham hal itu dan menghampiri Ratu Zara. Beliau berbisik dan meminta Hera melakukan apa yang dia inginkan. "Permisi Dokter Arsen, apa yang bisa saya lakukan untuk membantu Anda?" tanya Hera membuat Arsen dan Laird menghentikan perdebatan mereka. Arsen tersenyum ramah, "Kita mulai dengan memeriksa denyut nadi Yang Mulia Ratu," ucap Arsen. Pria itu berjalan mendekati Ratu Zara dan berdiri di samping Hera untuk melihat cara Hera memeriksa sang ratu. Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, Arsen menatap manik mata cantik itu dan tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap kecantikan Ratu Zara yang terkenal itu. Ratu Zara tak melepaskan pandangan ke dalam manik mata Arsen yang seakan menghisapnya lebih dalam. Ada kilat yang tak bisa dimengerti oleh Ratu Zara hingga membuat detak jantungnya berpacu cepat. "Yang Mulia, apa Yang Mulia baik-baik saja, kenapa detak jantung Anda cepat sekali," ucap Hera membuat Arsen penasaran tapi dia masih menahan diri. "Apa maksudmu, aku tidak apa-apa, coba periksa lagi. Kali ini lakukan dengan benar," perintah Ratu Zara. Ratu Zara berusaha menormalkan kembali perasaannya. Dia tak menyangka hanya menatap mata pria asing itu bisa membuat kinerja jantungnya terganggu. Arsen yang tak sabar dengan semua ini akhirnya mengambil alih, dia menggenggam tangan Ratu Zara dan memeriksa denyit nadinya. Setelah itu, dia memeriksa perut dan memegang leher Ratu Zara begitu saja. Bagaimana pun juga di Palaciada memiliki aturan, tidak sembarang orang boleh menyentuh anggota tubuh keluarga kerajaan tanpa seijin Raja Adrien. Semua orang terkejut dengan tindakan Arsen, tapi tak ada satupun yang berani melarangnya. Pangeran Laird yang melihat hal itu geram. Dia menghampiri Arsen dan berniat menghentikan aksinya tapi melihat ekspresi Arsen, Laird justru membatalkan niatnya itu. "Bagaimana kondisi matha? Apa ada hal serius?" desak Laird cemas sambil menatap Arsen. "Apa yang sebenarnya Yang Mulia rasakan selama ini? Kenapa gejalanya tidak sama dengan yang ada dalam rekam medis rumah sakit?" ucap Arsen khawatir. Ratu Zara terkejut dengan ucapan Arsen, tapi dia segera menormalkan ekspresinya. "Bukankah kamu sudah membaca rekam medis semua anggota kerajaan, dokter Arsen yang terhormat. Kenapa sekarang kamu masih bertanya kepadaku soal sakitku," tegas Ratu Zara. Arsen menatap Zara lekat, "Saya memang membaca rekam medis tersebut, tapi melihat kejadian hari ini, saya mulai ragu untuk percaya pada tulisan itu," jelas Arsen. "Apa maksudmu?" selidik Laird tak sabar. Arsen menatap Pangeran Laird tapi kemudian dia kembali menatap Ratu Zara. Dia menampilkan seulas senyum. "Saya kagum dengan semua kesempurnaan dan keindahan di Palaciada ini, tapi semua kekaguman itu membuatku ragu, termasuk soal rekam medis anggota kerajaan yang bisa dipalsukan." *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN