Pretending.

1063 Kata
    Wanita paruh baya yang mendapatkan julukan sang ratu melangkah ke tempat yang di tunjukkan oleh Julian. Dia berharap jika rencananya berhasil untuk membuat kedua anak nakal itu bersatu dan menghasilkan cucu. Tanda bintik merah di tubuh Bella membuatnya menaruh harapan besar pada gadis itu untuk memberikan dirinya seorang keturunan Silversky.     Sedangkan di ruang beranda, Bella berusaha keras mendorong William yang tengah kalap. Pria itu terus mencium bibirnya dan tidak memberinya kesempatan untuk berbicara. Bella sungguh berharap akan ada keajaiban yang dapat menghentikan William yang mengila ini.     Tangan William mulai membelai punggung Bella. Dalam posisi mengigit leher Bella, ia mengeram merasakan lembutnya kulit istrinya ini. Bella hendak berontak lebih keras ketika merasakan geli pada pinggang dan punggungnya yang di belai William. Dia hampir putus asa karena kekuatan William yang begitu besar.     Bibir William merambat ke atas dan meraup bibir Bella. Dia ingin mencicipi mulut Bella yang membuatnya gila ini. Bella mulai panik ketika kehabisan nafas karena ciuman William. Dirinya sudah memerah dan hampir pingsan karena kekurangan oksigen.     William menyadarinya. Lalu dia menurunkan ciumannya ke leher Bella. Oh kenapa dia merasa Bella sangatlah lezat. Kenapa dia baru sadar hari ini. Tangannya yang membelai punggung Bella sekarang mulai menarik tali yang terikat di dileher belakang Sakura.     ''Willy ... hentikan...ah!"     "Hm tidak bisa, kau terlalu lezat untuk di lewatkan."     Tangan sebelah kiri Bella yang tidak dipegangi William mencoba mendorong d**a pria yang menindihnya ini. Pria itu benar-benar kehilangan kendali saat melihat d**a Bella yang cukup besar. Rasanya bulat, cantik dan kenyal. Terlihat sangat pas di tangannya. Apalagi p****g berwarna pink yang cantik, benar-benar cantik.     'Ini gila!' William berteriak frustasi melihat pemandangan di depannya ini.     Dirinya harus meneguk ludah berkali-kali karena melihat d**a menantang yang belum pernah terjamah itu. Karena di kuasai kabut nafsu, William tidak memikirkan lagi jika Bells adalah kekasih sahabatnya. Dia meraup p****g yang menggemaskan itu.     "Kyaa ahh..."     Lama kelamaan Bella turut terhanyut dalam permainan William. Lidah William begitu ahli dalam memainkan perannya. Mereka melakukan pekerjaannya dengan baik.     Jika tadi yang keluar dari bibir Bella adalah suara penolakan tapi kali ini yang keluar dari bibir Bella adalah desahan manja yang menyulut William semakin terbakar gairah. Tangan pria itu mulai meremas d**a cantik itu. Ukurannya begitu pas dan nikmat untuk di remas.     ''Willy... uuh."     Krriiiek     Ehem...     Suara mengerikan itu terdengar begitu familiar di telinga suami istri yang hendak bercinta itu. Dengan cepat Bella mendorong William dan menutupi dadanya. William yang tidak siap mendapatkan serangan dari Bella langsung terjungkal ke belakang. Barulah dia sadar jika dia telah lepas kendali hingga menyerang Bella. Mereka berdua takut-takut melihat ke arah pemilik suara mengerikan itu.     ''Ibu...'' Mereka menyebut Morena yang tiba-tiba membuka pintu ruang beranda.      'Wah, tadi hampir saja ya, kenapa Julian tidak memberitahu ku jika ada adegan seperti ini. Padahal dari isyaratnya tadi Julian belum memasukkan obat itu,' pikir Morena.     Bella telah selesai membenahi sarinya yang tersikap. Kini dirinya dalam keaadan normal kembali. Dirinya sangat malu pada mertuannya itu. Tak pernah dia sangka jika Morena melihatnya dalam keadaan memalukan seperti ini.     ''Jika kalian melakukannya seharusnya di kamar, bukan di tempat seperti ini,'' ucap dingin Morena.      ''Lagi pula kenapa kau memakai baju tari timur tengah, Bella dan suara lagu ini untuk apa?"     Mereka berdua terdiam karena kehabisan kata-kata. Mereka masih merasa malu karena insiden tadi. Akhirnya hanya pasrah saja ketika mereka mendapatkan siraman rohani dua jam dari Morena.     William yang malu langsung berpura-pura mabuk. Dia ingat jika meminum alkohol meskipun satu gelas.     "Hik Ibu, dia kan istriku kenapa tidak boleh hik iyakan sayang? hik..."     "William..." rasanya Bella ingin menghilang saat ini. Pantas saja Willy menyerangnya ternyata dia sedang mabuk. Dan tidak sepantasnya dirinya terlena dengan sentuhan William.     William bersorak dalam hati melihat Bella dan ibunya percaya jika dia tengah mabuk. Tiba-tiba dia ingin memanfaatkan moment itu untuk mencuri kesempatan.      'Kapan lagi aku bisa mendapatkan kesempatan seperti ini?' batin William.     "Hik sayang ...kau begitu manis seperti gula-gula, iyakan, Bu. Aku jadi ingin melumatmu lagi." cup     William mencuri ciuman kecil dari Bella. Terang saja wajah Bella memerah sempurna. Lagi-lagi William membuatnya malu di depan Morena.     ''Willy...hentikan. "     "I-ibu, Willy sangat mabuk, maafkan kondisi yang memalukan ini." Bella menatap Morena dengan menyesal. Dia benar-benar merutuki dirinya sendiri mengapa dirinya sampai terpengaruh dengan pesan Julian.     Ditengah kegelisahan Bella, Willy melanjutkan aksinya. Dia sengaja menjatuhkan dirinya pada Bella. Tidak hanya itu, William menyelusupkan wajahnya pada leher Bella dan mengusap-usap wajahnya seperti anak kecil.     "Kuharap kalian bisa mengendalikan diri Bella, cobalah kendalikan suamimu itu agar menjadi lelaki yang baik."     William yang bosan dengan segala ucapan Mikoto memilih meletakkan kepalanya di pangkuan Bella. Tidak berhenti sampai disitu. William menghadapkan wajahnya di perut telanjang Bella lalu memeluk erat perut itu.     Bella berusaha menahan diri untuk tidak ketawa karena rasa geli dari lidah William. Pria nakal itu menjilat dan menghisap perutnya tanpa memperdulikan keberadaan Morena.     'Mumpung mereka percaya jika aku mabuk, ' batin William.     Gerakan Bella yang bergerak-gerak gelisah menimbulkan rasa iba Morena. Dia jadi kasihan dengan menantunya yang putus asa karena malu.  Ulah jahil anaknya sebenarnya ia ketahui, hal itu membuatnya kasihan pada menantunya. Dia yakin sekali Bella menahan diri agar tidak ketawa karena geli dan menahan diri untuk tidak menendang William sejauh mungkin.     Morena tidak sebodoh itu untuk mempercayai jika sekali minum  wine akan membuat anaknya mabuk. Dia tau jika William hanya meminum sedikit wine. Morena mengetahuinya karena dari botol wine yang terletak di meja hanya berkurang sedikit.     Tetapi dia membiarkan ulah nakal putranya menikmati tubuh Bella,  ia berharap jika dari ketertarikan seksual yang seolah tidak disengaja akan menimbulkan benih cinta diantara mereka. Oleh karena itu dia mengoceh tanpa henti selama dua jam. Hingga pada akhirnya William tertidur karena merasa bosan dengan ocehan sang ratu.     Akhirnya siraman rohani ala nyonya Silversky telah selesai. Bella merasa telinganya berdengung hebat karena sang ratu berceramah selama itu. Merekapun kembali ke kamar dengan keadaan canggung. Bagaimana tidak, mereka berdua hampir terlena dan melakukan hal itu.     Seandainya saja tidak di hentikan oleh Morena sudah pasti kegiatan itu akan berlanjut ke hal yang lebih panas lagi. Hanya saja William bersikap seolah tidak terjadi apapun. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Bella yang memerah ketika menatapnya.     Tanpa seorangpun tau Willian bersorak dan menari-nari seperti orang gila di kamar mandi. Entah kenapa hatinya sangat bahagia. Bagai sejuta kupu-kupu yang terbang mengelitik perutnya.     "Mulai sekarang aku akan terus memanfaatkan kondisi ini Bella. Tak akan aku biarkan dobe menyentuhmu, " tanpa sadar William telah mengklaim jika Bella adalah miliknya. Dan dia mulai bertindak posesif pada Bella. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN