-Hari Pertama-

1093 Kata
Kanaya P.O.V "Ka Naya, kakak ga mau apa tinggal disini aja?" "Iya kak, nanti kalo kakak sakit gimana? Terus juga kalo nanti kita kangen main sama kakak gimana?" "Iya Naya, benar apa yang dibilang sama adik-adik mu ini. Ibu ga masalah kok kalo kamu mau tinggal di panti asuhan ini." Aku menengok ke Ibu panti yang selama ini menjaga ku sejak aku berumur delapan tahun. Aku seorang gadis yatim piatu yang ditinggal kedua orangtua ku setelah mereka kecelakaan mobil. Awalnya aku tinggal bersama dengan kedua paman dan bibi namun akhirnya mereka tidak sanggup menampungku karna anak mereka pun sudah banyak. Akhirnya mereka pun mengantarkan ku ke panti asuhan ini yang terletak di kota Denpasar. Aku terlahir dari keluarga campuran, ibu ku orang Bali asli sedangkan ayah orang Jakarta. Dulu sewaktu mereka menikah, ibu meninggalkan agamanya dan mengikut ke agama ayah karna itu ibu di asingkan oleh keluarga nya. Entahlah aku sendiri tidak terlalu mengerti mengenai hal yang dijelaskan oleh ibu ku dulu. Kini usia ku sudah memasuki dua puluh dua tahun, akupun sudah lulus kuliah yang dibantu jalur beasiswa. Sudah saatnya aku mencari pekerjaan dan memulai hidupku dengan mandiri. Saat ini aku sedang mengemasi baju serta barang yang akan ku bawa. Setelah tadi pagi aku mendapatkan kabar kalau aku di terima bekerja di perusahaan Gumilar Corp, aku langsung mencari kontrakan didekat sana dan akhirnya aku menemukan apa yang ku cari. "Ibu, adik-adik kalian jangan sedih. Kan nanti Ka Naya bisa main-main juga kok kalo libur. Nanti Ka Divya deh yang nemenin kesini." kata Divya, sahabat ku. Kami sudah berteman sejak SMP karna itu anak-anak di panti asuhan ini serta ibu panti sudah mengenalnya. Setelah berat melepas kepergiankii, akhirnya kami semua berpisah. Aku langsung memeluk ibu panti dengan erat, dapat aku rasakan juga pundaknya yang bergetar menandakan dia sedang menangis saat ini. "Jangan nangis bu, Naya cuman pergi untuk kerja. Nanti kalo ada waktu senggang pasti Naya main kesini." ujarku menghibur ibu panti yang sudah ku anggap ibu ku sendiri. Kamipun pergi dari panti asuhan. Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, aku turun dari mobil yang di pakai Divya. Didepanku ada satu rumah kecil yang terlihat indah. "Ini kontrakan yang kamu maksud, Div?" tanyaku. "Iya lah. Gimana? Pas kan? Ada satu kamar kosong didalamnya, barang-barang juga sudah include. Gimana?" tanya Divya meminta pendapatku. Sebenarnya ini sangat cocok untuk ku tapi melihat letak rumah ini ada diantara banyaknya club-club malam kok aku jadi kurang yakin ya. "Eeuumm kamu ga ada referensi lain ya? Jujur aja, aku ngerasa merinding ngeliat sekitar." ujarku. "Rata-rata pada mahal, Nay. Kalau kamu mau kamu bisa aja di guest house tapi jatuh nya rugi karna kan bayarnya perhari udah gitu ke kantor pun kamu bakalan agak jauh. Kan kalo disini enak tinggal keluar lewat gang itu aja abis itu belok kanan, sampai deh. Paling enggak sampai kamu bisa kekumpul uang nya kamu harus tinggal disini dulu ya, please." kata Divya yang mau ga mau ku angguki setuju. "Yaudah yuk masuk!" ajak Divya. Aku membuka bagasi lalu mengambil koper yang ku bawa di bantu oleh Divya. Saat kami memasuki area rumah ini, kami sudah disambut oleh seorang wanita paruh baya yang memakai daster. Dia menengok ke arah kami lalu tersenyum, "Eh ada mbak Divya. Jadi ini toh yang mau menyewa kamar kosong disini. Perkenalkan mbak, nama saya Bu Asri pemilik rumah ini." kata wanita itu memperkenalkan dirinya. "Hallo, ibu. Perkenalkan nama saya Kanaya." ujarku balik memperkenalkan diri. "Ya sudah ayo biar saya tunjukan kamar kamu!" ajak Bu Asih. Kamipun mengikuti langkahnya menaiki tangga disamping rumah lalu ketika dia membuka pintu di lantai dua dia membuka satu pintu dan aku langsung melihat ada satu tempat tidur, lemari, meja belajar, rak buku, mini sofa, ac, dan meja nakas. "Nah ini kamar kamu, Naya. Ini kunci nya ya, sebentar biar ibu kenalkan ke tetangga kamu. Sinta! Keluar dulu sebentar!" suruh Bu Asih, ga lama kemudian keluarlah satu perempuan dengan pakaiannya yang begitu seksi. "Hallo, gw Delilah." kata gadis itu dengan wajah angkuhnya. "Saya Kanaya." ucapku yang dijawab anggukannya. Dia langsung masuk ke dalam kamar dan Bu Asih hanya meringis melihat kelakuannya. "Maaf ya, Kanaya. Dia memang agak sombong anaknya tapi dia aslinya baik kok." kata Bu Asih yang ku jawab anggukan. "Ya sudah kalau begitu ibu turun dulu ya. Ibu mau ngisi persediaan makanan untuk kalian disini." kata Bu Asih. Sebenarnya ini itu kost atau asrama sih? Kok makanan aja udah di siapin segala. Hmmm, bagus juga berarti aku tidak perlu terlalu khawatir jika mau makan. "Gimana pilihan aku? Bagus kan? Yaudah yuk kita beresin barang-barang kamu!" ajak Divya. *** Pagi ini aku terbangun dengan suasana yang berbeda tentu saja karna kali ini aku berada didalam kaamr kost. Jika biasanya di pagi hari aku akan membantu ibu panti membereskan taman kini aku akan langsung bersiap untuk ke kantor. Hari pertama ga boleh telat. Saat membuka pintu, aku terkejut melihat ada Delilah yang seperti orang baru pulang kerja. Yang berbeda hanya pakaiannya yang begitu terbuka. "Del? Lo baru pulang?" tanyaku. "Menurut lo?" tanyanya dengan sinis. "Oh yaudah, lo pasti laper kan. Mau gw masakin?" tanyaku lagi. "Hmm urus aja gw mau tidur." jawabnya dengan malas. Kaki ku langsung melangkah memasuki kamar mandi lalu segera bersiap untuk ke kantor. Setelah bersiap selama tiga puluh menit, akupun sudah siap dengan kaos lengan panjang berwarna putih dan set pakaian formal seperti jas dan celana panjang warna abu-abu yang melekat di tubuhku. Langsung saja aku turun ke dapur dan menemukan rice cooker yang masih kosong. Hmmm kasian juga kalo si Delilah ga ada nasi nanti pas bangun. Akupun mulai memasak nasi dan menggoreng beberapa lauk untuk ku makan agar bisa mengganjal perut. Agar lebih hemat, aku juga membuat bekal sandwich agar lebih mengirit. Tin! Pendengaranku menangkap suara klakson motor Divya, akhirnya akupun segera keluar dari kost dan menghampirinya. "Gimana semalem? Bisa tidur?" tanya sahabatku ini yang sudah terlihat siap dengan kemeja coklat dan celana putih nya. "Bisa kok tapi ya gitu lah gw ngerasa sepi aja apalagi si Delilah kayaknya semalem ga di kost jadi berasa sendiri gw." jawabku. "Hah? Tetangga lo malem keluar? Kemana?" tanya Divya. "Entah. Udah yuk kita ga boleh telat!" ajak ku. Jarak antara kost dan kantor ku memang dekat karna itu kami bahkan bisa segera sampai. Tepat ketika motor yang kami naiki terparkir, sebuah mobil pun terparkir dan keluarlah seorang laki-laki berjas yang terlihat sangat tampan. Sekilas aku tidak mengenalinya namun untuk kedua kali, aku ingat kalau dia lah bos ku sekarang. Seorang Arsenio Gumilar yang banyak di puja gadis-gadis namun dia sangat dingin, semua orang tau hal itu. Eh tunggu! Kok dia senyum??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN