-Penasaran-

1036 Kata
Arsen P.O.V Dari tadi aku memikirkan gadis yang tadi ku lihat. Apa benar dia Kanaya? Sejak aku melihatnya tadi, aku selalu memikirkan dia. Entahlah, sepertinya aku tertarik dengan gadis yang tenang itu. Ting! Tong! Bel villa ku berbunyi, aku yang saat ini berada di ruang tamu menengok ke arah gerbang masuk villa Bisma dan melihat ada Ludhe yang datang. "Pak, ini laporan keuangan bulan ini!" katanya yang membuatku langsung menghampiri dan menerima laporan keuangan darinya. "Kamu duduk dulu, ada yang harus saya bahas dengan kamu!" ujarku yang dijawab anggukannya. Aku langsung mengambil beberapa dokumen mengenai perencanaan untuk memperluas area villa. "Jadi begini, saya sudah memutuskan untuk memperluas villa ini. Kemungkinan pembangunan akan dilakukan besok jadi kalau besok tiba-tiba ada orang yang datang dan menyebut nama saya, maka izinkan mereka memulai pekerjaannya. Lalu ini, kalender bulan ini bisa segera kamu isi ya. Segera cek mengenai pem-booking an villa dan berikan di penanggalan agar para pekerja tidak lupa." ujarku yang dijawab anggukannya. Setelah pembahasan selesai, Ludhe langsung keluar dari villa ku. *** Pagi ini aku terbangun dan seperti biasa, aku langsung mencuci muka dan menyikat gigi ku. Saat keluar dari kamar, aku melihat Nunik yang sedang memasak. "Pagi, pak!" sapanya yang ku jawab anggukan. "Pagi, oh iya hari ini tolong masak lebih banyak ya karna ada tamu yang akan datang!" pintaku. "Oh iya pak." jawab Nunik. Aku mulai memutari villa untuk melihat apa-apa saja yang terjadi di villa ku ini. Beberapa pekerja dan pengunjung menyapa ku, bahkan ada beberapa ekor anjing yang memang mengenaliku langsung menghampiri untuk meminta ku elus-elus bulu nya. Mereka sangat menggemaskan. Langkah ku memasuki ruang resepsionis, aku bisa melihat Ludhe yang masih menggunakan kebaya khas nya setelah dia beribadah. "Dhe, tolong ya kamu panggil orang untuk perawatan kandang anjing disini. Pastikan layak untuk mereka tempati! Oh iya, bagaimana perkembangan villa kita?" tanyaku. "Cukup baik pak, tapi ada satu saran dari pengunjung mereka memberikan saran agar kita menambahkan menu makanan non halal di resto." kata Ludhe memperlihatkan halaman website yang berisikan saran dari pengunjung yang tadi dibacakan oleh Ludhe. "Eeumm kalau saya sih ga bisa untuk memperbolehkan karna sesuai dengan pesan papa untuk tidak memasak di dapur hotel. Tapi saya rasa ada cara lebih baik, kita akan kerjasama dengan resto didekat sini saja. Khusus untuk makanan non halal. Jadi nanti setelah pembangunan di villa ini selesai akan ada dua dapur, dapur kita yang sekarang dan satu dapur masakan non halal. Maaf Ludhe, saya bukan membeda-bedakan tapi ini untuk mencegah ke-khawatiran tamu-tamu vegetarian yang datang." ucapku yang dijawab anggukan Ludhe. "Saya mengerti pak. Baiklah nanti akan saya carikan sesuai perkataan bapak." kata Ludhe. Aku kembali ke dalam villa tempat ku tinggal, Nunik sedang memasak makanan untuk disajikan. "Pak, ga ke kantor?" tanyanya yang ku jawab gelengan. "Hari ini saya ga ke kantor kan nanti mau ada tamu. Oh iya kamu kan deket ya sama pekerja disini, apa kamu tau siapa-siapa saja yang rumah nya masih sewa?" tanyaku. "Eeumm setau saya sih ada tujuh orang pak." jawab Nunik. "Ya udah, nanti setelah kamu selesai memasak langsung panggil mereka kesini ada yang harus saya bicarakan." pintaku. "Baik, pak." kata Nunik. Akupun melanjutkan langkah ku ke kamar. Setelah merapihakn tempat tidur, aku langsung mandi. Tiba-tiba bayang-bayang gadis itu kembali datang. Memang harus ku akui, dia sangat manis dan membuatku tertarik padanya. Kanaya, nama yang indah. Sembari berendam didalam bathub, tanganku meraih ponsel untuk menghubungi Irwan. "Hallo? Kenapa nih pak bos?" tanya Irwan setelah mengangkat telfon dari ku. "Cari tau tentang Kanaya yang kemarin ngelamar kerjaan di perusahaan kita. Terima dia dan perempuan yang lo sukain itu! Gw tunggu informasi tentang dia sampai nanti siang jam dua belas. Anter ke villa biar lo ketemu sama Om Ray juga!" ujarku menyuruh Irwan. "Huft! Iya deh iya. Lo ga ke kantor nih ya?" tanya Irwan. "Kagak. Lo juga ke villa aja sini!" pintaku. "Iya nanti dah abis tugas dari lo beres," kata Irwan. *** Kini aku sudah siap dengan kemeja bunga-bunga dan celana jeans pendek selutut ku ini. Siang ini Om Ray dan Tante Erina akan berkunjung untuk membahas kerjasama antara kami berdua. Mereka adalah sahabat mama dan papa karna itu aku percaya kalau mereka akan memberikan penawaran yang menguntungkan kami. Ketika sedang duduk santai menunggu kedatangan mereka di ruang resepsionis, aku mendengar deru mesin mobil yang berhenti tepat didepan. "Keponakan om!!" Aku mendengar suara Om Ray, dengan segera aku menghampiri mereka. Terlihat Om Ray sedang membantu Tante Erina untuk turun dari mobil. Mereka memang sebelas dua belas dengan kedua orangtua ku, bucin tanpa melihat sekitar hehehe. Akupun menghampiri mereka dengan senyuman di wajahku. "Gimana perjalanan kalian om, tant?" tanya ku. "Om akuin sih Pak Tua memang berbakat dalam bisnis. Inni tempatnya lumayan jauh kalo dari bandara tapi om juga suka sama suasana sekitarnya apalagi nih tante kamu dia udah ribut dari tadi mau jalan-jalan disini kata mama kamu kan villa ini bagus makanya tante kamu ini ga sabaran." jawab Om Ray yang juga tersenyum. "Sayang, kamu kebiasaan deh manggil Bang Sena pak tua. Kan ga enak kalo didepan Arsen. Hallo ganteng!" sapa tante Erina yang langsung memeluk ku. "Hallo, tant. Gapapa kok kalo soal itu mah Arsen ga keberatan, toh om kan cuman bercanda." sapaku balik setelah dia melepaskan pelukannya. "Oh iya hampir aja tante lupa, nih ada titipan mama kamu. Katanya 'Rin kasihin ini ke anak gw ya biar dia ga kurus' nih ya buat kamu." kata Tante Erina yang ku jawab anggukan. Aku melihat isi dari totte bag yang diberikan oleh beliau. Ada masakan mama yang sudah di bekukan. Aku tersenyum mengingat rasa masakan mama yang sangat enak bagi ku. "Yaudah ayo om, tante! Kita ke villa aku dulu aja ya. Ludhe! Suruh si Bagus sama si Victor buat bawain koper ke villa Drupadi! Ingat, berikan pelayan yang bagus untuk tante dan om saya ini!" suruhku. "Baik, pak!" jawab Ludhe yang tersenyum. "Ayo om, tante!" ajak ku seraya mulai menuntun mereka berdua ke arah villa ku. "Dia cantik juga, pasti pacar kamu ya!" ledek tante Erina yang ku jawab gelengan. "Arsen belum minat punya pasangan tan." jawabku sambil tersenyum. "Iya kecuali sama Kanaya tan!!" Aku menengok ketika mendengar suara Irwan dari belakang kami. Huft! Anak ini sama aja ternyata kayak Tante Syana, selalu ga bisa ngejaga omongannya. Ketahuan deh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN