-Jalan Bareng-

1093 Kata
Arsen P.O.V Ketika aku sedang menatap lama Kanaya yang sedang memilih parfum bersama Divya dan Arkena, mataku melihat seorang laki-laki yang berjalan mendekati gadis ku itu. Laki-laki itu menepuk pundaknya saat dia menengok, mereka seperti sudah kenal lama dan langsung berpelukan. Aku hanya bisa menatap laki-laki itu dengan tajam, melihat dari cara berpakaian dan model rambutnya dia sepertinya seorang karyawan kantoran. Ada binar bahagia di mata Kanaya saat menatap laki-laki itu membuat darah ku mendidih melihatnya. "Sen, lo liat deh itu kayaknya dia ngobrol ya sama si Kanaya?" tanya Irwan. "Iya, nanti kita kesana. Gw bisa aja nanya sama Arken itu siapanya si Kanaya." jawabku. "Iya deh. Yaudah yuk kita samperin mereka aja!" ajak Irwan. "Ga usah, nanti aja. Tunggu mereka beres baru nanti kita masuk ke dalem." ujarku. Akhhirnya ketiga gadis itu ke kasir untuk membayar setelah itu mereka pun menghampiri kami. "Ka, aku mau ke salon deh. Kakak mau ikut juga apa nunggu dulu?" tanya Arken. "Kakak sama Irwan ikut sama kalian dulu biar tau salon yang kalian datangi. Iya kan, Wan?" ujarku. "Yups! Betul sekali. Ayo!" ajak Irwan. Kami mulai berjalan, aku membantu Arkena membawa tas belanjaannya begitupun dengan Irwan yang membantu Divya membawa tas belanjaannya. Aku melirik Kanaya yang terlihat santai membawa tas belanjaannya namun sesekali dia membenarkan posisi tas itu sepertinya dia capek karna pasti sulit membawa tas sebanyak itu. Dengan segera aku mengambil tas belanjaanya dan membuat mereka semua menatapku bingung kecuali Irwan yang tersenyum meledek ku. "Pak, ga usah biar saya saja." tolak Kanaya. "Ga usah. Jalan kamu! Ini biar saya yang bawa!" ujarku. "Tapi kan itu belanjaan saya! Sini biar saya sendiri yang bawa!" kata Kanaya dengan nada agak tinggi. Aku langsung memberikan tatapan tajam kepadanya lalu berjalan mendahului mereka. "Saya bantu aja kok repot. Nanti tangannya pegel bilangnya ga ada cowok yang pengertian. Aneh nih cewek!" umpat ku pelan. Akhirnya kami sampai didepan satu salon dan spa yang terlihat cukup menarik. Mereka juga melayani konsumen laki-laki. Lumayan nih! "Wan, kuy lah kita ikut! Refreshing bentar!" ajak ku. "Hah? Seriusan lo? Lo kan bisa nanti di villa, Sen!" kata Irwan. "Yailah biar sekalian aja sama mereka. Mau ga lo? Kalo kagak yaudah gw sendiri nih ga gw bayarin." tawarku. "Eh iya deh! Kapan lagi di bayarin!" ucap Irwan. Kamipun langsung masuk ke dalam, Kanaya dan Divya masih terlihat canggung bersama Arken. "Mbak! Saya mau treatment rambut sama wajah ya sekalian deh lulur juga!" kata Arken. "Baik, kalau dua mbak ini apa?" tanya pegawai salon. "Eh? Eumm saya creambath aja mbak!" jawab Divya. "Saya juga." ujar Kanaya. "Enggak boleh, kalian ikut Arken juga!" pinta Arkena. Aku bisa melihat raut wajah kedua karyawati ku itu yang masih menunduk tidak berani menatap kami. Kanaya menatapku dan memberikan tatapan yang tidak bisa ku pahami. "Kenapa kamu natap saya? Mau izin?" tanyaku yang dijawab anggukannya. Aku merasa lucu dengan tingkah Kanaya, inilah yang spesial darinya. Dia tidak akan memanfaatkan kebaikan orang lain. "Ga usah izin. Terserah kalian aja tapi saya harap kamu nurut ya ke Arkena. Dia emang gitu ga mau kalau sendiri ngapa-ngapainnya." ujarku. "Baik, pak!" jawab Divya menunduk. "Saya mau semuanya yang coklat!" pinta Arken. "Eeuumm saya yang madu aja!" ujar Divya. "Baik, kalau anda mau yang mana mbak?" tanya pegawai salon kepada Kanaya. "Saya yang lulur kuning jawa dan hair mask yang rose. Untuk masker wajah mungkin yang rose juga." jawab Kanaya. Akhirnya setelah para wanita itu menentukan pilihan, mereka segera masuk ke dalam satu bilik. Dari sini aku bisa memastikan kalau Kanaya adalah penyuka wangi bunga-bunga. Terlihat dari cara dia memilih pilihannya. "Kita jadi nih Sen? Lo yakin?" tanya Irwan. "Kalo lo mau mah ayo aja biar gw yang bayar!" jawabku. "Sip, yaudah eeuumm mbak saya mau di creambath dan di pijit ya!" pinta Irwan. "Baik, kalau anda?" tanya pegawai yang sedari tadi melayani kami. "Saya creambath aja." jawabku singkat. *** "Dek, tadi itu siapa nya Kanaya?" tanya ku saat mobil sudah berjalan membelah jalanan wilayah Kuta yang cukup dipenuhi mobil. Kami akan segera pulang ke villa setelah tadi mengantar Kanaya dan Divya ke kontrakan mereka karna hari sudah sore. "Tadi sih seinget aku Ka Naya bilang kalo itu sahabatnya kak. Tapi aku kayak agak gimana gitu sama ttuh cowok." jawab Arken. "Kenapa emangnya, dek?" tanya Irwan yang duduk dibelakang. "Matanya jelalatan. Kalo aja tadi ga ada Ka Naya udah pasti bakalan Arken pukul tenggorokannya biar ga bisa nafas." jawab adik ku yang membuat senyum ku terbit. "Bagus. Lain kali lakuin aja ya kalo ada yang jelalatan ke kamu." kata ku. "Tapi Kanaya bingung deh kenapa kakak suka sama Ka Naya. Secara kan kakak itu orangnya lempeng ga pernah nunjukin perasaan. Aku aja ngiranya kakak ga normal. Eh ternyata ada yang di suka." kata Arken. "Iya gitu deh, kan kamu liat dari tadi aja tuh dia keliatan menggemaskan. Kakak ya kalo ga inget sama karyawan yang lain udah pasti langsung kakak seret ke KUA tuh anak!" ujarku. "Weittsss!! Sabar dulu dong bro!" kata Irwan. "Hadeeuh susah juga ya kalo si ketus udah bucin. Eh iya kak, ga ada apa niatan buat ngenalin ke mama?" tanya Arken. "Belum, mungkin nanti kalo udah jelas hubungannya." jawabku santai. "Awas nanti keburu di gebet!" peringat Arken. Akhirnya mobil yang kami naiki sampai didepan villa, aku bisa melihat ada Arga yang sedang berenang. "Wih dia berenang! Ah Arken juga mau!" ujar Arken sambil berlari masuk ke dalam. "Eh ada Ka Irwan! Gimana kak jalan sama cewek yang kemaren?" tanya Arga saat melihat aku dan Irwan yang baru masuk. "Ya begitulah, dia tipe gw sih. Siap-siap deh abis ini kita tinggal ngatain nih cowok jomblo sendiri. Kasian deh lo!" ledek Irwan. "Biarin yang penting gw sukses." ucapku santai. Aku melihat ke pemandangan disekitar kami, villa ini begitu asri. Akan sangat menyenangkan bila aku bisa bersantai sejenak dari banyaknya pekerjaan hari ini.Tanpa memperdulikan ledekan dari adik serta sahabatku ini, aku memilih masuk ke dalam kamar setelah meletakan tas belanjaan Arkena. Pintu kamar mandi terbuka dan terlihatlah adik perempuanku mengenakan satu bikini yang tadi dia beli dan itu membuatku kesal. Langsung saja aku melemparkan kaos ke muka adikku ini membuat dia kesal dengan perlakuanku. "Kakak ih!" ujar Arkena kesal. "Pakai baju yang bener! Bisa aja nanti pengunjung liat kamu! Kalo yang bener kayak kakak mah gapapa lah kalo kayak cowok tadi gimana? Pakai!" titahku. "Ck! Kan tembok villa tinggi kak! Ga akan ada yang liat aku!" kata Arken menolak. "Kakak ga rela ya dek kalo badan kamu ke ekspos meskipun cuman ada kakak-kakak kamu doang tetep aja ga rela kakak! Pakai atau ga usah renang sama sekali!" ancamku. "Iya deh iya, Arken pakai!" jawabnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN