Ilona tengah berada di sebuah taman yang letaknya ada di pusat kota, ia sengaja mencari tempat yang nyaman untuk menenangkan diri. Kebetulan taman itu tidak terlalu ramai sehingga ia merasa nyaman berada di sana. Tadi ia langsung pergi meninggalkan apartemen Pratama begitu pria itu menyatakan penolakan atas janin yang ada dalam kandungannya. Ilona tak kuasa membendung air matanya. Perkataan Pratama terngiang terus di telinganya. Pria itu malah sempat mengatakan jika itu bukan anaknya. Hati Ilona benar-benar sakit seperti diiris sembilu. Bukannya ia pernah berkata akan bertanggung jawab terhadap dirinya saat pertama kali menodainya. Ah, pria memang selalu saja memberikan harapan palsu dan membujuk rayu agar gadisnya mau ditipu. Mungkin benar apa yang diucapkan Pratama. Ia harus menggugur