“Aduh tugas kelompok gini, Ronald ijin lagi,” keluh Erika sebal.
Ronald ijin sakit beberapa hari padahal dia tergabung dalam kelompok bersama Gemintang dan kedua sahabatnya. Gemintang tidak bisa berbuat apa-apa karena hubungan mereka sebatas di sekolah dan juga bertemu saat di luar rumah. Belum pernah sekalipun Ronald mengajaknya ke rumahnya sehingga dia hanya bisa mendoakan kesembuhan Ronald dari jauh.
“Gimana kalau kita nyari referensi di perpus aja?” usul Gemintang.
“Tapi gue laper” Erika menjawab sembari memegang perutnya dengan wajah dibuat lemas
“Iya nanti, kita nyari dulu referensinya. Abis itu ke kantin deh.” Aisyahrani memberikan saran.
Setibanya di perpusatakaan, tanpa aba-aba mereka berpencar mencari buku yang sesuai dengan tugas kelompok mereka. Setelah beberapa menit mereka akhirnya menemukan buku yang dicari dan sesuai.
“Gem, Rani, udah kan?” Tanya Erika, “Ke kantin yuk. Nanti dikerjain di kelas aja. Lagian juga balik dari sekolah kita ke rumahnya Rani kan?”
“Disinia aja deh. Gak berisik soalnya. Gue nitip aja” tolak Gemintang yang masih serius membuka halaman demi halaman buku di hadapannya.
“Oke. Kalau gitu gue ke kantin dulu yah bareng Erika”
Gemintang dengan serius membuka beberapa buku di hadapannya. Sesekali mencatat beberapa halaman yang mungkin akan dimasukkan dalam tugas mereka.
“Hei, ganggu gak?” sapa Banyu sembari duduk di samping kursi Gemintang.
“Kak Banyu, kakak disini juga?” ucap Gemintang menoleh tidak percaya harus bertemu Banyu lagi di tempat ini.
“Iya, pengen nyari buku juga sih.” Banyu menyimpan buku di meja, buku yang sempat dipilihnya di rak buku yang terpajang.
“Kamu tumben kesini?”
“Iya ada beberapa tugas, aku butuh nyari referensi nih. Lagian juga bisa konsen disini. Gak berisik” sontak keduanya mendapatkan tatapan tidak bersahabat siswa yang berada dalam perpustakaa seolah-olah merasa terganggu, karena walaupun suara mereka pelan tetapi masih bisa kedengaran.
“Aku tahu tempat yang asyik. Yang gak akan ada orang terganggu, walaupun kamu teriak sekalipun. Mau kesana gak?” bisik Banyu sembari mendorong kursinya ke belakang untuk beranjak pergi.
“Boleh” Gemintang berjalan mengikuti Banyu.
“Disini? Ini kan gudang sekolah?” tatap Gemintang tidak percaya setelah tiba di gudang sekolah.
“Kenapa? Tempatnya bersih kok. Adem juga soalnya di bawah pohon gini.”
“Gak sih ada pengalaman buruk dikit” Gemintang menjelaskan.
“Oh yah. Pengalaman apa, bukan pengalaman ketemu hantu kan?” balas Banyu memastikan.
“Kakak takut?”
“Nggg…nggaklah” ucap Banyu terbata-bata dan ragu. Padahal tebakan Gemintang benar adanya, Banyu mempunyai ketakutan mahluk halus. Walaupun tidak ada pengalaman pernah bertemu, tetapi dia paling menghindari untuk menonton film horror ataupun berada di tempat yang menyeramkan.
“Iya, pernah nolak cowok disini soalnya. Kalau diingat lucu aja” memori Gemintang seolah kembali terulang. Menolak cowok yang awalnya lembut saat menyatakan cinta, tetapi seketika menjadi b******k saat cintanya ditolak.
“Jadi itu kamu?”
“Maksudnya?” Tanya Gemintang tidak mengerti.
“Kamu ingat kan, cowok yang berada dalam gudang?”
“Jadi itu kakak?”
“Ehm, iya”
Keduanya kompak tertawa bersama dan merasa lucu mengingat kejadian itu.
***
“Lo dari mana aja sih. Kita nyariin di perpus” tanya Erika setelah melihat Gemintang yang berjalan masuk ke kelas.
“Ada kok, mungkin kalian ke perpus, gue yang ke kantin. Jadi mana bisa ketemu” Gemintang mencoba mencari alasan yang sebisa mungkin masuk akal, walaupun terlihat sulit.
“Aneh lo…”
“Udah, jangan nanya mulu. Pesanan gue mana, laper nih” ucap Gemintang.
Tiap hari aku disini kok,
Ini tempat favorit aku.
Kalau kamu mau, Aku bawain komik tiap hari
Kita baca sama-sama
Seketika kata-kata Banyu terngiang-ngiang di kepala Gemintang. Yakin bahwa kedua sahabatnya mencari Gemintang, dia bergegas meninggalkan gudang dan berjanji akan bertemu Banyu di tempat itu.
***
Setiap hari Gemintang bertemu Banyu diam-diam di gudang sekolah. Perpustakaan alasan paling rasional yang diberikan untuk kedua sahabatnya. Apalagi mereka agak alergi berlama-lama di perpustakaan karena sensitifnya daya pendengaran murid disana. Erika yang bersuara cempreng dan blak-blakan lebih sering ditatap dengan sorotan mata tajam dibandingkan berkonsentrasi membaca bukunya. Aisyahrani yang tentu saja dijuluki peri baik hati, lebih menuruti keinginan Erika untuk menemaninya saja ke kantin.
Berdua bersama Banyu tiap hari menghabiskan jam istirahat di gudang sekolah. Perasaan nyaman dan saling mengenal pribadi satu sama lain. Gemintang dan Banyu merasa bahwa hubungan mereka lebih dari hubungan yang biasa. Tapi terasa ada yang salah, sampai kapan mereka harus menutupi kedekatan mereka, sebelumnya Gemintang harus mengakhiri hubungannya dengan Ronald. Tetapi atas dasar apa, Ronald tidak pernah melakukan sesuatu yang berdampak besar dalam hubungan mereka. Sebisa mungkin dia menjadi pacar yang baik bagi Gemintang.
“Sabtu Ini, kamu ada waktu gak. Aku ajak ke tempat rahasiaku yang lain”
“Kakak kebanyakan tempat rahasia nih,” ucap Gemintang.
“Iya boleh, tapi aku gak boleh pulang kemaleman,” lanjut Gemintang lagi.
“Iya pasti. Aku juga gak tega kali kamu dimarahin Mami kamu” dibalas anggukan paham Gemintang.
***
“Hai, pagi beb. Kangen gak?”sapa Ronald dengan wajah lebih segar.
Gemintang yang baru saja duduk dan mengambil beberapa buku pelajarannya. “Hei kamu apa kabar. Udah baikan?” sontak Gemintang senang melihat Ronald yang sudah berdiri di hadapannya tersenyum manis.
“Iya, aku ketinggalan banyak pelajaran nih.”
“Iya aku udah nyatet kok. Nih buat kamu,” ucap Gemintang menyodorkan buku catatannya.
“Enak yah punya pacar siaga.”
“Ehm bisa aja”
“Kalau gitu, gimana kalau sabtu ini kita nongkrong di café. Kan enak kerja tugas sambil nongkrong. Aku janji deh gak akan kemaleman anter kamu pulang.”
“Sabtu…Sabtu ini” ucap Gemintang memastikan, raut wajah terlihat kaget tetapi ditanggapi raut wajah bahagia oleh Ronald.
Kenapa harus bersamaan sih, ucap Gemintang di dalam hati.
“Iya boleh,” ucap Gemintang pasrah, artinya dia harus membatalkan janjinya kepada Banyu. Apalagi ini permintaan Ronald setelah beberapa hari sakit.
***
“Yuk ke kantin yuk Gem. Erika, Rani bareng aja. Aku traktir” ajak Ronald sesaat bel istirahat berbunyi.
“Dih Ronald baik banget deh. Kalau gitu sering-sering aja sak…”
“Hust…lo tuh mulutnya” cegah Aisyahrani, bisa menebak ucapan bar-bar Erika.
“Eh sori-sori bukan gitu maksud gue” elak Erika dan ditanggapi senyuman kegelian oleh ketiganya.
“Eh gue balik ke kelas dulu yah. Ada barang ketinggalan di kelas. Kalian duluan aja, nanti gue nyusul”.
Gemintang berjalan berbalik arah, hanya ditatap aneh oleh ketiganya. Seorang Gemintang bisa melupakan sesuatu, adalah hal yang lumayan langka.
“Hei kak, udah lama?” sapa Gemintang yang melihat Banyu duduk di sebuah meja tidak terpakai di belakang gudang sekolah.
“Iya baru aja, nih aku bawa komik lanjutan kemarin”
“Aduh maaf kak, hari ini aku gak bisa baca komik bareng. Soalnya Ronald ajak aku kantin bareng Rani dan Erika. Sekarang mereka nungguin aku disana.”
“Gitu yah” sontak raut wajah kecewa Banyu.
“Terus soal ajakan kakak kemarin, Sabtu ini aku gak bisa keluar bareng kakak.”
Setelah itu Gemintang bergegeas meninggalkan Banyu yang masih mematung mencerna setiap kata-kata yang dikeluarkan Gemintang.
“Gemintang, tunggu,” cegah Banyu menahan tangan Gemintang.
“Kamu tahu kan, gimana perasaan aku sebenarnya ke kamu,” lanjut Banyu mengungkapkan perasaannya.
“Iya kak, maaf. Tapi aku masih punya Ronald. Aku gak mau orang mikir macem-macem sama hubungan kita. Kak Banyu itu orang baik. Aku mau bangga sama hubungan kita kak, bukan disembunyiin kayak gini. Berikan aku waktu kak.”
“Baik, aku tunggu kamu. Selalu ada aku tempat kamu kembali”
“Makasih kak. Aku harap Kak Banyu bisa sabar nungguin aku.” Gemintang dengan tergesa-gesa meninggalkan Banyu.
***
Hari Sabtu yang dijanjikan Ronald, keduanya tiba di sebuah café.
“Gimana beb, tempatnya bagus kan?”
“Iya, bagus”
“Aku tahu itu. Pesan apa?” tanya Roland sembari melihat-lihat menu.
“Aku pesan yang kamu pilihin deh, soalnya kamu tahu kan makanan disini,” jawab Gemintang.
“Oke deh”
Ronald yang selalu punya banyak hal yang bisa diceritakan, mungkin saja karena dia mempunyai banyak teman dari kalangan apa saja.
“Ronald kamu disini?” sapa seorang cewek menginterupsi keduanya.
“Aa…Alexa kamu disini?” tanya Ronald dengan gugup, sekilas menghentikan makannya dan mengambil minuman untuk meredakan kerongkongannya yang tiba-tiba kering.
“Loh katanya kamu ada acara bareng temen basket kamu.”
“Kamu juga, kirain ke mall kan?”
Gemintang yang hanya menatap keduanya. Merasa perlu mencerna situasi, dan menebak-nebak siapa gadis di depannya yang berbicara dengan Ronald.
“Ini siapa?” Tanya gadis yang bernama Alexa itu menatap ke arah Gemintang.
“Ini…” tatap Ronald ke arah Gemintang dan Alexa bergantian. Berharap kejadian ini hanyalah mimpi.
Gemintang bangkit, “Perkenalkan nama aku Gemintang, pacar Ronald.”
“Pacar Ronald? Beneran ini Nald?”
“Ah…itu” Ronald kehabisan kata.
“Aku Alexa pacar Ronald di Surabaya. Sudah seminggu ini aku disini. Khusus menemui Ronald”
“Jadi gitu. Aku tahu sekarang. Ronald ijin sakit, ternyata bareng kamu selama ini,” tebak Gemintang dan menatap tajam ke arah Ronald menuntut penjelasan.
“Kalau gitu, aku pulang. Silahkan kalian lanjutkan.”
“Gem…Gemintang aku bisa jelasin,” cekal Ronald.
“Lepasin tangan aku” ucap Gemintang menepis tangan Ronald. Sebulir air matanya sebisa mungkin dia tahan. Gemintang meninggalkan Ronald dan Alexa yang masih saling bertengkar. Ada rasa sakit hati karena pengkhianatan Ronald. Perhatian dan segala hal yang Ronald berikan ternyata terbagi untuk orang lain.
Gemintang bergegas meninggalkan café itu, dan menunggu taksi lewat di hadapannya.
“Gemintang, kamu baik-baik aja kan?”
“Kak Banyu, kok bisa disini?”
“Ehmm…itu.” Ucap Banyu menimbang-nimbang memberikan penjelasan Gemintang.
“Udah, gak usah bahas. Nanti aja kakak jelasinnya. Bisa bawa aku pergi dari tempat ini gak?” potong Gemintang cepat dan bergegas naik ke motor Banyu.
Banyu kemudian memacu motornya, menyusuri jalan yang belum pernah dilalui Gemintang, terasa asing.
“Ini dimana kak? Bagus banget. Serius ini masih di jakarta” Gemintang terpesona dengan pemandangan indah di hadapannya. Melihat lalu lalang keramaian ibu kota dari tempat tinggi.
“Keren kan. Kamu bisa melihat pemandangan senja kota Jakarta disini” Gemintang mengangguk sembari menatap takjub.
Keduanya kemudian duduk beralaskan rumput.
“Ini minuman untuk kamu,” Banyu menyodorkan minuman dingin, setelah sebelumnya singgah di mini market
“Terima kasih”
“Kamu kenapa tadi?” tanya Banyu.
Gemintang menceritakan semua kejadian yang terjadi di café. Pengkhianatan Ronald dan kebohongannya selama ini yang dia tutupi.
“Terus gimana selanjutnya?”
“Yah putuslah. Enak aja aku diduain,” jawab Gemintang yakin.
“Kalau gitu, saatnya aku masuk?”
“Masuk kemana?” tanya Gemintang tidak mengerti dan menatap aneh ke arah Banyu sembari membuka botol minumannya.
“Masuk ke hatimu,” sontak saja minuman yang diteguk Gemintang tersembur keluar.
“Kamu pelan-pelan dong” ucap Banyu seraya membersihkan minuman di sudut bibir Gemintang.
“Gak us…” ucapan Gemintang menggantung tanpa mampu dilanjutkannya.
Beberapa detik saling bertatapan. Meresapi setiap perkataan yang dikeluarkan. Banyu dengan tatapan penuh harap, mencoba menepis jarak diantara keduanya. Banyu mendekatkan wajahnya ke arah Gemintang, tanpa mampu ditepis Gemintang. Gemintang refleks menutup matanya, menahan debaran jantungnya yang lebih cepat
Cup…
Banyu mencium bibir Gemintang lembut, tidak lama tidak juga cepat, sontak membuat wajah keduanya bersemu merah yang kemungkinan tidak tampak jelas karena beranjak malam. Ciuman pertama yang manis. Terasa hangat dan membuat jantung keduanya berdegup kencang.
“Kamu mau kan jadi pacar aku?” Banyu memohon setelah ciuman mereka. Tanpa bisa dicegah oleh otak Gemintang, dengan refleksnya menggerakkan kepalanya mengangguk, dan dibalas pelukan hangat Banyu.
“Aku mau umumkan hubungan kita secepatnya” ucap Banyu yang menggengam tangan dan menyatukan dengan tangan Gemintang.
Gemintang menatap ke arah Banyu dan melihat sekilas genggaman tangan mereka kembali menyadarkan diri dari beberapa saat terlena dengan setiap perlakuan Banyu. “Aku butuh waktu kak. Gak mungkin kan, aku umumin hal itu saat baru aja aku putus dengan Ronald.”
“Kalau gitu aku umumin saat kamu ulang tahun. Dua minggu lagi kan? Aku rasa itu cukup. Aku ingin semua orang tahu, kamu milikku”
“Kakak tahu, ulang tahun aku?” tatap Gemintang tidak percaya.
“Ada banyak hal yang aku tahu tentang kamu”
Segala perkataan yang membuat Banyu ucapkan membuat Gemintang semakin yakin bahwa Banyu lah yang sebenarnya ada di hatinya.
Menikmati senja bersama, semilir angin berhembus, membuat waktu bergulir cepat.
“Kak, aduh udah malem. Anterin aku balik yah” ucap Gemintang menatap jam tangannya menunjuk angka jam 7 malam.
“Pasti dong, buat pacar aku apa sih yang gak” Banyu bangkit dan membantu Gemintang untuk berdiri. Kemudian memacu motornya menyusuri jalan berboncengan dengan seseorang yang telah lama mengisi hatinya.