" Ingat ya hari ini kalian di rumah saja, Mommy sudah masak kalian tinggal makan.." kata Mayleen yang sedang bersiap berangkat kerja.
" Terutama kamu, Miko.."
Kedua mata bocah itu membulat sambil mendongak memandang Mommynya.
" Mommy pergi dulu ya.." Mayleen menunduk mencium Miko yang masih duduk di atas kasur tanpa ranjang itu.
" Baiklah.." jawab Miko sambil mencium pipi Mommynya.
" Kalian juga baik baik dirumah ya.."
" Baik Mommy.." jawab Miki sambil mencium Mommynya bergantian pada Niko dan Niki.
" Ok baiklah.. Mommy pergi dulu.."
Setelah memastikan Mommynya sudah pergi, Miko bergegas bangun.
" Kamu mau ke mana?" Tanya Niko melihat Miko yang memakai jaket tebal.
" Aku pergi dulu ya..." Miko memakai sepatu.
" Kan Mommy sudah bilang jangan pergi ke mana mana.." kata Niki.
" Kalian tenang saja aku akan pulang sebelum Mommy pulang.. bye!"
" Bagaimana ini?" Tanya Miki. " Anak kuntilanak itu susah sekali di kasih tahu.."
" Biarkan saja.." jawab Niki tak mau ambil pusing. " Susah sekali di kasih tahu.."
" Ya sudah kalau begitu aku menyusulnya ya."
Kata Miki yang bergegas memakai sepatu.
" Sekarang bagaimana ini?" Tanya Niko.
Niki melihat Niko dengan wajah tenang.
" Biarkan, Pasti itu hanya alasan Miki saja ingin menyusul Miko.."
" Kau akan pergi.." tanya Niko melihat Niki memakai sepatu.
" Aku tidak mau kalah dari mereka, aku juga ingin punya sepatu hasil kerja sendiri.."
Niko terpaku melihat Niki yang sudah pergi, sejurus kemudian dia juga bersiap untuk pergi.
" Miko! Tunggu.."
Miko melihat ke belakang dan melihat Miki sedang mengejarnya, dia terus melarikan diri.
" Mana dia?" Gumam Miko sambil melihat kearah jalan. " Cih! Pasti dia pergi berjualan juga.. ada ada saja sok mengejar aku.."
***
" Begini Nona May.." kata bos Mayleen sambil menatapnya penuh minat. " Kemarin kan aku sudah memberi kamu bunus.. sekarang sudah saatnya aku minta bonus dari kamu.."
Mayleen mengerutkan dahinya. " Tapi saya tidak punya uang, tuan.."
" Aku tahu.. karena itu aku meminta hal lain dari dirimu.." jawab pria paruh baya itu sambil tersenyum kecil.
" Apa itu?"
" Malam ini aku ingin membawa kamu ke suatu tempat, aku mohon kamu jangan menolak.."
" Aku tidak bisa kalau malam, aku sudah ada anak, tuan.. mereka pasti khawatir kalau aku pulang malam.."
" Hanya sebentar, dan aku yakin setelah kamu merasakan kamu pasti melupakan mereka untuk seketika.."
Mayleen mengerutkan keningnya, dia tak faham apa maksud pria itu.
***
Aron menatap foto seorang pria paruh baya, itu adalah sasarannya malam ini.
Pria paruh baya itu sudah terlalu banyak hutang padanya.
"Andy Wang.." gumamnya, dia beranjak dari duduknya, dia yang akan langsung turun tangan.
Dia pergi ke club pria paruh baya itu sendirian, Aron menghentikan mobilnya di depan club tersebut.
Aron melangkah masuk ke dalam club itu, club itu sedang di bersihkan karena nanti malam akan di buka lagi seperti biasa.
" Permisi.." Aron mendekati seorang wanita yang sedang mengelap meja dengan kain basah.
" Iya.." jawab wanita itu sambil membalikkan tubuh kearahnya.
" Apa kamu melihat Andy Wang.."
Wanita itu tampak terpaku melihat pria di depannya. Dia orangnya, Ya dia orangnya..
" Kenapa kamu menatapku seperti itu? Aku tampan ya.." tanya Aron sambil membuka kaca mata hitamnya.
Wanita itu melongo melihat bola mata berwarna biru pria itu, tidak salah lagi!
" Apa kamu melihat Andy Wang?" Tanya Aron lagi.
Mayleen masih terdiam, dia seolah tak percaya bertemu pria itu lagi, setelah sekian lama akhirnya mereka di pertemukan kembali.
Tapi ada yang salah, sepertinya pria itu tak mengingatnya lagi.
" Dia lagi pergi.."
Aron menatap wanita itu sambil tersenyum lebar hal itu membuat detak jantung Mayleen berdetak lebih laju dari biasanya.
" Terima kasih.." Aron melangkah pergi.
Mayleen masih memandang Aron yang sudah jauh. Benar! Aron tak mengingatnya! Tapi bukankah itu lebih baik?
" Sekarang aku harus apa? Mafia itu sudah menemukanku, bagaimana kalau nanti dia mengingatku.."
***
Miki tersenyum melihat duit di tangannya, hasil jualan kuehnya sudah habis.
" Terima kasih ya Uncle.." kata Miki sambil tersenyum pada pria paruh baya yang menjadi bosnya, dia hanya membantu menjual kue disana.
" Sama sama.. besok kamu datang lagi.."
" Baik.." Miki dengan langkah lebar mulai meninggalkan tempat penjualan kueh tersebut.
Sehingga tiba tiba seseorang melanggarnya membuat duit syiling di tangannya terjatuh.
" Maaf.." Seorang pria yang masih terlihat muda dan aroma parfume sangat menusuk hidung Miki, pria itu menunduk menolong Miki untuk mengambil duit.
" Terima kasih.." Miki dengan bola mata berwarna birunya menatap pria itu.
" Kamu bukannya anak yang kemarin.." tanya pria itu sambil menatap bocah itu dengan seksama.
" Tuan salah orang.."
Pria yang memiliki bola mata berwarna biru juga itu tersenyum lalu mengelus rambut bocah itu.
" Saya permisi, Tuan.." Miki sedikit menunduk di depan pria yang seperti berpangkat itu, lalu melangkah pergi.
" Tidak mungkin aku salah orang.. tapi mata mereka berbeda.." Gumam Aron pelan, dia memandang bocah dengan pakaian dekil itu pergi dari pasar.
" Tiba tiba sepi ya.." kata Aron sambil tertawa pelan karena pasar yang tadi bagaikan orang bertengkar saking bising, kini sudah menyepi karena kedatangannya.
Aron melangkah masuk ke dalam ruangan, karena di tempat ini adalah tempat penjualan narkoba, dan pasar tersebut hanyalah hiasan semata.
" Sudah siap ternyata.." Gumam Aron dari kejauhan di melihat anak anak yang di masukan dalam sangkar.
" Malam ini... Jam sebelas malam siapkan semuanya.." kata Aron pada Antonio yang sedang membantu.
" Baik boss.."
***
" Uncle itu mana ya?" Gumam Miko karena tak menemukan pria yang di temukan kemarin.
Rokok yang di jualnya masih tak laku. " Kalau terus begini Uncle Chai pasti tidak akan memberi upah untukku.."
" Hey bocah!"
Miko menoleh mendengar ada seseorang yang membentak dari arah belakangnya.
" Uncle memanggilku.." tanya Miko sambil menghampiri kedua orang pria dewasa itu.
" Suka rela atau paksaan?" Tanya salah satu dari pria itu.
" Suka rela dong.." jawab Miko yang tak memahami pertanyaan tersebut.
" Tapi Uncle beli rokok yang aku jual dulu ya.. dari tadi tidak ada yang membeli.."
Kedua pria dewasa itu berpandangan lalu memandang Miko sambil tersenyum.
" Baiklah, Uncle akan membeli semuanya tapi kamu harus ikut kami.."
" Baik!" Jawab Miko langsung setuju, dia terus memasukkan duit dalam saku celananya.
Dia mendongak berniat ingin berterima kasih namun tiba tiba sapu tangan di tempelkan di mulut dan hidungnya..
Dengan sekali tarikan nafas bocah itu kehilangan kesadarannya.
***
Mayleen duduk dengan canggung di depan pria paruh baya itu, ternyata dia di bawa untuk makan malam bersama.
Dia melihat makanan di depannya, dia akan makan enak disini, apakah ke empat anaknya sudah makan dirumah?
" Ayo silakan makan.." kata pria itu sambil tersenyum lebar.
" Terima kasih, tuan.." jawab Mayleen sambil mengambil sendok dan pisau untuk memotong daging.
" Itu minuman kita sudah sampai.." kata pria paruh baya itu, dia adalah Andy Wang yang di cari Aron.
" Terima kasih.."
Andy Wang melihat kearah pelayan itu sambil mengedipkan sebelah mata.
Pelayan itu hanya tersenyum lalu mengangguk kepala.
Semantara itu dari kejauhan Aron memperhatikan kedua orang itu.
" Cih, jadi wanita tadi adalah selingkuhannya." Gumam Aron kesal.
Tiba tiba dia melihat wanita itu pingsan, Aron mengangguk mengerti, itu pasti jebakan.
Mayleen di gendong menuju ke mobil, wanita itu sudah tak sadarkan diri.
***
" Ini sudah malam, bagaimana ini Miko masih belum pulang.." tanya Miki yang sedang berdiri di depan pintu utama.
" Selalu saja seperti ini.." kata Niki yang sudah sangat cemas.
" Kita bisa di marah kalau Mommy pulang Miko belum ada.." kata Niko pula.
" Apa kita cari saja.." tanya Miki memberi cadangan.
" Kau gila, kita tidak ada senter, hujan juga di luar.." kata Niki lagi.
" Lalu sekarang kita harus bagaimana?"
Semantara itu Aron mengikuti mobil Andy sampai di sebuah hotel.
Dia tak terus keluar dari mobil dan hanya memperhatikan dari jauh.
Andy Wang membawa Mayleen di sebuah kamar kosong, sudah lama dia menantikan saat ini.
Tangannya sampai bergetar ingin menyentuh wanita itu, dia tak sangka akhirnya dia dapat juga memiliki wanita itu.
Dia memasang camera di ruangan itu, setelah ini Mayleen tak dapat menolaknya lagi, wanita itu akan menjadi simpanannya.
Lalu dia membuka satu botol air dan di siramkan di wajah cantik Mayleen.
Mayleen terbangun dan mendapati dirinya di atas ranjang.
" Mau apa kau?" Tanya Mayleen melihat Andy tua itu sedang membuka pakaiannya.
" Sekarang kamu tidak dapat menolakku lagi.."
Andy menolak tubuh Mayleen lalu menindih tubuh wanita itu.
" Lepaskan sialan!" Mayleen mengangkat lututnya yang langsung mengenai pusaka Andy Wang.
" Argh!" Andy Wang terguling ke samping sambil memegang pusakanya.
Mayleen tak sia siakan kesempatan itu, dia beranjak untuk melarikan diri.
" Argh!" Wanita itu berteriak kesakitan ketika Andy Wang menarik rambutnya.
" Mau lari ke mana kamu.." pria paruh baya itu memberi tamparan di pipi Mayleen yang membuat wanita itu kembali pingsan.
Dia menarik pakaian wanita itu dengan kuat sehingga butang pada kemeja wanita itu terlepas.
" Aku sudah tidak sabar ingin mencicipinya.."
Geram pria itu sambil memperhatikan pakaian dalam wanita itu.
Tiba tiba seseorang mengetuk pintu, awalnya Andy Wang tidak ingin membuka tapi ketukan di pintu tak juga berhenti.
Dia mengumpat kesal, menganggunya saja!
" Ada apa?" Tanya Andy Wang dengan geram sambil membuka pintu., tapi kemudian Andy Wang terus pucat melihat siapa yang berdiri depan pintu. " Kau?"