Bab 4. Anggur Merah

1070 Kata
"Anggur merah?" Ryan mengulangi ucapan Bella dengan kening yang dikerutkan. "Apa Bella mau mabuk-mabukkan buat melampiaskan rasa kecewa sama suaminya?" batin Ryan menatap lekat wajah Isabella. "Iya anggur merah, cuma itu yang biasa menemani aku saat aku lagi stres kayak gini," jawab Bella dengan wajah datar. "Baik, Nyonya. Saya akan membawakan Anda anggur merah, silahkan Anda istirahat duluan di kamar," jawab Ryan patuh. Bella menganggukkan kepala lalu berbalik dan membuka pintu kamar kemudian masuk ke dalam sana. Sementara Ryan segera meninggalkan tempat itu untuk membeli apa yang diminta oleh majikannya. "Tunggu, Ryan," pinta Bella kembali keluar dari dalam kamar. "Ya," jawab Ryan sontak menghentikan langkahnya lalu kembali memutar badan. "Maaf aku lupa kasih kamu uang," ujar Bella seraya merogoh tas miliknya lalu meraih beberapa lembar uang dari dalam sana. "Ini, belikan aku anggur merah yang banyak. Kembaliannya ambil aja." Bella menyerahkan uang tersebut kepada Ryan, wanita itu pun kembali berbalik dan hendak melangkah, tapi Bella kembali memutar badan seraya menyerahkan kunci mobil miliknya. "Ini kunci mobil punyaku, mulai sekarang kamu yang pegang, ya," ucapnya tersenyum kecil. Ryan menerima kunci mobil dengan wajah datar. "Baik, Nyonya. Saya pergi sekarang," ujarnya lalu melanjutkan langkahnya. Bella tersenyum sinis seraya menatap punggung sang bodyguard. "Dih! Dingin banget jadi cowok. Gak bisa apa dia senyum dikit aja," gumamnya seraya menggelengkan kepalanya merasa tidak habis pikir. *** Satu jam kemudian, Ryan kembali dengan membawa apa yang diminta oleh Bella. Pria itu memasuki kamar dengan menenteng kantong berwarna coklat. "Kamu udah balik? Ko lama banget sih?" decak Bella berjalan menghampiri Ryan lalu meraih apa yang dia bawa. "Ini apa? Ko--" "Anda meminta saya membeli anggur merah, 'kan? Saya bawakan anggur merah dengan kualitas terbaik, Nyonya," jawab Ryan masih dengan ekspresi wajah datar seperti biasa. "Astaga, Ryan! Hahahaha!" Bella seketika tertawa nyaring seraya mengeluarkan beberapa botol minuman beralkohol lalu meletakkannya di atas meja. "Maksud aku itu buah anggur merah, bukan anggur merah yang ini, astaga!" Ryan seketika tersenyum cengengesan seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. Ia merasa menyesal karena sempat salah paham dan mengira bahwa Bella adalah wanita yang suka mabuk-mabukkan. Senyuman Ryan tentu saja membuat Bella seketika bergeming, ini pertama kalinya Bella melihat senyuman yang sebenarnya sangat manis yang tidak pernah diperlihatkan oleh Ryan dari semenjak mereka berjumpa beberapa jam yang lalu. "Senyuman kamu manis, Ryan?" gumam Bella tanpa sadar menatap lekat wajah sang bodyguard membuat Ryan seketika merasa gugup. Senyuman yang semula mengembang di kedua sisi wajahnya pun seketika menghilang. "Maaf, Nyonya. Saya salah paham sama Anda, saya pikir anggur merah yang Anda maksud itu adalah minuman keras, tapi ternyata buah anggur. Sekali lagi saya mohon maaf." "Mana mungkin aku berani mabuk-mabukkan di saat aku harus ngejaga nama baikku sebagai seorang artis. Apa kamu tau, rasanya berat banget menjaga nama baikku agar tetap bersih," jawab Bella seraya menatap tiga buah botol anggur merah yang sudah ia letakan di atas meja. "Biar saya buang aja minuman ini, Nyonya. Saya beliin Anda buah anggur," ujar Ryan hendak meraih botol tersebut. Bella terdiam sejenak seraya menatap minuman beralkohol itu. Kedua sisi bibirnya seketika mengembang lebar seraya meraih satu botol lalu memeluknya kemudian. "Tak usah, sebenarnya aku gak pernah minum yang kayak gini," ujar Bella. "Sekarang aku ngedadak pengen nyobain minum beralkohol ini. Siapa tau dengan sedikit mabuk, aku bisa ngelupain rasa sakit hatiku hari ini." "Tapi, Nyonya. Sebelumnya Anda 'kan gak pernah minum, kalau nanti Anda kenapa-napa, gimana?" "Nggak, 'kan ada kamu yang jagain aku, tapi ingat jangan berani macam-macam sama aku. Kamu cukup liatin aku mabuk, oke?" Ryan tersenyum ringan lalu berjalan ke arah sofa yang berada di pojok kamar hotel. Pria itu pun duduk tegak masih dengan ekspresi wajah yang sama. "Anda gak usah khawatir, saya gak tertarik sama perempuan," jawabnya singkat. "Hah? Maksud kamu, kamu punya kondisi yang--" Bella seketika menahan ucapannya. "Anggap saja begitu," jawab Ryan membuat Bella seketika merasa lega. "Syukurlah, aku tak perlu takut berarti," ujarnya seraya membuka lalu meneguk botol tersebut sambil berdiri. "Astaga, Nyonya. Pelan-pelan! Anda gak boleh minum anggur hanya dengan sekali tegukan, harus sedikit-sedikit," pinta Ryan seketika berdiri tegak lalu kembali menghampiri Isabella. Pria itu pun meraih botol yang masih digenggam oleh artis berparas cantik tersebut. Ryan meraih gelas kaca yang berada di atas meja lalu menuangkan anggur ke dalamnya kemudian memutar cairan berwarna merah itu beberapa putaran baru kemudian memberikannya kepada Isabella. "Ini, minum sedikit-sedikit biar Anda bisa merasakan seberapa nikmatnya anggur ini," ucap Ryan menyerahkan gelas berisi anggur tersebut. Bella tersenyum ringan seraya menerima pemberian Ryan. "Kamu udah biasa minum yang kayak gini?" "Bukan terbiasa, saya cuma pernah beberapa kali meminumnya." "Hmm! Baiklah, kamu boleh duduk lagi di sana. Aku bisa melakukan ini sendiri." Ryan menganggukkan kepala lalu berjalan kemudian duduk di kursi semula. Sementara Bella seketika duduk di atas lantai dengan tubuh menghadap meja di mana botol anggur berada di atas sana. Sekali saja, Bella ingin melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan. Sekali saja, ia ingin melepaskan beban berat di mana dirinya harus mati-matian menjaga nama baiknya sebagai seorang artis terkenal. Yang terpenting, ia ingin melupakan sejenak rasa sakit hati setelah mengetahui perselingkuhan suaminya. "Haaa! Kalau aku tau bakalan senikmat ini, udah dari dulu aku cobain yang namanya anggur merah," sahut Bella seraya tersenyum lebar, sepertinya jiwa seorang Bella mulai berada dibawah kendali minuman beralkohol. Wanita itu bergegas mengisi gelas jika sudah terlihat kosong lalu meneguknya, hal tersebut ia lakukan secara berkali-kali hingga satu botol minuman memabukkan itu benar-benar habis tidak bersisa. "Haaa! Kenapa sudah habis aja sih?" tanya Bella, kelopak matanya nampak sayu dengan kepala yang sedikit bergoyang. Wanita itu hendak berdiri, tapi tubuhnya kembali tumbang dan jatuh dalam posisi duduk dengan kepala menunduk. Bella berusaha mengangkat kepalanya lalu menatap wajah Ryan dengan kedua mata setengah terpejam. "Cepat ambilin aku botol minuman itu lagi, aku masih belum paus," pintanya dengan nada suara meliuk-liuk layaknya orang yang sedang mabuk. "Sudah cukup, Nyonya. Anda sudah mabuk, lebih baik Anda istirahat. Kepala Anda bisa pusing kalau terlalu banyak minum," pinta Ryan seketika bangkit lalu berjalan menghampiri. "Huaaa! Di sini gerah banget sih, badan aku juga panas," sahut Bella. Telapak tangannya tiba-tiba saja bergerak naik membuka kancing kemeja berwarna putih yang ia kenakan. Hal tersebut tentu saja membuat Ryan seketika kelabakan. "Anda mau apa, Nyonya?" tanya Ryan seraya menahan gerakan tangan Bella yang hendak membuka kancing yang berada di barisan ketiga. "Kenapa? Tadi katanya kamu gak tertarik sama perempuan, 'kan? Tubuh aku panas banget, aku mau buka baju." Ryan seketika menelan salivanya kasar. Bersambung ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN