Bab 5. Ya Tuhan, Kuatkanlah Iman Hamba-Mu ini

1001 Kata
"Saya mohon jangan, Nyonya," pinta Ryan kembali menahan telapak tangan Isabella. "Bukannya tadi Anda bilang kalau Anda harus menjaga nama baik Anda sebagai seorang artis? Apa pantas Anda membuka baju sembarangan di depan seorang laki-laki?" "Ish! Malam ini aku bukan artis, Ryan. Aku manusia biasa yang pengen sekali aja merasakan hidup bebas," decak Bella suaranya terdengar meliuk-liuk begitu pun dengan kepalanya yang terlihat bergoyang layaknya orang yang sedang mabuk. "Sekali aja, aku pengen jadi diri aku sendiri. Setidaknya sekali seumur hidup aku pengen bebas melakukan apapun yang aku mau tanpa perlu menjaga nama baik aku sebagai seorang artis." "Tapi tetap aja, Nyonya. Jangan di depan saya," pinta Ryan. "Saya ini laki-laki lho." Bella seketika menatap tajam wajah Ryan. Wanita itu bahkan menyipitkan kedua matanya seraya mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah pria itu. Ryan sontak memundurkan kepalanya dengan perasaan gugup. "Jangan-jangan kamu laki-laki normal? Kamu bohong waktu bilang sama aku kalau kamu itu boti," tanya Isabella penuh selidik. "Hah? Sa-saya gak bohong ko, saya emang boti. Saya gak doyan perempuan," jawab Ryan terbata-bata. "Yakin?" Ryan menganggukkan kepalanya dengan jantung yang berdetak kencang. "Ya udah, gak ada masalah dong kalau gitu," sahut Bella kembali mengurai jarak. "Kamu gak usah grogi dan aku pun tak usah takut. Kamu gak akan tertarik sama aku meskipun aku telanjang di depan kamu sekalipun." Isabella seketika membuka kemeja yang ia kenakan tanpa sungkan tepat di depan wajah Ryan Prayoga. Pria itu sontak memalingkan wajahnya ke arah lain. Tubuh wanita itu benar-benar setengah telanjang hanya mengenakan singlet berwarna hitam lengkap dengan celana pendek super ketat. Sepertinya, Bella benar-benar berada dibawah pengaruh alkohol. Ryan mengusap wajahnya kasar setelah melirik tubuh indah seorang Isabella. "Astaga wanita ini! Ya Tuhan, kuatkanlah iman hamba-Mu ini," gumamnya mencoba untuk menahan diri Sedangkan Isabella, kepalanya nampak menunduk dan sedikit bergoyang. Tangis wanita itu kembali pecah layaknya anak kecil yang sedang kesakitan akibat terjatuh. Entah sadar atau tidak, Bella benar-benar terlihat berbeda dari biasanya yang selalu tampil di layar kaca dengan ekspresi wajah ceria. "Sebenarnya apa yang kurang dari aku, Ryan? Aku cantik, tubuh aku juga indah. Aku artis terkenal di mana ada ribuan penggemar di luar sana yang mendambakan jadi suami aku, tapi kenapa suamiku sendiri malah selingkuh dari aku?" teriak Bella seraya menangis sesenggukan layaknya orang yang sudah hilang akal. "Tak ada yang salah dengan diri Anda, Nyonya Isabella. Wajah Anda cantik, tubuh Anda juga indah, hanya suami Anda aja yang kurang bersyukur karena memiliki istri sesempurna Anda," jawab Ryan tanpa menoleh. Wanita itu tidak tahu bahwasanya sang bodyguard tengah menahan gejolak batin yang terasa begitu menyesakkan d**a. Bagaimana tidak, seorang wanita setengah polos tengah berada di hadapannya. Bagian dadanya bahkan terlihat jelas begitu padat berisi juga seputih salju. Belum lagi, kedua kaki indah sang artis benar-benar terekspos sempurna terlihat begitu menggoda bagi siapapun laki-laki yang melihatnya. Ryan berusaha sekeras yang ia mampu untuk menekan gejolak itu karena tidak ingin terjerumus ke dalam masalah besar nantinya. "Benar, 'kan? Gak ada yang salah sama tubuh aku ini, 'kan?" tanya Bella seraya mengangkat kepala menatap sayu wajah sang bodyguard. "Liat, d**a aku aja indah gini. Tubuh aku juga langsing, tapi si b******k itu malah nyari wanita lain yang gak ada apa-apanya dibandingkan sama aku!" Ryan tersentak saat Bella melekatkan kedua telapak tangannya di dadanya sendiri bahkan menggoyangkannya sedemikan rupa. Wanita itu benar-benar mabuk berat hingga separuh kesadarannya hilang tanpa jejak. "Astaga, Nyonya," decak Ryan seraya menarik napas panjang. "Kenapa? Apa kamu juga ngerasa ada yang salah sama aku?" tanya Isabella seraya menurunkan telapak tangannya dari gundukan kenyal itu. "Hah? Ng-ngak ko, Nyonya. Tak ada yang salah sama Anda," jawab Ryan terbata-bata seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Anda wanita sempurna, suami Anda bodoh karena lebih memilik batu kali yang penuh dengan lumpur dan menyia-nyiakan berlian seperti Anda. Jadi, jangan berlarut-larut dengan kesedihan Anda, oke?" Bella tersenyum lebar lalu kembali menunduk. Kepalanya benar-benar terasa berat, tubuhnya pun seringan kapas. Jiwa seorang Bella seakan melayang tidak mampu lagi ia kendalikan. Wanita itu seketika berdiri dengan tubuh sempoyongan seraya meraih botol berisi alkohol. "Sudah cukup, Nyonya. Anda udah mabuk, kepala Anda bisa pusing kalau terlalu banyak minum kayak gini," pinta Ryan. "Sttt! Jangan banyak omong, kamu cukup diam dan jagain aku, Ryan," jawab Bella, kedua matanya nampak sayu karena menahan rasa kantuk. Ryan hanya bisa menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan seraya melakukan hal yang sama seperti sang majikan. Pria itu berjalan ke arah sofa lalu duduk tegak dengan ekspresi wajah datar seperti biasa. Namun, jiwanya tidak datar seperti raut wajahnya. Pria itu benar-benar mencoba untuk mengendalikan diri, apalagi ketika celananya terasa mulai menyempit setelah melihat tingkah majikan barunya yang semakin menggila. "Saya pasti bisa, saya tak boleh sampe kepancing sama kelakuan Nyonya Bella. Tuhan, kuatkanlah iman saya," batin Ryan Prayogo seraya memejamkan kedua matanya. *** Keesokan harinya, matahari mulai terbit dari ufuk timur. Sinarnya yang terang mulai menyelusup masuk melalui celah gorden yang sedikit terbuka. Ryan nampak tidur dengan posisi duduk di sofa yang berada di ruangan yang sama dengan Isabella. Kedua mata Bella perlahan mulai berkedip pelan. Hangatnya sinar matahari yang masuk melalui celah jendela itu terasa membasuh permukaan wajah cantiknya. Tubuh seorang Isabella seketika menggeliat seraya membuka mulutnya lebar-lebar sebelum akhirnya membuka kedua matanya yang sebenarnya masih terasa berat. Bella memijit pelipis wajahnya yang terasa pusing seraya bangkit dan duduk tegak di atas ranjang. "Akh, sial! Berapa banyak anggur yang aku minum semalam?" gumamnya seraya menahan rasa kantuk. "Kepalaku pusing banget." Bella seketika menunduk menatap tubuhnya sendiri dengan perasaan terkejut. Tubuh indahnya masih dalam keadaan setengah polos, selimut tebal berwarna putih bahkan tidak menutupi seluruhnya. Kedua mata Isabella seketika membulat seraya menoleh dan menatap wajah Ryan yang masih terlelap. "Haaaa!" teriak Bella membuat Ryan seketika terjaga. Wanita itu pun menarik selimut hingga benar-benar menutupi seluruh tubuhnya hanya menyisakan kepalanya saja. Ryan sontak duduk tegak seraya mengusap kedua matanya sendiri. "Anda kenapa, Nyonya?" tanyanya sembari menguap juga merentangkan kedua tangannya guna melenturkan otot-ototnya yang sempat menegang. "Kamu!" bentak Bella seraya menunjuk wajah Ryan menggunakan jari telunjuknya. "Ka-kamu apakan aku semalam, hah?" Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN