Bab 14. Perselingkuhan part 2

1105 Kata
Baik Antoni maupun Mutia menatap lekat layar televisi merasa tidak sabar ingin segera mendengar apa yang akan diucapkan oleh Isabella. Antoni bahkan membulatkan kedua matanya seakan tidak ingin melewatkan moment itu barang sedetik pun. Jantung pasangan selingkuh itu berdetak kian kencang menunggu nama mereka disebut sebagai pasangan yang berselingkuh di sini. Sementara Isabella, wajahnya kian cantik menghiasi layar kaca. Kedua sisi bibirnya nampak mengembang sempurna tersenyum menyeringai seraya menatap ke arah kamera seolah tengah menatap tajam wajah suaminya dan Mutia. "Tapi apa, Mbak Isabella? Duh, ko saya jadi deg-degan, ya," tanya sang presenter tersenyum lebar. "Kenapa harus Anda yang deg-degan, Mbak?" tanya Bella menoleh dan menatap wajah presenter kemudian kembali menatap ke arah kamera. "Jadi gini, sebenarnya bukan aku yang selingkuh di sini, tapi memang--" Mutia tiba-tiba saya mematikan layar televisi membuat Antoni seketika merasa kesal. "Apa-apaan kamu, Mutia? Mas lagi nonton, kenapa dimatiin? Kita jadi gak tau si Bella ngomong apa!" "Gak penting, meskipun nama kita disebut pun tak akan berpengaruh buat kita, Mas," jawab Mutia dengan kedua mata membulat. Antoni seketika merebut remote yang tengah digenggam oleh wanita itu kasar dan bertenaga. Ia pun kembali menyalakan layar televisi saat itu juga. Wajah istrinya kembali terlihat menghiasi layar. Sialnya, beberapa detik tayangan itu sudah terlewatkan. Namun, acara yang disiarkan secara langsung itu belum berakhir. "Apa yang ingin Anda sampaikan kepada suami Anda, Mbak Isabella?" tanya presenter. Bella tersenyum ringan masih dengan kedua mata yang menatap tajam ke arah kamera. "Buat suamiku tercinta, terima kasih karena kamu masih setia sampai saat ini. Aku yakin cintamu tak berkurang kepadaku meskipun banyak wanita diluaran sana yang menginginkan status sebagai Nyonya Antonio. Kamu laki-laki setia, aku juga yakin kamu tak akan pernah tergoda dengan mereka. Rasanya tak mungkin kamu membuang berlian yang berkilau hanya demi batu kali yang penuh dengan lumpur. Iya 'kan, Mas?" ''Kalian pikir aku akan menyebut nama kalian, 'kan? Jangan pikir akan secepat itu aku mengungkap perselingkuhan kalian, Antonio. Aku tak akan melakukan itu sebelum aku mendapatkan semua harta kamu. Kau dan selingkuhan kau itu harus menderita di jalanan,'' batin Isabella seakan tengah menatap wajah Antoni dan Mutia dari layar televisi. Antoni seketika tertawa lega. "Hahahaha! Istri Mas benar-benar pintar, dia gak mungkin ngebongkar perselingkuhan kita!" sahutnya seraya menyandarkan punggung berikut kepalanya di sandaran kursi. "Kamu liat, dia gak sebodoh itu. Kalau publik tau tentang perselingkuhan kita, nama baiknya juga akan hancur, Mutia." "Syukurlah, Mas. Aku lega banget, aku pikir istri kamu itu bakalan nyebut nama aku," decak Mutia melakukan hal yang sama seperti suaminya. "Aku belum siap jadi bulan-bulanan netizen." "Tapi jika suatu saat nanti kamu terbukti selingkuh, Mas." Isabella tiba-tiba meneruskan ucapannya membuat senyuman yang semula mengembang di kedua sisi wajah Mutia dan Antoni seketika sirna. "Jika kamu terbukti selingkuh suatu saat nanti, Mas Antonio. Maka aku tak akan pernah memaafkan kamu, Mas. Aku pastikan hidup kamu akan menderita karena gak ada kata maaf buat sebuah pengkhianatan." Kali ini Antoni yang secara refleks mematikan televisi dengan rahang mengeras kesal. "b******k, apa dia mengancam Mas?" umpatnya kesal. "Aku kata juga apa, Mas? Gak mungkin istri kamu rela menerima perselingkuhan kita begitu aja," decak Mutia tersenyum menyeringai. "Si Isabella gak sebodoh itu buat ngungkap perselingkuhan kita secepat ini. Dia pasti lagi ngerencanain sesuatu, aku yakin itu. Lagian, kenapa si kamu gak cerein dia aja?" Antoni seketika diam seribu bahasa seraya memijit pelipis wajahnya yang tiba-tiba terasa pusing. Isabella adalah cinta pertamanya, menjadikan wanita itu sebagai istrinya adalah anugerah yang luar biasa karena Antoni sendiri adalah fans sang istri sebelum mereka akhirnya dipertemukan kemudian dipersatukan oleh yang namanya tali pernikahan. Meskipun entah bagaimana caranya ia bisa tergoda oleh wanita bernama Mutia sehingga akhirnya mereka merajut cinta terlarang hingga memiliki seorang putri dari hasil perselingkuhan mereka. "Kenapa kamu diem aja, Mas? Jangan bilang kalau kamu masih cinta sama istri kamu?" tanya Mutia merasa kesal. "Jawab aku, Mas Antoni!" "Akh, sudahlah jangan dibahas lagi, yang terpenting kita aman, Mutia. Jangan menuntut lebih dari Mas," jawab Antoni seketika berdiri tegak. Aliana yang sedari tadi berada di sana pun seketika mendongak menatap wajah sang ayah. "Daddy mau pulang sekarang?" tanyanya merasa kecewa. "Iya, Sayang. Daddy pulang sekarang, ya. Nanti besok Daddy ke sini lagi," jawab Antoni menatap seraya tersenyum kepada sang putri. "Baiklah, hati-hati di jalan ya, Dad." Antoni menganggukkan kepala lalu berbalik dan melangkah meninggalkan ruang santai. Mutia tidak tinggal diam, wanita itu segera mengejar Antoni juga menahan kepergiannya. "Tunggu aku, Mas. Kenapa kamu gak jawab pertanyaan aku?" tanya Mutia menarik pergelangan tangan Antoni. "Jangan sekarang, Mas lagi males berantem sama kamu, Mutia," pinta Antoni melepaskan lingkaran tangan wanita itu. "Apa kamu benar-benar masih mencintai istri kamu itu?" "Tentu saja, dia istri Mas. Mana mungkin Mas gak cinta sama dia!" "Lalu, aku ini kamu anggap apa?" Kedua mata Mutia mulai berkaca-kaca. "Kamu adalah wanita yang mengobati rasa kesepian Mas, Mutia. Kamu juga sama berharganya seperti istri Mas. Jadi, jangan menuntut apapun dari Mas. Yang terpenting, Mas gak nelantarin kamu dan Aliana, oke?" Akhirnya Mutia menganggukkan kepala seraya memeluk tubuh Antoni. "Kamu janji gak bakalan ninggalin aku, Mas." "Iya, Mas janji. Sekarang Mas pulang dulu, ya." Mutia kembali menganggukkan kepala. *** Sementara itu di salah satu stasiun televisi, Isabella baru saja selesai syuting. Wanita itu berjalan di koridor hendak keluar dari dalam gedung televisi bersama Sisil sang manager juga Ryan yang berjalan tepat di belakang mereka berdua layaknya seorang pengawal. Bella tiba-tiba saja menghentikan langkahnya membuat Sisil dan Ryan sontak melakukan hal yang sama. "Aku mau ke toilet dulu," ujar Bella menoleh dan menatap wajah Sisil. "Hmm! Baiklah," jawab Sisil datar. Sementara Ryan hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia mengikuti kedua wanita itu hingga mereka berhenti tepat di depan toilet. Bella menyerahkan tas miliknya kepada Sisil kemudian masuk ke dalam sana. Sedangkan Sisil hanya berdiri di depan pintu begitupun dengan Ryan sang bodyguard. Sisil seketika menoleh dan menatap wajah Ryan tajam mengintimidasi. "Katakan, sebenarnya kamu ini siapa? Kenapa tiba-tiba jadi pengawalnya Isabella?" Ryan dengan ekspresi datarnya balas menatap wajah sang manager. "Seperti yang dikatakan sama Nyonya Bella tadi, saya bodyguard-nya dia, tidak kurang dan tidak lebih." "Aku gak yakin," sahut Sisil menatap Ryan dari ujung kaki hingga ujung rambut. "Aku udah bekerja sebagai manajernya dia lebih dari lima tahun lamanya. Dia gak pernah tuh punya rencana buat punya pengawal segala." Ryan diam membisu masih dengan ekspresi wajah dingin. "Jangan sampai karir Bella hancur gara-gara kamu, Ryan. Susah payah dia membangun karirnya dari nol. Apa kamu tau siapa suaminya Bella?" Ryan masih bergeming. "Antonio adalah pengusaha tambang emas, kekayaan dia tidak terhitung jumlahnya. Jadi, jangan coba-coba tebar pesona sama Bella, paham?" ''Suaminya Bella pemilik tambang emas? Apa mungkin dia orang yang sedang saya cari?'' batin Ryan seketika mengerutkan kening. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN