BAB 7

889 Kata
Arum mengambil jaket kulit yang tergantung didalam lemari. Ia memang ingin membeli beberapa keperluan pribadi, di supermarket. Arum lalu melangkah keluar dari area rumah. Arum memilih berjalan kaki, untuk menuju supermarket terdekat. Arum tahu London merupakan kota yang aman, ia lebih memilih berjalan seperti ini. Arum berjalan kembali menatap sepatu boot yang dikenakannya. Arum menatap bangunan khas kota London. Arum berjalan ditrotoar bersama para warga lokal, warga London lebih banyak memilih berjalan kaki seperti ini jika hanya 10-20 menit perjalanan. Arum mendengar suara klakson. Arum menatap sebuah mobil mengikutinya dari belakang. Arum kembali meneruskan perjalanannya tanpa memperdulikan bunyi klakson itu, dan suara klakson itu kembali berbunyi. Arum lalu menghentikan langkahnya, ia memutar tubuhnya. Arum mengenal laki-laki memegang setir kemudi itu, dia adalah Aslan. Oh Tidak, kenapa ia bisa bertemu Aslan disini. Arum mempercepat langkahnya, setengah berlari, ketika mengetahui dia adalah Aslan. Arum tidak peduli, beberapa kali klakson itu dibunyikan Aslan, sehingga beberapa warga lokal menatapnya. Bunyi itu klakson itu tidak terdengar lagi. Arum terus berlari, hingga sabuah tangan meraihnya sekali hentakkan. Arum mengatur nafasnya, ketika ia sudah berada didekapan Aslan. "Apa mau kamu, mengikuti saya?" Tanya Arum. "Kenapa kamu ketakutan sekali ketika melihat saya? Apa saya terlihat mengerikan?" Tanya Aslan. Arum kembali menatap mata tajam Aslan, "Ya, kamu sangat mengerikan. Saya merasa tidak aman berada di dekat kamu" ucap Arum jujur. "Benarkah? Saya tidak menyangka bahwa kamu mempunyai pandangan seperti itu. Apa yang membuat kamu takut terhadap saya". Arum hanya diam ketika Aslan berucap. Arum tidak bisa berkata-kata, "lepaskan tangan kamu" ucap Arum. "Kamu mau kemana?". "Untuk apa kamu tahu, saya mau kemana?". "Untuk memastikan bahwa kamu aman" ucap Aslan. "Justru saya tidak aman berada didekat kamu". Aslan menarik tangan Arum hingga ke mobil mewahnya. Aslan membuka pintu untuknya, dan mengisyaratkan untuk Arum masuk kedalam mobilnya. Arum lalu duduk, mengikuti perintah. Aslan menutup mobilnya kembali, lalu menjalankan mobilnya, Arum hanya diam, ia kembali berpikir agar keluar dari mobil ini. "Nama lengkap kamu siapa?". "Arum Ileana" ucap Arum. "Berasal dari mana?" Tanya Asalan lagi. "Kenapa kamu mau tahu tentang saya" Arum jengah, ia melirik Aslan. "Jawab saja pertanyaan saya". "Indonesia". "Indonesia, ternyata. Kamu bekerja dengan Emir?" Tanya Aslan. "Iya, kenapa? Saya asisten rumah tangganya. Saya disini bekerja, bukan bermain-main seperti kamu. Hentikan mobil kamu sekarang !". "Bekerja dengan saya kalau begitu. Saya akan menggaji kamu lebih dari Emir" ucap Aslan. Arum mengatur nafasnya, "Bekerja dengan kamu? Mimpi saja, saya tidak akan pernah bekerja dengan laki-laki seperti kamu". Aslan menepikan mobilnya pinggir jalan, ia menatap Arum. "Saya tertarik dengan kamu". Arum kembali diam, ia menatap Aslan. Wajah itu terlihat serius, "Apa yang membuat kamu tertarik terhadap saya?". "Kamu mandiri, dan cantik". "Dan sayang sekali, saya sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki seperti kamu" ucap Arum. Arum mengatur nafasnya, sementara jemari Aslan memegang dagunya, dan menatapnya. Arum membalas tatapan itu dengan berani. Arum melepas sabuk pengamannya, dan ia lalu keluar dari mobil. Arum dengan cepat menutup pintu mobil dan ia berlari menjauh. Aslan hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Aslan tersenyum penuh arti. ****** Aslan laki-laki sinting yang baru ditemuinya. Benar-benar membuatnya gila memikirkan pernyataan absrudnya. Arum melirik jam didinding menunjukan pukul 16.20 menit, ia lalu mengeluarkan beberapa bahan makanan. Arum menggiling daging dan ia memutuskan membuat bakso hari ini. Olahan yang tidak begitu banyak memakan bumbu. Ketika Emir datang ia tinggal menghangatkannya. Arum mendengar suara serap langkah masuk, dan Arum mengerutkan dahi, ia tidak menyangka Emir pulang lebih awal dari biasanya. Biasanya laki-laki itu pulang selalu larut. Emir menatap Arum, wanita itu menatapnya, dengan tangan bersimpuh tepung. Amir melangkah mendekat, ia ingin tahu apa yang dikerjakan Arum. Asalan meletakan tasnya di meja pantri. "Kamu membuat apa?" Tanya Emir. "Membuat bakso, makanan khas Indonesia" ucap Arum. "Bakso?". "Iya, sejenis sup, tapi isi daging giling yang sudah dibentuk bulat bulat seperti ini, ini merupakan salah satu makanan favorite orang Indonesia". "Apakah memakan waktu lama memasaknya?" Tanya Emir. "Tidak, hanya setengah jam saja sudah jadi. Kamu tidak sabar ingin mencicipinya?". "Iya, tentu saja". Arum tersenyum, ia menatap Emir. "Setelah kamu mandi, saya pastikan bakso ini sudah tersedia di meja". "Oke". Beberapa menit kemudian, Emir telah selesai mandi, dan ia melangkah mendekati Arum yang sudah duduk di meja menunggunya. Emir menatap Arum, dress putih yang ia kenakan sangat pas ditubuhnya, ya segala apa yang ia kenakan memang tidak sesuai dengan asisten rumah tangga yang ia pikirkan selama ini. Suatu saat ia akan mencari tahu siapa Arum sebenarnya. Asisten rumah tangga yang kampungan jauh dari kata cantik serta fashion yang jauh dari kata menarik. Tidak dengan Arum, ia bahkan sangat pandai memadupadankan apa yang ia kenakan. Emir lalu duduk dan ia menyerahkan sebuah kotak serta kartu untuk Arum. "Ini handphone, beserta kartunya. Saya baru saja membelinya untuk kamu" ucap Emir. "Terima kasih" ucap Arum. Emir menatap masakan yang dihidangkan Arum. Emir lalu mulai mencicipi masakan itu. Emir makan dalam diam, wanita itu masih menunggunya dengan sabar. "Tidak biasanya kamu pulang awal" ucap Arum, ia mulai membuka percakapanya. "Iya karena, kerjaan saya sedikit hari ini". "Kalau boleh tahu, kamu kerja dimana?" Tanya Arum. "Saya kerja di sebuah bank swasta". "Pantas saja" gumam Arum. "Pantas kenapa?" Tanya Emir. Ia lalu menyudahi makannya, kembali melirik Arum. "Ah, tidak apa-apa". "Malam ini saya ingin mengajak kamu menonton bioskop. Saya ingin menonton fast and farious. Kamu mau kan?". Arum tersenyum, ia bahagia Emir mengajaknya menonton bioskop bersamanya. "Tentu saja saya mau". ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN