Setelah quality time bersama Edgar, Dira dan ketiga anaknya kembali kerumah omah dan omah mereka. Rhea kembali kerumah omah bunda dan opah ayah sedangkan sikembar kembali kerumah omah mami dan opah papi, berat sebenarnya bagi dira untuk meninggalkan anak-anaknya disana walaupun itu bersama omah dan opah kandung mereka tetap saja hati seorang ibu ingin menjaga dan mendidik anak-anaknya sendiri tapi kenyataannya terkadang tidak seperti apa kita mau.
Setelah berpamitan kepada semua keluarga akhirnya Dira dan Edgar kembali meninggalkan Korea untuk tinggal di Jerman.
***
Berlin - JERMAN
9 jam perjalanan Korea - Jerman cukup melelahkan walaupun mereka duduk di kelas bisnis, tiba dibandara mereka dijemput oleh supir pribadi Edgar, mereka langsung pulang ke mansion milik Edgar.
Sejak turun dari pesawat tangan Edgar tidak lepas menggandeng tangan Dira. Seorang paparazi yang mengenal siapa edgar langsung memotretnya secara diam-diam.
***
Esok paginya saat sarapan Edgar membaca koran yang disiapkan pelayannya di meja makan, sambil menunggu sarapannya siap dia membaca satu koran yang bercover foto dirinya dan dira saat dibandara, tangannya yang menggandeng tangan Dira menjadi sorotan dengan timeline 'setelah satu tahun ditinggal istrinya CEO tersukses kini menggandeng seorang wanita cantik' sontak membuat dirinya tertawa setelah membacanya, Dira heran kenapa pagi-pagi Edgar tertawa membaca koran itu.
"Ada yang lucu?" Tanya Dira sambil menyeruput kopinya, dia kepo karena melihat Edgar tertawa membaca koran tidak seperti biasanya.
"Kamu baca ini" Edgar memberikan koran tersebut ke Dira, sontak membuat mata Dira melotot melihat dirinya dan Edgar menjadi cover didepan koran tersebut.
"Terus gimana ini?" Tanya Dira panik saat dirinya dikabari di koran.
"Gimana apanya? yah biarin aja, pantesan tadi pagi-pagi sekretarisku menghubungiku katanya banyak wartawan tabloid bisnis yang mau wawancara ekslusif untuk tabloid mereka"
"Kenapa gak konferensi pers biar skalian,"
"Good idea, skalian memberitahu semua orang kalau kita akan menikah, tapi kamu harus ikut," Edgar menyetujui ide Dira biar tidak ribet satu persatu wartawan datang kekantor atau dirinya datang ke studio mereka.
***
Beberapa hari kemudian Edgar dan Dira mengadakan konferensi pers mengklarifikasi hubungan mereka, edgar dengan baik menjawab semua pertanyaan dari para wartawan guna kepentingan artikel mereka. Para pemegang saham juga menuntut Edgar maju menjelaskan hubungannya dengan Dira,
Memberitakan perihal rencana pernikahan mereka juga, acara pernikahan yang pasti sangat meriah karena akan banyak mengundangan orang-orang hebat lainnya dari pembisnis Jerman sendiri maupun dari luar Jerman. Para wartawan juga tau siapa Dira, dan akan menjadi berita teratas selama sepekan ini.
"Meine Liebe ..." seorang wanita muda dengan pakaian sexy masuk kedalam ruangan kerja Edgar saat dikantor, disana ada Dira mereka sedang mendiskusikan perihal pernikahan, sekretaris Edgar berlari kecil mengejar wanita itu.
"Maaf pak, Nona Vika memaksa masuk," ujar Clara sekretaris Edgar.
Vika langsung memeluk Edgar yang sedang berdiri didekat jendela dengan manjanya dia memeluk dan mengusap d**a Edgar, tidak lupa dengan mencium pipi kiri kanan kiri bolak balik. mengabaikan Dira yang sedang duduk mantapnya heran. Edgar berusaha melepaskan pelukan Vika, dia menarik kedua tangan Vika yang melingkar dipinggangnya.
"Stop it, Vika!" Bentak Edgar, tidak hanya Vika yang kaget, Dira juga tersentak mendengar suara marah Edgar. Bukannya sedih Vika malah menjadi, "Aku kangen sama kamu," Vika berusaha memeluk Edgar lagi tapi Edgar menghindar.
"Vika, perkenalkan ini calon istri saya," Edgar memperkenalkan Dira pada Vika.
"Kamu serius mau menikah dengan wanita ini?aku kira itu hanya pengalihan isu saja. Lalu selama ini hubungan kita kamu anggap apa? aku kira kita akan..." suara nyaring vika memenuhi ruang kerja edgar sampai terdengar dari luar.
Sekretaris Edgar yang meja kerjanya percis didepan ruangan bossnya itu sampai menggelengkan kepalanya.
Dira langsung melepaskan tangan Edgar yang saat itu sedang merangkulnya, dan menatap mata Edgar lekat meminta jawaban.
"Please Vika ... Jangan kebanyakan drama," Edgar memotong ucapan Vika.
"Meine Liebe ... aku tidak bisa hidup tanpamu sayang," Vika memeluk Edgar dari belakang dan lagi-lagi Edgar berusaha melepaskan tangan Vika.
Dira sudah tidak tahan lagi dengan semuanya, dia langsung mengambil tasnya lalu pergi keluar ruangan Edgar, mengacuhkan Edgar yang memanggil namanya.
Edgar berlari kecil mengejar Dira yang masih terus berjalan di lobby kantor hendak keluar kantor Edgar dengan rasa kecewanya yang membuncah.
"Dira, sayang ... tunggu ..." panggil Edgar meraih tangan Dira kencang sampai dia tidak bisa melepaskan.
"Gak ada yang perlu aku tunggu ed!" Ucap Dira datar
"Aku jelaskan dulu,"
"Ga ada yang perlu dijelaskan, sudah jelas wanita itu ..." Dira tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya, air matanya sudah menetes membasahi pipinya.
"Sayang, tolong jangan nangis," Edgar mengusap air mata Dira dengan jemarinya.
"Sudahlah Ed, aku tidak akan memaksa jika kamu sudah janji akan menikahi wanita itu" ucap Dira dan dia berusaha melepaskan tangannya yang digenggam Edgar.
"Kamu cemburu?"
"Ng-ngak, buat apa aku cemburu," elak Dira tidak mau mengaku bahwa hatinya panas melihat ada wanita lain memeluk pria yang kini sudah pelan-pelan masuk kedalam hatinya itu. Edgar menghempas napas panjang.
"Gak ngaku!? Baiklah, pergilah seperti biasanya kamu pergi jika ada masalah" ucap Edgar tegas dia menantang dira. Edgar menghempaskan tangan Dira yang digengamnya dengan kasar dan meninggalkan Dira yang berdiri mematung disana.
Edgar kembali keruangannya, disana Vika sudah duduk manis,
"Ini semua karena permainan konyol kamu, Vi."
"Hahaha abang takut kak Dira pergi meninggalkan abang?"
"Awas aja sampai dia benar meninggalkanku, kamu aku cincang."
"Uuhhh! kamu mengancamku? bagaimana kalau dengan rencanaku ini kak Dira mengucapkan 'i love you' padamu? aku dapat apa?" Tantang Vika
"Liburan keliling Eropa cukup?"
"Hmmm, lumayan lah."
"Terserah!"
Mereka berdua menyusun rencana membuat dira cemburu dan mengutarakan isi hatinya karena selama ini Edgar tidak pernah mendengar dira mengucapkan kata cinta padanya. Edgar merasa dirinya perlu mendengar langsung dari mulut Dira ucapan itu walaupun bahasa tubuh dira sendiri sudah membuktikan tapi edgar belum puas.
*flashback on*
"Hallo abang Ed,aku mau ke jerman melihat langsung calon kakak iparku, apakah dia secantik yang diberitakan majalah itu," ucap Vika lewat telpon, Vika itu adik sepupu Edgar di Belanda, ibu mereka kakak beradik.
"Kapan mau kesini?"
"Ini lagi dibandara lagi nunggu pesawat,"
"Kebiasaan selalu mendadak,"
"Jemput aku yah,"
"Nanti supir pribadiku yang jemput kamu yah"
Edgar sudah memesankan hotel untuk Vika, seperti biasa Vika suka kebebasan dia tidak mau menginap di mansion Edgar kalau sedang ke Jerman, ketika Vika sampai dia langsung kekamar yang sudah dipesan edgar, disana sudah menunggu Edgar dan beberapa orang sepupu jauh mereka yang di Jerman menyambut kedatangan Vika.
"Hai semuanya," teriak Vika saat dia masuk kedalam kamar hotel yang sudah dipesan Edgar
"Hai cantik," sapa Andrew sepupu jauh Edgar dan Vika, disana juga ada Andrea adiknya Andrew ada juga Vivian kekasihnya Andrew. Walaupun sepupu jauh tapi hubungan mereka erat karena sejak kecil mereka selalu bersama kecuali Vivian yang baru bertemu dan berpacaran dengan Andrew.
Vika memeluk semua orang yang ada disana, termasuk Edgar
"Hai calon pengantin," goda Vika
"Masih lama, Vi." balas Edgar
"Loh kenapa?"
"Aku harus buat dia mengucapkan kata 'i love you' aja susah bagaimana aku yakin dia mau menikah denganku tanpa terpaksa,"
"Jadi selama ini dia tidak pernah bilang kata cinta?" Kepala edgar menggeleng
"Kasihan sekali sepupu kita satu ini," ledek Andrea mebuat semua tertawa lepas, hanya Edgar yang manyun bibirnya.
"Bagaimana kalau kita buat dia mengakui kalau dirinya cinta sama abang," ide konyol Vika keluar
"Caranya?"
"Buat dia cemburu, aku akan berpura-pura menjadi kekasihmu, bagaimana?"
"Ide yang cemerlang, Vi." balas andrea, "Sayang dia sudah pernah bertemu aku dan bang Andrew, dia belum pernah bertemu kamu kan, pasti seru," lanjut Andrea dia setuju dengan ide Vika.
"Bagaimana kalau gagal?" Tanya Edgar
"Uwaaawww tumben sekali loe pesimis begitu" ledek Andrew
"Kita ga akan pernah tau kalau tidak mencobanya" tantang Vika.
*flashback off*