Tobias Pulang dari RS

1303 Kata
*flashback on* Ayah Edgar asli berdarah Jerman dan menikah dengan ibu Edgar asli pribumi indonesia. Ayahnya bekerja di perusahaan kilang minyak di Indonesia, hingga suatu hari bencana itu datang, kecelakaan kerja ditempat kerja sang ayah merengut nyawanya, ibunya Edgar juga memiliki riwayat penyakit yang saat itu belum ada obatnya. Santunan dari perusahaan dan warisan yang ditinggalkan ayahnya tidak mencukupi untuk biaya hidup Edgar dan ibunya, setiap kontrol ibunya kerumah sakit bisa menghabiskan uang yang tidak sedikit, gagal ginjal yang mengharuskan cuci darah setiap dua minggu sekali memakan biaya banyak, belum lagi biaya sekolah Edgar di sekolah elite waktu itu harus berhenti dan pindah ke sekolah biasa. Semua harta habis untuk pengobatan dan makan sehari-hari mereka, keluarga besar sang ibu bukan golongan orang mampu mereka membantu sebisa mereka, Hubungan dengan keluarga di Jerman tidak baik waktu itu karena ayah Edgar meninggalkan Jerman dan memilih menetap di Indonesia karena mencintai wanita pribumi di Indonesia yang menjadi ibu kandung Edgar. Hanya selang dua tahun akhirnya ibu Edgar menyerah pada penyakitnya dan meninggal dunia. Edgar yang saat itu masih sekolah dasar di bawa oleh adik ibunya yang bekerja sebagai TKW di Belanda lalu menikah dengan orang Belanda, sepasang suami istri beda negara dan budaya itu belum memiliki anak saat itu makanya Edgar dibawa oleh mereka ke Belanda. Dipusaran sang ibu dan ayah yang bersebelahan liang lahatnya Edgar berpamitan. "Semoga ayah dan ibu tenang disana, Edgar pamit ikut uncle dan bibi ke Belanda, Edgar janji akan jadi anak yang baik dan pintar, Edgar akan jadi orang sukses dan membanggakan ayah dan ibu, Edgar akan kembali kesini saat Edgar sudah sukses nanti" ucap Edgar kecil didepan gundukan tanah basah makan kedua orang tuanya. Edgar tiba di Belanda tinggal bersama keluarga barunya, dia bertekad akan menjadi orang sukses dan menaklukkan Jerman membuktikan pada keluarga besar sang ayah di Jerman sana bahwa Edgar Hedwig bisa meraih sukses tanpa bantuan mereka, bersyukur uncle dan bibinya sangat baik pada Edgar, mereka menyekolahkan Edgar di sekolah yang bagus, lima Tahun merawat Edgar akhirnya uncle dan bibinya memiliki anak kandungnya sendiri, bibinya hamil dan melahirkan anak perempuan cantik yang diberi nama Vika Roosevelt Jhonson , maka dari itu jarak usia Vika dan Edgar jauh sekali. Edgar mulai bekerja dari nol dari staff bawah sampai dia dapat mengumpulkan pundi-pundi uang dan melanjutkan kuliah S2 dengan biayanya sendiri, kuliah sambil kerja dia lakukan, kepala jadi kaki kaki jadi kepala pun dia lakoni. Pontang panting merintis usahanya dari nol, semua usaha dia kerjakan semua pekerjaan dilakukan dengan sepenuh hati tekun dan jujur, jatuh bangun didunia usaha sudah pernah dia rasakan, saling sikut satu sama lain sudah biasa dia terima dari rekan-rekan bisnisnya, sampai ditipu habis-habisan juga pernah. Asam garam didunia bisnis sudah dia rasakan, seperti orang lain bilang kerja keras tidak menghianati hasil. Kalau saat ini ada orang yang merasa iri dengan kesuksesannya pasti dia tertawakan, karena orang hanya melihat saat dia sukses tapi tidak melihat perjalanan hidupnya sampai dia sukses itu, hingga dia bertemu Aurora disaat merintis bisnisnya, wanita yang menjadi istrinya itu juga ikut banting tulang merintis bisnisnya Edgar sampai mereka menunda memiliki anak sebelum mereka sukses dan ketika mereka sukses malah susah punya anak sampai aurora hamil dan lagi-lagi Tuhan seakan tidak mengijinkan Edgar bahagia bersama orang tersayangnya, Aurora meninggal saat melahirkan bayinya dan lebih tragis lagi bayinya ikut meninggal didalam perut Aurora tanpa sempat dilahirkan dan melihat dunia. *flashback off* Cukup lama Edgar berdiri di lobby sambil mengenang masa lalunya sampai seseorang meraih jemari Edgar dalam genggamannya dan dia tersadar, melihat tangan mungil yang menggenggam tangannya adalah Dira dia langsung tersenyum dan langsung merangkul pinggang dira posesive. "Koq kamu disini?" Tanya Edgar heran apa Dira sudah lama disana dan memperhatikan dirinya yang sedang melamun atau ah sudahlah pikir Edgar. "Anak-anak menunggu kamu didalam, yang." dira menyadarkan edgar dari lamunannya dimasa lalu. "Seharusnya kamu telpon aku aja, liebe jadi tidak perlu menghampiriku disini dan meninggalkan anak-anak," "Coba cek ponsel kamu, dan anak-anak tidak sabar pengen bermain sama papanya," senyum Dira membuat hati Edgar menghangat, lalu dia mengecek ponselnya, puluhan panggilan tak terjawab dan juga pesan dari ponsel Dira maupun Rhea princess-nya satu itu pasti yang tidak sabar. "Oh my God ini banyak sekali miss call dan pesan dari my princess," Dira terkekeh pelan melihat ekspresi kaget edgar ketika melihat ponselnya dipenuhi miss call dan pesan. Edgar menggandeng tangan Dira sepanjang jalan menuju kamar VVIP Tobias. *** Tiga hari dirawat akhirnya Tobias diperbolehkan pulang oleh dokter, sebenarnya dia sudah sejak hari pertama minta pulang tidak betah dirumah sakit katanya gak bisa main, yang benar saja baru satu hari operasi usus buntu anak itu sudah minta pulang dan mau main katanya. Dikamar VVIP hanya ada Tobias, Dira dan Edgar karena hari ini Tobias diijinkan pulang semua keluarga bersiap dirumah mami. Dira merapihkan perlengkapan Tobias kedalam tas dan Edgar mengajak tobias main puzzle sambil menunggu Dira siap dan suster membawakan surat keterangan rumah sakit. Ketika semua sudah siap dan surat sudah ditangan mereka pun keluar dari kamar VVIP itu. "Kamu mau pakai kursi roda atau papa gendong sayang?" Tanya Edgar pada Tobias "Gendong ..." ucap Tobias manja, Edgar dengan mudahnya menggendong tubuh Tobias yang gempal, kalau Dira sudah pasti tidak akan sanggup menggendongnya. Edgar menggendong Tobias sampai kedalam mobil, dengan perlahan dia menaruh Tobias dikursi belakang lalu menyuruh dira duduk disebelahnya menemani Tobias, setelah menutup pintu mobil, Edgar memutar masuk dari pintu satunya lagi. *** Tiba dirumah mami, mereka disambut dengan meriah, baloon bunga dan mainan menghiasi setiap sudut rumah, menyambut Tobias yang sudah sehat keluar dari rumah sakit berharap pemulihan dirumah akan lebih cepat nanti dan sehat-sehat terus. Namanya anak-anak rasa sakit mereka tidak dirasa, sesampainya dirumah dia langsung main dengan saudara kembarnya dan cici Rhea dan cici Janet. "Jadi sudah berapa persen persiapan pernikahan kalian?" tanya Jhon ketika semua sedang kumpul dan menyantap kue buatan bunda. "Baru 50%, ayah," jawab Dira "Kenapa lama sekali kalian ngurus nya?" "Aku sudah bilang sama Dira kalau kita pakai EO akan lebih cepat dan simpel, tapi anak ayah keras kepala dia bilang mau mengurusnya sendiri," adu Edgar "Eh mommy Rhea, jangan terlalu pelit loe jadi orang, gue tau loe mau berhemat kan ngurus ini itu sendiri," celetuk Tama membuat Dira cemberut karena ditertawakan semua orang disana, "Namanya emak-emak semua harus diperhitungkan," elak Dira "Duit Edgar itu gak berseri kenapa gak loe pakai?" "Tetep aja beda papi janet! itu kan duit dia, duit gue beda!" "Hmmm speak ajah loe, sekarang bilang duit dia beda sama duit gue, tar kalau sudah nikah resmi jadi istri lain lagi tuh ucapannya," "Apa?" "Duit dia duit gue, duit gue yah duit gue," canda Tama membuat semua orang tertawa lepas termasuk Edgar, awalnya dia sempat kecewa karena Dira menganggap ada batas soal uang tapi prasangka Edgar mencair karena candaan Tama dan Dira, dua sepupu itu kalau bertemu memang seperti itu, segitu belum ada Sultan kalau ditambah Sultan akan tambah kacau. "Jiaa ... dia curhat ... Kak Rere ... suaminya nih," teriak Dira ingin mengadukan ucapan tama tapi keburu dibekap mulutnya oleh Tama yang ada suara Dira hanya terdengar gumaman tidak jelas. Anak-anak yang sedang bermain sampai bingung dengan apa yang orang tua mereka lakukan, sudah tua tapi kelakuan seperti bocah. Setelah tawa mereka reda, situasi kembali serius karena papi mengeluarkan suara. "Ehm! Jadi kapan lamarannya nak Edgar?" Tanya papi serius. "Rencananya minggu depan tunangan dan bulan depan kami menikah," ucap Edgar tegas "Cepet amat!" celetuk Dira membuat semua orang heran dan melihat kearahnya "Ka-kamu gak bilang sama aku sebelumnya," tanya Dira pada Edgar "Aku percepat, takut kamu berubah pikiran yang rugi aku," jawab Edgar "Bang Edgar ini bisnisman Dira, loe ga tau otak bisnis dia itu jalan," potong Tama "Maksudnya?" Dira heran "Kapan lagi beli satu gratis 3," ucap Tama sambil melirik ketiga anak Dira, Buukkk!!! Satu bantal sofa melayang kewajah Tama saat dia menoleh kembali kearah Dira. Semua orang disana tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon Tama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN