1. PERKENALAN
"Semuanya udah dimasukin kemobil kan, Pak?" tanya sorang wanita paruh baya yang sibuk dengan tasnya.
"Sudah, Nyonya," jawab sang supir.
"Ya udah, yuk! Berangkat kalo gitu." Setelahnya wanita itu langsung masuk ke mobil.
Raffa mengangguk kemudian ikut masuk bersama mamanya. Setelahnya mobil itu langsung melaju meninggalkan rumah bergaya Eropa itu.
Diperjalanan, Raffa hanya sibuk dengan laptopnya. Sedangkan mamanya hanya mendengus sebal melihatya. "Gimana mau punya istri kamu, A, kalo tiap hari kencannya sama lepton, dan kertas mulu."
-------
Pukul setengah sembian malam, Raffa dan mamanya sudah sampai di Jakarta, tepatnya disebuah rumah mewah milik keluarga Raffa.
"Raffa?" panggil Nia--mama Raffa.
"Apa, sih, Ma?" balas Raffa malas.
"Besok temenin Mama, ya?"
"Kemana?" tanya Raffa dengan pandangan yang masih fokus dengan laptopnya.
"Ke rumah tante Puput."
"Ngapain?"
"Udah ikut aja, sih, A! Gak usah banyak tanya!"
Raffa menghela napas pelan. “Iya.”
"Kalo Mama lagi ngomong, laptopnya di taro dulu, A!"
Raffa menoleh menatap Nia kemudian meletakan laptopnya. “maaf.”
Nia langsung mengambil laptop milik Raffa. “Ini Mama sita.”
"Tapi kerjaan aku gimana, Mah?" balas Raffa tak terima.
"Untuk sementara gak ada kerja-kerja! kamu ambil cuti!" tegas Nia, lalu berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja.
Raffa menghela napas kesal. Mamanya terlalu mengekang, tapi bagaimanapun ia tetap tidak bisa menolaknya.
******
Ocha memotong-motong buah apel menjadi potongan dadu lalu melahapnya dengan kesal. "Pokoknya gue gak mau dateng!" ucap Ocha pada Aski yang sedang meminum jus.
"Kenapa? lo belum lupain dia?"
"Udah ya!"
"Terus apa salahnya dateng?"
"Iihh Aski, masalahnya gue gak punya pasangan. Gengsi dong gue, masa mantan udah dapet pengganti sedangakan gue belum," ucap Ocha kesal lalu melahap potongan apel yang lumayan besar sehingga membuat pipinya mengembung.
"Itu alesanya lo gak mau dateng?" tanya Aski dan mendapat anggukan dari Ocha.
"Ck, gampang, lo tinggal ngajak Elang aja. Siapa tau dia mau."
"Tapi kalo dia gak mau gimana?"
"Gue yakin dia gak bakalan nolak ajakan lo. Lo gak inget yang tadi siang hah?"
Ocha mendelik pada Aski lalu melemparnya dengan potongan apel. "Jangan bahas yang tadi! Malu-maluin banget sumpah!" ucap Ocha saat mengingat kejadian tadi siang.
"Jadi gimana?"
"Iya deh gue coba," jawab Ocha sembari mengangguk.
"Btw gue pulang dulu ya, udah malem juga."
"Lo gak mau nginep aja?"
"Enggak deh, ya udah gue pulang, ya? Dah!" ucap Aski sembari melambaikan tangannya dan dibalas oleh Ocha.
"Dah, titidije, ya?"
Aski hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke udara.
Ocha mengambil kertas undangan yang dibawa oleh Aski tadi lalu membawanya kekamarnya.
"Keren ya, lo udah punya pengganti gue. Dulu aja waktu gue putusin bilangnya gak bisa idup tanpa gue, eh ternyata bisa idup juga tuh orang tanpa gue," ujar Ocha sembari berjalan menaiki anak tangga menuju
kamarnya. Setelah sampai didepan pintu kamarnya, Ocha langsung membuka pintu kamarnya dan masuk.
Ocha menaruh surat undangannya di atas meja belajarnya lalu membaringankan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Manik mata Ocha menatap langit-langit kamarnya kemudian perlahan-lahan matanya mulai terpejam dan masuk ke dalam alam mimpinya.
******
Pagi ini, Ocha sengaja bangun pagi karena hari ini ia akan berangkat sekolah dengan Aski. Ia tak ingin membuat Aski menunggu karena kalau ia terlambat bangun, maka teriakan melengking Aski lah yang akan membangunkannya. Ia tak ingin itu terjadi.
Setelah selesai memoleskan sedikit bedak di wajahnya, Ocha segera mengambil tas ranselnya kemudian bergegas keluar kamar. Tak lupa juga ia mengambil ponselnya.
"Non mau sarapan dulu? " tawar seorang pelayan rumah Ocha ketika melihat Ocha berjalan menuruni tangga.
"Boleh," balas Ocha kemudian duduk disalah satu kursi makan.
Pelayan itu segera mengoleskan selai coklat kesukaan Ocha ke dalam roti, kemudian menaruhnya di piring. Setelahya ia memeberikannya kepada Ocha.
"Makasih Bi," ucap Ocha lalu memakan rotinya.
Sedangkan pelayan itu hanya bisa tersenyum melihat anak majikannya sarapan. "Kasian non Ocha, setiap hari selalu sarapan sendiri," batin pelayan itu.
Pelayan itu sudah bertahun-tahun berkerja di rumah Ocha, jadi ia sangat tau kehidupan Ocha yang penuh kesepian dan haus akan kasih sayang kedua orang tuanya yang selalu sibuk berkerja.
Ocha mengambil gelas berisi s**u kemudian meminumnya hingga habis. "Aku udah selesai, kalo gitu aku berangkat dulu Bi," pamit Ocha seraya menyalami punggung tangan pelayannya.
Peleyan itu tersenyum sembari mengangguk. Ini yang ia sukai dari nonanya, Ocha tak pernah membeda-bedakan orang lain. "Hati-hati non."
Ocha mengangguk kemudian melangkah keluar dari rumahnya. Baru saja Ocha membuka pintu utama rumahnya, tepat saat itu pula mobil milik Aski datang. Ocha segera masuk ke dalam mobil Aski. Setelah Ocha duduk dan menutup pintunya, Aski langsung menjalankan mobilnya menuju sekolah.
*******
Raffa sudah siap dengan pakaian formalnya. Ia sudah siap untuk mengantar mamanya ke rumah tantenya.
"Udah siap kan, A? " tanya Nia pada putranya.
Raffa mengangguk kemudian mengambil kunci mobilnya, setelahnya berjalan keluar bersama Nia.
"Nanti mampir ke toko buku dulu ya, A?" ujar Nia setelah masuk ke dalam mobil Raffa.
"Mau ngapain?"
"Mau beli ketoprak! Ya beli buku lah A! Konyol banget pertanyaan kamu," balas Nia kesal dengan pertnayaan bodo dari anaknya.
Raffa hanya diam kemudian menjalankan mobilnya.
******
Setelah sampai di rumah milik tantenya, Raffa segera memarkirkan mobilnya di halaman rumah bergaya kalsik itu.
Nia segera turun dari mobil kemudian berjalan ke arah pintu utama rumah itu dan menekan belnya. Tak lama pintu rumah itu terbuka dan munculah seorang anak kecil laki-laki yang berusia 6 tahun.
"Hei Albar?" sapa Nia saat melihat anak kecil itu kemudian memeluknya.
"Halo Aunty?" balas anak laki-laki itu seraya membalas pelukan Nia.
"Albar apa kabar? Mamanya mana?" tanya Nia.
"Baik, ada di dalem sama Papah, masuk aja," balas anak kecil itu lalu pandangannya beralih pada Raffa.
"Yaudah Aunty masuk dulu, ya?" ucap Nia lalu masuk ke dalam meninggalkan Raffa dan Albar.
"Hai Om Raffa?”
"Hai!" balas Raffa sembari tersenyum.
"Yuk, Om! Masuk!" ajak Albar yang kemudian diangguki Raffa.
Keduanya masuk ke dalam rumah lalu berjalan menuju ruang tamu dimana Nia dan kedua orang tua Albar berada. Raffa berjalan menuju sofa ruang tamu, sedangkan Albar langsung berlari menaiki tangga.
"Raffa?" ujar Tomi--om Raffa atau adik dari mama Raffa.
"Om, Tante," ucap Raffa seraya menyalami lengan Tomi dan Putri--istri Tomi. Setelahnya Raffa duduk di samping mamanya.
"Gimana perusahaan kamu di Bandung?" tanya Tomi memulai pembicaraan.
"Baik-baik aja, Om, semuanya berjalan lancar," balas Raffa.
"Syukurlah kalo begitu. Oh ya, Raffa, ada yang mau Om omongin sama kamu."
"Apa, Om?"
"Jadi sebenarnya, Om mau kamu jadi guru di sekolahan Om, dan menggantikan Om sebagai pemilik sekolah karena Om mau pindah keluar negri. Om belum bisa mempercayakan orang lain selain kamu. Apa kamu bisa?" jelas Tomi.
Raffa terdiam cukup lama, sebelum akhirnya ia mengangguk pelan.
Tomi tersenyum setelah melihatnya. Keponakannya yang ini memang paling bisa di andalkan. "Oh iya, kalo bisa, mulai hari ini kamu mulai mengajar."
"Kok cepat banget, Tom?" tanya Nia setelah menyimak percakapan tomi dan anaknya.
"Salah satu guru ada yang lagi lahiran, jadi dia ijin. Sedangkan semua guru udah ada jadwalnya masing-masing," balas Tomi pada Nia.
"Oh, ya udah, nunggu apa lagi? Kalo gitu, mendingan sekarang kalian berdua pergi ke sekolah. Dan kamu Put, kamu temenin kaka ke salon aja, yuk!" ujar Nia yang kemudian mendapat anggukkan dari ketiganya.
******
"Woy woy, perhatian-perhatian!" teriak seorang siswi yang baru saja masuk ke dalam kelas Ocha.
Seluruh pandangan kelas tertuju ke arah gadis itu dan menunggu berita apa yang akan diberitaukannya. Termasuk Ocha dan Aski.
"Jadi---- kelas kita bakalan ada guru baru yang gantiin Bu Yani! Dan kalian tau kalo gurunya itu cowok?! Ganteng bangettt gilaa!" teriak siswi itu yang membuat seisi kelas heboh dan melontarkan banyak pertanyaan kepadanya.
"Serius lo? Kali ini gak hoax kan?" tanya siswi yang menguncir dua rambutnya.
"Dua rius malahan. Tadi waktu gue lewat ruang kapsek, gue gak sengaja liat kapsek sama cowok ganteng gitu lagi ngobrol."
"Ber---"
"Ada apa ini? " tanya seseorang dari arah pintu kelas Ocha. Seketika seisi kelas diam tak bersuara.
"Siang Pak?" ucap salah satu siswa pada seseorang itu yang tak lain adalah Tomi, sang kepala sekolah.
"Kenapa kalian pada berisik tadi?" tanya Tomi.
"Anu Pak, katanya bakalan ada guru baru ya?" tanya siswi si biang gosip tadi.
"Iya, memang akan ada guru baru untuk menggantikan Bu Yani wali kelas kalian, dan saya datang kesini ingin memperkenalkan guru baru itu. Tapi sebelumnya maaf, karena dia ada urusan sebentar," ucap Tomi.
Derap langkah kaki mulai terdengar, membuat pandangan seisi kelas terfokus pada pintu kelas.
"Permisi," ucap Raffa seraya berjalan masuk ke dalam kelas.
"Omayangat anjirr gilaaaaa!!"
"Ganteng bangett wehh!"
"Gantengan juga gue."
"Nenek lo nungging ganteng."
Para siswi kelas Ocha langsung berbisik dan berteriak kegirangan saat melihat wajah tampan Raffa.
"Cha gila ganteng banget gurunya, mana masih muda lagi iya kan?" tanya Aski berbisik pada Ocha.
"Gak, biasa aja. Gantengan juga Elang menurut gue," balas Ocha cuek.
"Yaelah lo mah, Elang mulu."
"Nah ini dia guru baru sekaligus wali kelas kalian. Mungkin untuk selebihnya kalian bisa bertanya langsung
kepada Raffa karena saya ada urusan. Saya permisi dulu," pamit Tomi.
"Om serahin semuanya sama kamu," bisik Tomi sebelum pergi dari kelas.
"Mohon perhatiannya," ucap Raffa kepada murid-murid kelas Ocha yang berisik heboh.
"Perkenalkan nama saya Raffael Darveno. Mulai hari ini, saya akan menggantikan Bu Yani sebagai wali kelas kalian. Apa ada pertanyaan?" tanya Raffa dengan ekspresi datarnya.
"Bapak udah punya pacar?" tanya seorang siswi berpenampilan minim.
"Belum," balas Raffa singkat.
Para siswi langsung kegirangan mendengar jawaban Raffa, terkecuali Ocha yang sibuk sendiri dengan ponselnya.
"Baiklah jika tidak ada lagi pertanyaan, saya akan memulainya dengan mengabsen kalian satu-persatu. Sekalian memperkenalkan diri didepan," ucap Raffa kemudian membuka buku absenan.
Satu-persatu nama mulai Raffa sebutkan, hingga akhirnya giliran Ocha yang dipanggil tetapi Ocha tidak menyadarinya.
"Ochalina Azahra?" panggil Raffa sekali lagi.
"Cha lo dipanggil tuh," ucap Aski pada Ocha.
Dengan malas Ocha mematikan ponselnya kemudian berjalan ke depan. Beberapa saat pandangan Ocha dan Raffa bertemu, namun Ocha segera mengalihkan pandangannya.
"Perkenalkan nama saya Ochalina Azahra, panggil aja Ocha. Umur saya 18 tahun."
"Kamu boleh duduk," ucap Raffa pada Ocha.
Ocha mengangguk kemudian berjalan kembali kembangkunya.
Setelah selesai mengabsen, Raffa mulai menjelaskan materi pembelajarannya. Sampai waktu terus berlalu dan tak terasa bel istirahat pun berbunyi.
BERSAMBUNG........