Soleh membawa Cantika pulang, mereka melewati lapangan sepak bola. Saat melihat ada Salim di sana, Cantika meminta Soleh untuk berhenti. Ia ingin melihat Salim main bola.
Cantika turun dari motor.
"Paman Soleh"
"Ya"
"Paman Salim nggak capek ya puasa main bola?"
"Main bola untuk menunggu waktu berbuka Cantika, begitu kata Paman Salim"
"Ooh...haayyy Paman Salim!" Cantika melambaikan tangannya pada Salim. Salim membalas lambaiannya.
"Ayo Paman Salim...ayo!" Teriak Cantika saat melihat Salim menggiring bola. Soleh mengerutkan keningnya.
"Cantika suka nonton orang main bola?"
"Hmmm sama Abba, nonton...nonton...siapa ya namanya, ehmmm...besi...mesi...ehmm"
"Messi sayang"
"Ooh iya itu..Mesi...ayo Paman Salim...holeee...masuk, Paman Salim hebat ya Paman Soleh"
Salim nampak berlari ke arah Cantika setelah mencetak gol. Di angkatnya Cantika di bawanya berputar.
"Eeh Salim nanti Cantika jatuh, lagi pula bajumu kotor, Cantika sudah mandi!" Seru Soleh marah pada Salim, adiknya.
"Makasih ya Cantika, karena ada Cantika, Paman Salim jadi semangat, dan bisa gol!" Seru Salim sambil mencubit kedua pipi Cantika.
"Kenapa makasih sama Cantika, Cantika nggak bantuin apa-apa, bantu doa juga enggak, cuma teliak doang kok"
"Teriakan Cantika bikin Paman Salim jadi semangat. Sudah ya Paman Salim main lagi"
"Oke"
'Ck..Salim masih SD sudah pintar memuji cewek..hhhh...' Soleh menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kita pulang yuk Paman Soleh"
"Ayo"
Cantika naik ke atas motor Saleh. Saleh menjalankan motornya menuju pulang. Di tengah jalan ia melihat anak kucing yang duduk di tepi jalan.
"Stop Paman Soleh!" Serunya. Soleh menghentikan motornya.
"Ada apa? Cantika mau ke mana?" Saleh terkejut karena Cantika turun dari motornya. Ternyata Cantika mengambil anak kucing itu.
"Kasihan nggak ada ibunya"
"Cantika, nanti Amma marah kalau kamu bawa anak kucing itu ke rumah, Ammamu tidak suka binatang berbulu!" Ujar Soleh.
"Kucingnya taluh di lumah belakang aja, jangan dibawa masuk lumah" sahut Cantika setelah berpikir sejenak.
Rumah belakang yang dimaksudnya adalah tempat pembuatan keripik.
"Tidak bisa Cantika, nanti mengganggu orang yang bikin keripik"
"Telus bagaimana, kasihan kucingnya Paman Soleh" ujarnya lirih sambil mengelus bulu kucing di tangannya.
"Biar kucingnya tinggal di rumah Paman Soleh saja, nanti Acil Soleha yang jaga"
"Heumm"
Cantika menganggukkan kepalanya dengan gembira.
Sebelum ke rumah Raka, mereka mampir ke runah Soleh untuk menyerahkan kucing pada Soleha.
--
Tarawih sudah usai.
"Amma, Abba kenapa belum pulang?" Tanya Cantika.
"Tadi Abba telpon, Abba sama Pak RT menginap di rumah sakit sayang" Tari memangku Cantika.
"Kenapa Abba halus nginap di lumah sakit Amma?"
"Abba menemani kakek Subhan di sana"
"Kenapa halus Abba? Cantika kangen Abba hiks...hiks.."
"Cup..jangan menangis sayang, kakek Subhan itu, rumah anaknya jauh semua. Ada yang di Jakarta, ada yang di Samarinda, ada yang di Semarang, ada juga yang di Manado"
"Kenapa kakek Subhan tidak ikut anaknya saja Amma?"
"Karena, kakek Subhan tidak ingin merepotkan anaknya"
"Cantika tidak mau pelgi jauh dali Amma dan Abba, Cantika ingin tinggal sama Abba dan Amma"
"Iya boleh, jangan menangis dong, besok Abba pasti sudah pulang, anak-anak kakek Subhan, besok juga pasti sudah datang"
"Amma"
"Ya sayang"
"Tadi Amma bilang, kakek Subhan tidak mau melepotkan anaknya, melepotkan bagaimana Amma?"
Tari berpikir sejenak.
"Anak-anak kakek Subhan sudah punya keluarga sendiri sayang, mereka harus memperhatikan keluarganya, jadi kakek Subhan tidak ingin jadi beban bagi anak-anaknya"
"Punya kelualga sendili itu apa Amma?"
"Sudah menikah seperti Abba dan Amma, sudah punya anak seperti Cantika dan dedek Arka"
"Jadi kalau sudah punya kelualga sendili, kakek Subhan bukan kelualga anaknya lagi ya Amma?"
"Kakek Subhan tetap Abba mereka, tapi mereka tidak bisa memperhatikan kakek Subhan setiap waktu"
"Kenapa begitu Amma, waktu meleka kecil pasti di sayang kakek Subhan, sepelti Abba sayang Cantika, tapi kenapa meleka besal tidak sayang Kakek Subhan"
"Mereka sayang sama kakek Subhan, hanya saja mereka sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka sendiri"
Cantika tampak berpikir keras untuk mencerna ucapan Tari.
"Pekeljaan dan kelualga meleka sendili dipelhatikan, tapi Abba meleka sendili tidak dipelhatikan, cape deeh, olang dewasa itu aneh-aneh!" Cantika memukul dahinya dengan punggung tangannya.
Tari menarik napas lega, karena putrinya berhenti bertanya.
--
Cantika tidur di atas ranjang Tari. Suara ponsel Ammanya membangunkannya.
Karena tidak ingin membangunkan Ammanya, ia yang menjawab telpon.
"Assalamuallaikum"
"Walaikum salam..."
"Abba...hiks...hikss...Cantika kangen Abba...hiks..hiks!!" Tangisnya pecah seketika saat mendengar suara Raka di seberang sana. Tari jadi terbangun mendengar tangisan Cantika.
Tari mengambil ponsel dari tangan Cantika.
"Aa ada apa?"
"Innalillahi wa inna ilaihi ro'jiun, kakek Subhan baru saja berpulang Tari"
"Innalillahi wa inna ilaihi ro'jiun, semoga dosa beliau diampuni, dan amal ibadahnya di terima Allah, aamiin"
"Aamiin"
"Jadi bagaimana Aa?"
"Besok pagi jenazah akan di bawa pulang"
"Anak-anaknya bagaimana A?"
"Belum ada yang datang Tari"
"Ya Allah, kasihan beliau tidak sempat bertemu putra putrinya"
"Mana Cantika"
"Ini, ini sayang, Abba ingin bicara"
"Sayang"
"Abba cepat pulang hiks..hikss"
"Iya sayang, besok Abba pulang, sekarang Cantika tidur ya"
"Cantika tidulnya sama Amma"
"Iya, Cantika jagain Amma sama dedek ya"
"Iya Abba"
"Assalamuallaikum sayang"
"Walaikum salam Abba"
Cantika menyerahkan ponsel Tari.
"Cantika bobo lagi ya"
"Amma mau ke mana?"
"Amma mau ke kamar mandi sebentar, sini bobo lagi"
"Iya Amma"
Cantika berbaring di atas kasur kembali. Tiba-tiba ia bangun dan turun dari pembaringan.
"Kata Abba, Cantika harus jaga Amma dan dedek kan?"
Gumamnya sendirian.
Ia melangkah mendekati boks bayi Arka. Tapi ia tidak bisa melihat ke dalam boks, karena tubuhnya yang masih kecil.
Diseretnya kursi kecil yang ada di depan meja rias. Diletakannya di dekat boks bayi. Ia naik ke atas kursi, agar bisa melihat adiknya.
Ternyata Arka membuka matanya, tapi ia tidak menangis, ia tengah mengisap jempol kanannya.
"Dedek bangun ya, lindu Abba juga? Kata Abba, besok Abba pulang, malam ini kak Cantika yang jagain dedek, oke!" Cantika mengacungkan jempolnya. Arka tertawa menanggapi ucapan kakaknya, seakan ia mengerti apa yang diucapkan Cantika.
***BERSAMBUNG***