PART. 14

981 Kata
"Bapak, Bapak ke mana aja? Bapak ikut pulang sama kita ya" ujar Soleha terbata-bata. "Maafkan Bapak, karena sudah meninggalkan kalian" "Iya Pak, Bapak harus pulang bersama kami sekarang, jangan tinggalkan kami lagi Pak" isak Soleha. "Soleha, ini Bapakmu?" Tanya Mia yang sudah ada di dekat mereka bersama Rika dan Salsa. "Iya Bunda" Soleha melepaskan pelukan dari Bapaknya, Salim pun begitu juga. "Saya Mia Pak, mereka ini adik-adik angkat anak saya, saya sudah mendengar cerita tentang Bapak dari ibunya Soleh. Kalau Bapak berkenan, Bapak bisa ikut kami. Agar keluarga yang pernah terpecah bisa menyatu kembali" "Tapi keadaan saya begini Bu" sahut Sofian. "Bagaimanapun keadaan Bapak, Bapak tetap orang tua mereka, mereka harus bisa menghargai dan menghormati Bapak, meskipun Bapak pernah menelantarkan mereka" "Terimakasih banyak Bu, kalau boleh saya ingin mandi dan berganti pakaian dulu" "Silahkan Pak" "Kakek, mandinya di kamal mandi musholla aja, ayo Cantika antal. Nenek, Oma, Acil, Uncle, dan Bang Liza tunggu di sini ya. Ayo Acil Soleha, Paman Salim, kita antal kakek mandi" cerocos Cantika, tangannya sudah menggenggam jemari Sofian, dan dibawanya Sofian menuju musholla pasar. Soleha dan Salim ikut melangkah bersama mereka. Sementara yang lain menunggu seperti permintaan Cantika. "Kisah mereka, sama dengan kisah kita ya Bun" ujar Rika. "Iya" angguk Mia. "Apa ibu Soleh akan bisa menerima suaminya lagi ya Bun?" "Entahlah, Bunda justru khawatir kalau Soleh yang tidak akan bisa menerima Bapaknya" "Kenapa Kak?" Tanya Salsa. "Dia hampir jadi pencuri untuk memberi makan adik-adiknya, setelah ditinggal kabur Bapaknya, aku merasa kalau dia menyimpan kemarahan pada Bapaknya" "Semoga saja Soleh sudah tidak marah lagi ya Bun" "Ya semoga saja" -- Mereka langsung pulang ke rumah Raka. Saat itu ada Raka, Raffa, dan Ridwan duduk di teras rumah. Sementara Tari dan Ibu Soleh ada di dalam rumah. Sedang Surya masih di rumah orang tuanya. Cantika yang paling pertama turun dari dalam mobil. Ia langsung berlari kepada Abbanya. "Abba!" "Assalamuallaikum dulu sayang, ada apa?" "Walaikum salam Abba, ada Bapaknya Paman Salim, dan Acil Soleha!" Serunya. Sontak Raka, Raffa, dan Ridwan berdiri dari duduknya. "Bapaknya..." mata Raka menatap seorang pria yang turun dari mobil. Ada Soleha dan Salim yang menggapit di kiri dan kanannya. "Ini Bapak mereka Raka" ujar Mia menjelaskan. "Kenalkan Pak, saya Raka" Raka mengulurkan tangannya. Disambut oleh Sofian dengan mata berkaca-kaca. Sofian juga menyalami yang lainnya. "Kak kami ke rumah nenek Tari dulu ya" pamit Salsa. "Oh iya, nanti kami menyusul" sahut Mia. "Cantika, Oma sama Uncle ke rumah nenek buyut dulu ya, cium Oma dulu" Salsa mencium kedua pipi Cantika. Begitu pula Hafiz dan Hafid. Setelah Salsa dan kedua putranya pergi. "Silahkan masuk dulu Pak" Raka mempersilahkan Sofian masuk. Mereka masuk dan duduk di ruang tamu. "Soleha panggil ibumu ya" "Ya kak" Soleha masuk ke dalam. "Salim, panggil kak Soleh dimusholla, bilang disuruh kak Raka untuk pulang" "Iya kak" "Ikut Paman Salim!" Cantika menggapai tangan Salim untuk digandengnya. Juleha, ibu Soleh muncul di ruang tamu, semua orang berdiri melihat kemunculannya. Tidak ada yang bisa mengartikan tatapan Juleha pada Sofian. "Saya kira, Ibu dan Bapak perlu bicara berdua. Kami permisi ke dalam dulu, ayo Soleha, tunggu di dalam saja ya" Soleha menganggukan kepalanya. Mereka masuk ke dalam, meninggalkan kedua orang tua Soleh di ruang tamu. Soleha duduk di ruang tengah, Raka masuk ke dalam kamarnya, sedang Mia dan yang lain naik ke lantai atas. "Ada siapa A?" Tanya Tari yang tengah menggendong Arka. "Sini Arka sama Abba ya" Raka mengambil Arka dari gendongan Tari. Arka tertawa lalu menggapai wajah Raka dengan jemari mungilnya. "Aa, ada siapa yang datang, kok ibu dipanggil Soleha tadi" "Ada Bapaknya Soleh" "Eeh, Bapaknya Soleh! Bertemu di mana?" "Di pasar" "Terus mana dia?" "Di ruang tamu, aku tinggalkan dengan Ibu" "Cantika mana?" "Ikut Salim, menjemput Soleh di musholla" "Mami?" "Mami dengan kembar balik ke rumah nenek" "Bunda dan yang lain?" "Di lantai atas" "Kira-kira bagaimana reaksi Soleh ya saat bertemu Bapaknya?" "Aku harap dia bisa menerima Bapaknya Tari, apapun yang sudah dilakukan Bapaknya, beliau tetap orang tua Soleh" "Bagaimana kalau Soleh menolaknya?" "Kita harus memberi pengertian pelan-pelan tentunya" "Hhhh semoga saja Soleh dan ibu bisa menerima Bapak dan suaminya kembali, aamiin" "Aamiin" -' Sementara itu, Salim dan Cantika sudah tiba di musholla. "Kak Soleh!" Panggil Salim. Soleh yang tengah menyapu teras musholla, menyandarkan sapunya ke dinding musholla. Lalu didekatinya Salim dan Cantika. "Ada apa?" "Kak Soleh disuruh kak Raka pulang sekarang" "Disuruh pulang, memangnya ada apa?" Soleh mengernyitkan keningnya. "Ada Bapaknya Paman Salim dan Acil Soleha, Paman Soleh" Cantika yang menjawab. Kerutan di kening Soleh semakin dalam. "Apa maksudnya Salim?" "Ada Bapak di rumah kak Raka, kak Raka minta kak Soleh..." "Apa!? Tidak..tidak..aku tidak mau bertemu lelaki itu lagi, aku tidak akan pernah mau bertemu lelaki yang sudah membuatku hampir jadi pencuri!" Soleh menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat. "Tapi dia Bapak kita kak Soleh!" "Kamu tidak tahu apa-apa Salim, kamu masih sangat kecil waktu dia pergi meninggalkan kita, aku dan ibu yang paling tersakiti karena perbuatannya, aku tidak mau bertemu lekaki itu, aku tidak mau pulang! Dari pada aku bertemu dia, lebih baik aku pergi jauh Salim!" Soleh berjalan ke arah motornya. Cantika berlari mendahuluinya. Ia langsung naik dan berdiri di atas motor Soleh seperti biasanya. "Cantika, turun sayang, Paman Soleh mau pergi" Soleh melembutkan suaranya. Berusaha meredam kemarahannya. "Cantika ikut Paman Soleh!" "Kalau Cantika ikut Paman, bagaimana Abba, Amma, dan dedek Arka?" "Kalau Paman Soleh pelgi, siapa yang jaga Cantika hiks...hikss" air mata membasahi pipi Cantika. "Ada Paman Salim dan Acil Soleha yang akan menjaga Cantika" bujuk Soleh, dihapusnya air mata Cantika. "Paman Salim sama Acil Soleha tidak bisa naik motol hiks...hikss" "Tapi Paman ingin pergi jauh, Cantika tidak boleh ikut" Soleh membungkukan tubuhnya, diusapnya lembut pipi Cantika yang basah oleh air mata. "Jangan pelgi Paman hiks..hikss" Cantika melingkarkan kedua tangannya di leher Soleh. Soleh mengangkatnya, membawa Cantika dalam gendongannya. Cantika meletakan kepalanya di bahu Soleh. Pelukannya di leher Soleh semakin erat. Tangisannya terdengar semakin nyaring. Soleh mengusap punggung Cantika lembut. Dikecupnya kepala Cantika dengan rasa sayang. Tanpa mereka sadari, Salim sudah berlari ke rumah Raka. Untuk memberitahu kalau Soleh ingin pergi. Dan tidak mau bertemu Bapak mereka. ***BERSAMBUNG***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN