“Wah … kamu baru beli sepatu, Mara? Bagus.” Nadia tersenyum sambil memperhatikan Mara yang sedang memakai sepatunya. Wanita itu mendorong pintu lebih lebar, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar Mara.
Mara menoleh. Wanita itu tersenyum kaku sebelum memaksa kepalanya bergerak turun naik dua kali.
“Bagus ih, kamu pakai cocok.” Nadia mengangkat kepala. “Beli di mana?”
Mara berdehem sebelum akhirnya menjawab. Menyebut nama sebuah toko sepatu bermerk yang ada di kota mereka.
“Pantas bagus. Merk itu harganya selangit. Tapi sesuai sih, sama kualitasnya. Aku punya beberapa dari toko itu.”
Mara kembali tersenyum sambil menganggukkan kepala. Wanita itu memutar tubuh lalu melangkah menuju tempatnya menyimpan tas.
Nadia berjalan mengikuti. Sesekali tatapan matanya turun—memperhatikan sepasang
