BAB 5

1253 Kata
Vano memang tidur dengan Kejora, bocah 3 tahun itu belum berani tidur sendiri, sementara Kennard tidak suka tidur dengan Vano, karena menurutnya, anak itu sangat rusuh saat tidur, badannya bisa ke sana ke mari dan itu mengganggu, padahal selama tidur dengan Kejora, Vano anteng-anteng saja. Mungkin Vano tahu yang tidur bersamanya adalah perempuan cantik yang harus dihargai. Entahlah. Tenggorokan Kejora terasa kering, dia pun terjaga dari tidurnya dan bergegas ke dapur. Dengan setengah mata tertutup, Kejora memasukkan air putih itu ke mulutnya. "Jora ... " Kejora terloncak kaget saat Kennard menyerukan namanya, ini jam 11 malam, dan Kennard baru pulang kerja. "Baru pulang?" tanya Kejora basa-basi. "Iya, lembur. Bikinin saya makanan dong, saya lapar." "Kenapa enggak makan dulu sebelum pulang?" "Enggak mau makan sendiri, berasa jomlo banget." Kejora mencebikkan bibirnya. "Faktanya emang situ jomlo." Kejora pun membuka kulkasnya, dia mencari potongan daging ayam, dan beberapa sayuran, rencanya Kejora akan memasak ayam kecap dan capcay. Setelah selesai mandi, Kennard pun langsung ke meja makan. Di situ sudah tersedia makanan yang menggoda seleranya. "Kamu makan, ya. Aku mau lanjut tidur. Ngantuk." "Duduk dulu. Temani saya makan." Kejora pun mengikuti perintah Kennard, dia malas berdebat di saat matanya sudah 5 watt. "Kamu enggak makan?" Kejora menggeleng. "Enggak makan tengah malam, nanti gendut." "Dasar perempuan." Kennard pun kembali menghabiskan makanan itu dengan lahap. Dia selalu menyukai masakan gadis kecil yang telah tertidur itu. Sambil menahan kantuk pun ternyata Kejora masih bisa memasak makanan seenak ini. Setelah menghabiskan makanannya, Kennard langsung mencuci piring, baru itu menggendong Kejora. Namun, tujuannya bukan membawa ke kamar Kejora, melainkan kamarnya sendiri. Entah kenapa, malam ini Kennard ingin tidur sambil memeluk guling bernyawa. *** Vano terjaga, dia tidak melihat siapa-siapa di sampingnya, ditambah kamar itu gelap, membuat Vano semakin takut. Dia menangis sekencang-kencangnya di atas kasur, memanggil nama Kejora dan Kennard berkali-kali, hingga omnya datang menggendong Vano. "Tante mana?" "Ada di kamar Om." "Vano mau tidur sama Tante." Kennard menggeleng. "Jangan, Vano mau lihat kan di perut Tante Jora ada bayi?" Vano mengangguk. "Nah, biarin Om Ken yang tidur sama Tante Jora biar dedeknya cepat jadi." "Tapi Vano takut bobo sendiri." Kennard membaringkan Vano di kasur, dia pun ikut rebahan di sebelahnya. "Vano tidur lagi ya." Bocah itu memejamkan matanya. Dan setelah Vano benar-benar terlelap, akhirnya Kennnard kembali ke kamarnya. Terlihat Kejora yang tengah terlelap, meringkuk seperti bayi. Kennard langsung mengambil posisi di sebelah Kejora dan memeluknya dengan erat. Saat pagi menjelang, Kejora menggeliat dan melihat sebuah lengan besar kini berada di tubuhnya. Mata Kejora langsung menatap si pembuat ulah itu. Kok gue nyaman ya dipeluk sama dia? Kejora masih ada di posisinya, dia memperhatikan wajah Kennard di setiap incinya, rahang kokok, hidung mancung, dan bibir yang selalu mengambil kesempatan untuk menciumnya. Kejora mengulas senyum sambil memandangi wajah Kennard. Sampai akhirnya Kennard menggeliat, dan Kejora hendak beranjak dari kasur tersebut, namun langsung ditahan oleh lengan kokoh itu. "5 menit lagi, saya masih ngantuk." "Aku mau nyiapin sarapan, mau bangunin Vano, mau mandi, mau kuliah." Akhirnya Kennard menyingkirkan tangannya dari tubuh Kejora. "Kamu seperti seorang istri. Eh?" Tidak menanggapi ucapan Kennard, ia langsung ke kamar untuk membangunkan Vano. Bocah 3 tahun itu sedang tidur lelap, Kejora menepuk-nepuk pipi Vano hingga anak itu bangun. "Tante, dedek bayinya udah jadi?" tanya Vano setelah nyawanya terkumpul. "Kata Om Ken, mau tidur sama Tante Jora biar dedek bayinya cepat jadi." "Ya ampun, dasar m***m si om-om itu." Kejora langsung menggendong Vano, namun di ambang pintu sudah ada Kennard yang bersandar dengan wajah khas bangun tidurnya. "Saya aja yang mandiin Vano, kamu siapin sarapan." "Emang kamu bisa?" Kennard mengambil alih Vano dari Kejora. "Hitung-hitung belajar jadi bapak sebelum kita buat anak." Kejora bergidik ngeri. "Amit-amit, aku mah mau punya anak dari laki-laki kalem, bukan m***m kayak Anda." Kejora langsung berlari ke dapur, tingkah gadis kecil itu sangat menggemaskan, hingga membuat Kennard selalu ingin menggodanya. *** Kennard m***m Jora, kalau udah selesai kelas chat aja, biar saya jemput. Kejora Isabella Aku selesai kelasnya nanti sore, kamu yang jemput Vano ya. Selesai membalas pesan itu, Kejora langsung mematikan ponselnya, dia sengaja berbohong kepada Kennard karena dia mau kencan sama gebetannya, siapa lagi kalau bukan si Dewa Anggara. Setelah mobil Dewa terparkir rapi, mereka pun masuk ke dalam pondok indah mal, salah satu mal elitte yang ada di Jakarta Selatan. Mereka pun langsung ke bioskop, karena tujuan utamanya ingin menonton film. "Wa, kamu mau nonton apa?" "Apa aja yang kamu suka." Mereka memilih film romance, tapi filmnya baru mulai satu jam lagi, akhirnya mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Bagi Kejora, Dewa ini laki-laki yang ramah dan baik, punya senyuman manis yang mendebarkan, semoga kedekatan mereka tidak hanya sebatas teman, karena Kejora ingin lebih. Mungkin menjadi pacar, atau bahkan suami. "Jadi kamu di Jakarta ini tinggal sama siapa, Ra?" tanya Dewa, di sela kunyahannya. "Sama temannya Papa aku." "Kenapa enggak ngekos atau di apartemen?" Kejora mengela napasnya. "Papa itu orang yang overprotektif karena aku anak cewek satu-satunya. Di Jakarta aku enggak boleh pakai kendaraan juga, takut kenapa-napa." "Ya wajar itu, Ra. Namanya juga ayah. Berarti kamu punya saudara?" "Iya, aku punya dua abang, yang pertama udah nikah dan tinggal di Australia, dan yang kedua lagi betah menjomlo, terlalu workaholic." "Kamu punya pacar?" Kejora menggeleng. "Jomlo dari lahir." "Masa sih? Kamu itu cantik, dan yang laki-laki suka ada di diri kamu." "Iya, tumbuh di keluarga yang posesif, jadi susah buat dapat pacar, apalagi aku dilarang pacaran kalau belum umur 17, eh pas udah lewat umur 17, yang dekati jadi kabur duluan kalau lihat ayah sama kedua abang aku." Dewa tidak menyangka kalau perempuan di hadapannya ini adalah perempuan polos yang belum pernah pacaran, padahal dari segi fisik sangat menggoda iman laki-laki. *** Sedari tadi Kennard tidak fokus mendengarkan penjelasan dari client-nya ini, matanya tertuju kepada Kejora yang sedang bersama laki-laki yang tak jauh darinya. Rahang Kennard mengeras, tangannya mengepal, ingin sekali dia menghajar wajah laki-laki itu. Kevin yang sadar akan pandangam Kennard, langsung menyikut bosnya ini untuk fokus mendengar penjelasan client-nya. "Maaf, sampai mana tadi?" tanya Kennard. "Kalau begitu, kita atur ulang pertemuan kita. Sepertinya Pak Kennard lagi tidak fokus." "Mohon maaf." "Saya permisi." Pria itu langsung meninggalkan restoran dengan perasaan kesal karena merasa tidak diharagai, tapi Kennard tidak peduli. Dia langsung menghampiri Kejora. Kennard sudah berada di samping Kejora, membuat gadis itu terkejut. "Ken?" "Kuliah sampai sore, gadis kecil?" Kennard langsung menarik Kejora dari tempatnya. "Ayo pulang." "Ken, kampret gue gimana?" teriak Kevin. Kennard tidak peduli Kevin pulang pakai apa, yang jelas Kejora sudah membuatnya marah. Bisa-bisanya dia berbohong kuliah sampai sore, nyatanya kencan sama laki-laki. Kennard memukul stir mobilnya, membuat Kejora terlonjak kaget, namun dia hanya diam. "Kejora, kenapa bohong?" "Aku juga pengin kencan, Ken." "Ini terakhir kalinya saya lihat kamu sama laki-laki lain. Kalau sampai kamu melanggar, saya akan buat kamu enggak bisa jalan seminggu, paham?" Kejora menggeleng, dia tidak terima diatur seperti ini, memangnya Kennard siapa, keluarga bukan, pacar bukan, suami bukan, tapi posesif minta ampun. "Kenapa aku enggak boleh jalan sama cowok lain, Ken? Apa itu salah? Kalau kamu pasangan aku, kamu jelas punya hak buat marah, sedangkan kita ini apa?" "Saya enggak suka lihat kamu sama laki-laki lain!" "Kenapa, Ken? Kenapa?" Kennard mengacak rambutnya frustasi. "Enggak usah tanya kenapa, kamu ikuti saja apa yang saya katakan." "Enggak." Kennard tersenyum sinis. "Baiklah, saya akan lapor ke Papamu kalau anaknya di sini nakal, maka dengan senang hati Papamu menyeret kamu pulang ke Bandung. Mau?" Ancaman Kennard benar-benar membuat Kejora tidak berkutik. Kelemahannya adalah Papanya sendiri. "Ya udah lah, terserah kamu." "Harus nurus sama saya, gadis kecil." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN