Sarapan itu berlangsung dengan keheningan, Kania lebih banyak diam dan makan dalam keheningan. Sampai dering telpon berbunyi, seorang pelayan mengangkatnya kemudian mendekati pada Bima dengan mengatakan, “Tuan, ada telpon dari rumah belakang, dari Nyonya Gandari.” Bima segera menerimanya. “Hallo, Bu? Kenapa?” “Kamu kalau mau berangkat kerja, mampir dulu ke sini. Dibiasain harus pamitan dulu sama Ratih.” “Iya, Bu. Nanti Bima ke sana.” Baru setelah panggilan tertutup, Kania berani bertanya, “Kenapa Ibu?” “Minta pamitan dulu ke sana.” “Yaudah nanti kita ke sana.” Mendengar itu, Bima tersenyum, dia menggenggam tangan istrinya. “Jangan khawatrikan apapun, Mas selalu di sisi kamu oke? Rasa sayang Mas sama kamu gak akan berkurang.” Pahit memang, tapi Kania akan mencoba memproses semua in