Penguntit

1789 Kata

“Mas…. tentang Kak Kania?” Jujur saja, Ratih tidak ingin berlibur dengan melupakan masalahnya. Dia benar benar bisa tenang jika masalahnya sudah selesai. pernikahan Bima dan juga Kania sedang berada diambang. Tidak mengapung maupun tenggelam, Ratih ingin semuanya dengan jelas, dan dirinya yang ikut terlibat juga. “Kenapa Kania?” tanya Bima yang sedang memotong kuku Ratih. Mereka berdua duduk di dek kamar, sambil melihat bintang yang memantul ke danau. Menikmati waktu bersama setelah Bima dan Ratih sama sama memasak kue dan juga cokelat hangat. “Dek?” “Mas serius mau cerai sama dia?” “Kok bahas itu lagi? Kan Mas udah bilang sebelumnya kalau kami udah fiks mau cerai.” “Emang Kak Kania setuju?” karena Ratih ingat betul saat malam malam sebelumnya, dimana Kania menelponnya dan mengataka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN