Kekasih Rahasia

1437 Kata
Alin menatap Lea yang tampak melamun sambil duduk meringkuk diruang tamu. “Lagi ngapain dek?” tanya Alin perlahan dan membuat Lea tersentak dari lamunannya. Lea merenggangkan tubuhnya perlahan dan berusaha tersenyum pada sang ibu. Sejak tadi malam tidurnya tak nyenyak, karena memikirkan pertengkarannya dengan Theo. Tak bisa berbicara, meminta maaf dan memberikan penjelasan apapun pada Theo, membuat perasaannya gelisah. “Kamu gak mau jenguk atasanmu, dek?” “Jenguk? Jenguk pak Theo maksud ibu?” “Iya, siapa lagi. Katanya dia sakit kan?” “Ohiya, tapi gak sampe masuk rumah sakit juga. Lagian sungkan ah bu, sampe nyamperin untuk jenguk segala.” “Loh, gak apa-apa. Jenguk orang sakit kan bisa sama siapapun.” “Iya, tapi kali ini Lea gak mau jenguk pak Theo … Lea sungkan…” jawab Lea lirih. Pembicaraan dengan sang ibu semakin membuat Lea ingin kembali ke rumah Theo. Ia mulai tak bisa berpisah dengan kost-annya itu walau baru tiga bulan. Berada disana tanpa melakukan apapun membuat perasaannya tenang. “Sepertinya nanti sore Lea mau kembali ke kost-an bu.” “Loh, kok buru-buru? Kamu baru menginap semalam disini.” “Kerjaan Lea numpuk, libur dari hari kamis begini menyisakan banyak peer untuk hari Senin. Lea gak mau nanti jadi masalah baru kalau nanti belum selesai, kan ibu tahu Lea sedang gak akur sama si bos,” ucap Lea berbohong. Entah mengapa ia merasa begitu ingin pulang ke kost-annya tanpa alasan yang jelas, bahkan sampai berbohong pada sang ibu. “Nanti perginya bareng sama kakakmu – Amel saja, sore ini dia mau dijemput pacar barunya. Temani dulu mereka, tolong diawasi dulu sebentar, ibu tuh suka gak percaya sama kakakmu!” “Ih, ibuu … masa aku jadi kambing conge mbak Amel ama pacarnya?!” “Sebentar aja… lagian lumayan kamu ada yang antar ke kost-an.” Mendengar ucapan ibunya, Lea hanya bisa mengangguk setuju dan segera kembali ke kamar untuk membereskan barang-barangnya. Waktupun berlalu, Lea baru saja sampai diantar oleh Amelia dan kekasihnya. Mobil kekasih Amelia berhenti tak jauh dari kediaman Theo. Mereka tiba saat malam mulai larut. “Dirumah kost-an kamu lagi ada acara ya, dek?! Kok rame banget?! Banyak mobil parkir di dalam halaman rumah dan di pinggir jalan.” Amelia mencoba mencari tahu sambil menurunkan kaca mobil saat melihat gerbang rumah itu terbuka lebar sehingga menampakan sebagian isi halamannya. “Aku gak tahu mbak … Aku pamit ya mbak, takut kemaleman, gak enak.” Amelia hanya mengangguk dan melambaikan tangan pada Lea saat sang adik turun dari mobil. Lea segera berjalan memasuki halaman kediaman Theo dan bertemu pak Sugi yang asik berbincang dengan supir lainnya. “Lagi ada acara apaan pak?” tanya Lea saat berpapasan dengan Sugi. “Lagi ada acara reunian teman sekolah mas Theo mbak,” jawab Sugi sambil membantu membawakan travel bag milik Lea. Di dalam rumah terdengar gelak tawa meriah. Theo tampak sangat senang bisa berkumpul dengan teman-temannya kembali. Annie sampai mengatakan bahwa setelah sekian lama, akhirnya ia bisa melihat Theo tertawa lebih banyak. “Ayo makan lagi, kali ini sesi dua … ada kambing guling dihalaman belakang,” ajak Theo ketika melihat kode dari salah satu pegawai catering. Para tamu itu pun segera beranjak berjalan menuju ke arah belakang. Raut wajah Theo berubah ketika ia melihat sekelebat seseorang berjalan menuju rumah kecil di halaman belakang. Melihat Lea pulang, Theo segera berjalan terburu-buru. “Kita makan dimeja makan saja, gak usah di belakang! Nyamuk! Biar nanti diantarkan ke dalam makanannya!” ucap Theo cepat menahan teman-temannya. “Loh, gak jadi makan di belakang? Trus loe mau kemana?!” tanya Gunawan sedikit bingung melihat Theo menahan mereka tapi juga berjalan terburu-buru ke arah taman. “Kalian tunggu disini … aku kebelakang sebentar…” ucap Theo cepat. Dengan langkah tertatih-tatih Theo keluar dari rumahnya dan mencoba menghampiri Lea yang tengah mengambil kunci dari tasnya. “Lea!” Mendengar panggilan Theo, Lea segera menoleh dan tersenyum senang saat melihat atasannya datang menghampiri. “Hati-hati pak, jangan buru-buru nanti jatuh…” ucap Lea cemas melihat Theo berjalan tak seimbang dengan tongkat. “Kamu kembali?” tanya Theo merasa lega. “Oh iya, banyak kerjaan jadi gak bisa lama-lama dirumah ibu,” ucap Lea cepat dan berubah gugup. Theo tak sadar bahwa teman-temannya memperhatikan dirinya dan Lea dari balik jendela. Kondisi rumah dan taman yang terang benderang membuat mereka semua bisa melihat sikap Theo yang tergopoh-gopoh menghampiri Lea. Sikap Theo yang tak biasanya malah memancing mereka untuk mencari tahu. “Siapa tuh?! Cakep amat! Cewe baru si Theo?! Tinggal bareng mereka disini?” tanya Dion salah satu teman Theo. Annie yang juga melihat kejadian itu juga tampak sedikit terkejut. “Eh, cepet! Telfon si Max, Video Call! Bilang, bentar lagi Duda brothers bubar, soalnya si Theo bakalan nyusul nih!” celetuk Ragil iseng dan segera melakukan video call dengan Max. Diluar sana, Theo tengah menyuruh Lea untuk segera masuk ke dalam kamar tanpa menyadari bahwa teman-temannya perlahan keluar dari rumah sambil melakukan video call. Mereka berencana untuk memergoki Theo dan kekasih rahasianya. “Mas, itu teman kamu pada kesini,” bisik Lea ketika teman-teman Theo berjalan menghampiri sambil membuka pintu kamarnya dari balik pundak Theo yang bertubuh tinggi. “Theo! Ketahuan loe ya! Punya cewe baru gak bilang-bilang! Gue lagi Video call sama si Max juga nih!” Mendengar ucapan Ragil, Theo tampak terkesiap dan segera memeluk Lea dan membenamkan wajahnya di d**a Theo. “Mas!” pekik Lea kaget tapi Theo memeluknya erat dan menahan kepalanya didada agar wajahnya tak terlihat. “Diamlah…” bisik Theo sedikit panik ketika melihat Ragil tengah Video Call dan terlihat Max tampak tertawa- tawa mendengar canda teman-temannya. “s**t, Men! Sama saudaranya aja dia gak bilang udah punya cewe baru! Kayanya cakep nih cewenya! Coba suruh Theo pamerin wajah ceweknya!” ucap Max di dalam Video Call yang tak sempat melihat wajah Lea dan hanya bisa melihat tubuhnya yang tengah memeluk pinggang Theo. “Akh, sana! Sana! Orang lagi pacaran di ganggu aja! Jangan sampe gue jadi putus gara-gara kalian ya!” ucap Theo mencoba menutupi wajah Lea. Mendengar ucapan Theo dan melihatnya panik membuat gelak tawa diantara 10 sahabat itu. “Kenalin dong!” pinta Fikri. “Iya, ntar gue kenalin! Sana masuk dulu!” usir Theo berusaha santai sambil tetap membenamkan wajah Lea yang merasa kehabisan nafas di d**a Theo. Para sahabat itu pun akhirnya kembali ke dalam rumah dan menikmati hidangan kambing guling. Sedangkan Theo tetap mencoba menutupi wajah Lea saat Lea masuk ke dalam pintu kamarnya diikuti Theo. Theo segera mengunci pintu kamar Lea. “Hampir saja,” gumam Theo lega. Melihat wajah Lea yang tampak merah karena kurang nafas membuat Theo sadar, “Kamu gak apa-apa? Kamu baik-baik saja?” tanya Theo cemas. “Tadi ada apaan sih mas?! Siapa yang pacaran sama mas?” tanya Lea bingung sambil menatap Theo dalam. “Ck, bercanda! Temanku itu semua b******n, kalau lihat cewek cantik aja langsung kaya mau menerkam, makanya saya bilang kamu pacar saya biar gak diapa-apain,” ucap Theo berkelit. “Lea, kamu jangan keluar kamar ya! Aku gak mau mereka melihatmu!” ucap Theo mendadak posesif. Ia merasa takut kalau teman-temannya ada yang familiar bahwa Lea adalah mantan istri sepupunya, Max. “Loh, kenapa mas? Kali aja temen mas ada yang masih lajang…” “Kamu tadi denger gak kalau saya bilang teman saya itu semua b******n?!” “Oh iya … dengar… dengar …saya dengar…” gumam Lea cepat ketika mendengar suara Theo mulai meninggi. Theo menghela nafas panjang lalu mengelus rambut Lea perlahan sambil berkata, “Tunggulah disini, nanti aku kembali.” Mendengar ucapan Theo yang terdengar lembut membuat jantung Lea berdegup kencang. Suara Theo menggetarkan hatinya dan membuat Lea menganggukan kepala. Perlahan Theo pun keluar dari kamar Lea untuk kembali bersama teman-temannya. “Mana cewek loe?!” tanya Fikri menagih janji Theo yang akan mengenalkan kekasihnya pada mereka. “Udah, gak usah tahu soal cewek gue! Bahaya!” tolak Theo cepat. “Cantik loh, muda lagi … asli gue kaget loe gak bilang-bilang udah punya cewek baru. Gitu dong, move on!” goda Billy. “Kayanya gue familiar nih, ama tu cewek!” ucapan Annie membuat Theo tersedak. Ia baru sadar bahwa ada orang lain disini yang mengenal Lea. Melihat Annie yang mendelik padanya seolah minta penjelasan membuat Theo hanya bisa mengangkat tangannya memberi kode bahwa ia akan menjelaskannya nanti. Annie pasti sangat terkejut melihat reaksi Theo yang langsung main peluk Lea sampai membenamkan wajah Lea di d**a dan terlihat sangat intim. Tetapi Theo segera mengalihkan pembicaraan mereka kearah yang lain, walau tetap membahas hubungan Theo dengan kekasih rahasianya, hanya saja kali ini mereka tak memaksa Theo untuk mengenalkan Lea.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN