Orang yang baru masuk adalah Bastian, pria berumur 30 tahun yang menjabat posisi COO di tempat Vicky.
Vicky sedikit terkejut ketika mendengar panggilan Bastian kepadanya, walaupun Bastian adalah orang kepercayaan Calon Ayah mertuanya. Menurut Vicky selama di kantor, sudah sewajarnya jika Bastian sedikit lebih formal kepadanya. Secara, dia tidak mengenal Bastian, baru hari ini dia bertemu dengan Bastian, apalagi posisi Vicky sekarang sebagai pemimpin perusahaan tersebut.
"Pak Bastian, silahkan duduk," balas Vicky, dia mempersilahkan Bastian duduk di kursi yang berada di depan meja kerjanya.
"Jadi bagaimana... apa kamu suka dengan ruangan kantor ini?" Tanya Bastian sambil menarik salah satu sandaran kursi yang berada di depan meja Vicky.
"Iya aku menyukainya," jawabnya kepada Bastian seraya melihat keadaan ruangan yang di tempatinya.
Bastian kembali tersenyum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Vicky, itu karena Bastian sendiri yang mengatur dekorasi dari ruangan yang sedang di tempati oleh Vicky.
"Dan bagaimana kesanmu dengan kantor kita di hari pertama ini?" Bastian kembali bertanya kepada Vicky.
"Aku rasa tidak banyak yang bisa aku katakan, mungkin karena ini baru hari pertamaku bekerja," balas Vicky.
"Oh iya, Pak Bastian, aku ingin menanyakan sesuatu. Mengapa karyawan wanita di sini terlihat sangat muda?"
Vicky bertanya kepada Bastian karena penasaran, saat dia berkeliling dan menyapa karyawan di kantornya. Semua karyawan wanita terlihat sangat muda, bahkan Devita yang menjabat sebagai manager marketing pun baru berusia 25 tahun, itu membuat Vicky sedikit penasaran.
Vicky sendiri sempat melihat laporan penjualan selama dipimpin oleh CEO sebelum Vicky, dia merasa angka penjualannya sangat fantastis, itu membuat Vicky menjadi semakin penasaran.
Dia menganggap karyawan wanita di sini yang rata-rata masih sangat muda, pastilah sangat berbakat sampai bisa menghasilkan kinerja yang luar biasa seperti itu.
"Hahaha, mereka juga cantik-cantik ‘kan?" Tanya Bastian dengan percaya diri.
"Mereka adalah karyawan yang aku seleksi sendiri," sambungnya dengan menyombongkan diri.
Vicky tersenyum dan mengangguk, tentu saja bukan itu maksud dari pertanyaan Vicky. Tapi selama mendapat jawaban dari pertanyaannya dia membiarkan Bastian berpikir sesuka hatinya.
"Mereka memang karyawan baru di perusahaan kita, rata-rata dari mereka adalah lulusan baru, baik itu S1 maupun S2," sambung Bastian.
"Oh begitu, jadi data penjualan yang berada di sini, bukanlah hasil dari kerja mereka?"Vicky kembali bertanya sambil menyerahkan dokumen penjualan beberapa tahun terakhir kepada Bastian.
Bastian melihat dokumen yang ditunjukkan Vicky.
"Tentu saja bukan, karyawan di sini rata-rata masih baru, dan data ini dari karyawan lama di masa jabatan CEO sebelumnya," balas Bastian menjawab pertanyaan Vicky lalu mengembalikan dokumen yang berada di tangannya kepada Vicky.
Vicky menaikkan satu alisnya, "Terus di mana para karyawan yang lama?"
"Beberapa dari mereka mengundurkan diri setelah CEO yang sebelumnya dipecat, beberapa dari mereka dimutasi ke anak perusahaan yang berada di luar Jakarta," balas Bastian.
"Dipecat?! Bisakah Pak Bastian memberitahu alasan dibalik pemecatan CEO yang lama?" Vicky semakin merasa penasaran, bagaimana bisa Dharma Prakarsa Grup memecat CEO lama yang dia rasa sangat baik dalam memimpin perusahaan ini.
Setelah Vicky melihat data-data dari kepemimpinan CEO lama, dia yakin jika CEO ini adalah orang yang handal dan juga berpengalaman.
"Tentu saja," balas Bastian.
****
Setelah itu Bastian mulai bercerita kepada Vicky alasan dibalik pemecatan Hendro Mahardika yang juga adalah Kakak dari Calon Ayah mertua Vicky. Mulai dari penggelapan Dana, sampai dengan kehebatan Aditya mengungkap kejahatan CEO sebelumnya.
Bastian juga beberapa kali menyombongkan diri dengan mengatakan jika dia juga ikut mengumpulkan bukti kejahatan dari Hendro Mahardika. Tentu saja cerita yang di sampaikan adalah versi Bastian dan Aditya menjadi pahlawan.
Vicky bisa mengambil kesimpulan jika ada sesuatu yang salah, bahkan tanpa melihat bukti, dengan analisa sederhana saja. Vicky menyimpulkan jika CEO lama itu sengaja dilengserkan dari jabatannya.
Apalagi dari cerita yang disampaikan Bastian, setelah dipecat. Hendro Mahardika juga dihapus dari keluarga Mahardika, dan Kakek Efendi sendiri yang melakukan itu.
"Vicky tidak usah membahas itu lagi, kita bahas karyawan di sini saja," imbuh Bastian tersenyum menyeringai.
"Apa ada karyawan wanita di sini yang membuatmu tertarik?" Sambung Bastian sambil tersenyum.
"Hmm... Ini menarik," gumam Vicky dalam hati.
Vicky tersenyum, "Apa maksud Pak Bastian?" dan pura-pura bertanya dengan lugu.
Bastian tertawa, "Hahaha, kita berdua laki-laki, tentu saja kamu mengerti maksudku, jika ada yang kamu suka, aku akan mengaturnya," balas Bastian yang lagi-lagi terlihat menyombongkan diri.
Vicky kembali tersenyum mendengar jawaban dari Bastian.
"Kalau begitu, aku sekarang mau bertemu dengan Devita, Jika Pak Bastian keluar tolong sampaikan kepada Devita untuk datang ke ruanganku," balas Vicky menyebut nama dari marketing manager yang bekerja di tempat itu.
"Oh, jadi tipe yang kamu suka itu seperti Devita, hahaha, gampang diatur, kalau begitu aku sekalian permisi," ucap Bastian sambil meninggalkan ruangan Vicky.
Saat ini Vicky terlalu malas menjelaskan, alasan dia memanggil manager marketing tentu saja untuk membicarakan tentang pekerjaan. Namun dia kembali membiarkan pikiran Bastian bergerak sesuka hatinya.
Beberapa saat kemudian Devita yang menjabat sebagai manager marketing sudah menghadap Vicky.
Setelah mempersilakan Devita duduk, Vicky mencari beberapa dokumen di lemari yang berada di ruang kerjanya.
"Pak Vicky, bukankah ini masih di jam kantor?" tanya Devita dengan sedikit canggung.
"Iya, terus?" Vicky menjawab Devita sambil mencari beberapa dokumen Transaksi penjualan.
"Bukankah sebaiknya setelah jam kantor saja?" Devita kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar.
"Setelah jam kantor?" Vicky sedikit heran dengan apa yang diucapkan oleh Devita.
"Ah... Si Bastian berengsek itu," batin Vicky mengumpat Bastian.
Vicky sudah mengerti ke mana arah pembicaraan mereka.
"Apakah kamu tidak menyukaiku? Apakah aku kurang tampan di matamu?" Vicky bertanya kepada Devita yang masih terlihat menunduk.
Saat ini Vicky memutuskan untuk ikut arus pembicaraan, Vicky ingin tahu seperti apa karakter Devita terlebih dahulu.
"Tentu saja aku menyukai Pak Vicky," balas Devita.
Menurut Devita, Vicky memiliki wajah yang sangat tampan, dan tentu saja wanita mana pun yang berstatus lajang sepertinya pasti akan tergoda jika melihat ketampanan Vicky. Namun dia juga adalah wanita baik-baik, yang tentu tidak sudi dipermainkan oleh bos-bos kaya seperti Vicky.
Jika bukan karena kondisi ekonomi yang sulit, tentu dia akan lebih memilih pindah kerja ke tempat lain. Tapi dia sendiri sadar jika tidak mudah untuk bisa masuk ke perusahaan besar seperti Prakarsa Wira Kanigara, tempatnya bekerja saat ini.
Devita sendiri sudah siap jika harus di cap jelek demi meraih ambisinya membuat kehidupan keluarganya menjadi lebih baik.
"Apa kamu sudah tidur dengan Bastian? Maaf saja... aku tidak menerima barang bekas pakai orang lain," sindir Vicky dengan nada sedikit merendahkan.