Anna masih belum beranjak dari dalam kelas. Saat melihat Putri yang lagi-lagi bergegas pergi, ia langsung menyadari mungkin benar telah terjadi sesuatu. Anna menyaksikan semua yang Sarif upayakan dengan menahan Putri untuk tidak pergi. Dan bagaimana teman baiknya itu memperlakukan Sarif dingin dengan mengesampingkannya. Anna merasa empati melihat keadaan Sarif kini setelah kepergian Putri. “Cinta itu memang berat dan perlu perjuangan.” Pikir Anna. Langkah kakinya mendekati sosok yang berdiri membisu. “Sarif, jangan berkecil hati seperti itu, tidak cocok denganmu. Kali ini percayalah pada Putri. Percaya adalah kunci dari sebuah hubungan.” Terucap perkataan bijak dari lisan Anna yang hampir sulit bagi siapa pun mendengar untuk percaya apa yang baru saja ia katakan. “Kamu tenang saja, aku