Sedikit Trauma

1077 Kata
"Ck, dimana tu anak?" Daffa menggerutu sendiri karena menunggu Eksas yang tidak datang dari tadi. Katanya ke kamar mandi, tapi kenapa lama sekali. Daffa dan Eksas sudah sampai dikota dimana kampus mereka berada. Dia tinggal memesan mobil online menuju ke kos Eksas dan kos Daffa. Tentu saja Daffa harus mengantar Eksas sampai ke kosnya. Dibiarkan sebentar saja di bandara malah hilang begini. Mana Daffa belum punya kontak Eksas. Hubungan suami istri apa yang seperti ini? Daffa ingin meminta kontak Eksas kepada Mama, tapi nanti sang Mama malah berpikir yang tidak-tidak. Kalau sampai hilang, bisa-bisa kepala Daffa langsung dimuseumkan oleh kedua orang tuanya. Mau tidak mau, Daffa mencari keberadaan Eksas. Dia melangkah ke kamar mandi dengan membawa dua koper. Takut saja kalau ditinggal, bisa-bisa kopernya hilang. Sejak barang-barangnya hilang, Daffa menjadi tidak mudah percaya kepada siapapun. Daffa sudah berada di depan kamar mandi perempuan. Beberapa orang menatapnya, mungkin mereka merasa risih. Baiklah, Daffa akan menunggu selama 10 menit. Tapi Eksas tidak kunjung keluar. Oleh karena itu, Daffa meminta tolong kepada petugas kebersihan yang kebetulan ingin membersihkan kamar mandi tersebut. "Tidak ada, Mas. Sepertinya istri Mas sudah keluar." Petugas kebersihan memberikan informasi setelah mengecek kamar mandi dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Daffa. "Baik, Bu. Terima kasih." Daffa pergi dari sana. Dimana lagi ia mencari sang istri di bandara yang luar seperti ini? Tidak mungkin Eksas naik ke lantai dua. Mana Daffa tidak memegang uang sepeserpun. Sungguh kehidupan yang benar-benar tidak terduga. Nomor ponsel lupa diminta, uang pegangan pun lupa diminta. Daffa duduk saja karena tidak ingin terlalu kelelahan. Bahaya kalau sampai haus dan butuh minum. Uang sepuluh ribu rupiah saja tidak ada untuk membeli air minum. Sungguh miris sekali keadaan Daffa sekarang. Sampai kapan Daffa harus menunggu? Mana dia juga merasa lapar. Awas saja nanti kalau Eksas sudah ditemukan, Daffa akan mengomelinya habis-habisan. Tidak lama setelah itu, Daffa melihat Eksas yang sedang mengantri di outlet penjual makanan. Dari jauh saja Daffa sudah bisa mengenali sang istri. Langsung saja Daffa mendekat. "Kamu kemana saja?" tanya Daffa langsung. Wajahnya datar tanpa ekspresi apa-apa. Eksas yang sedang mengantri langsung melihat ke sumber suara. "Eh, kenapa kesini?" Eksas terkejut. "Aku kira kamu hilang." "Aduh... maaf. Aku dari tadi antri buat beli makanan." Eksas merasa bersalah sendiri. Berhubung banyak orang disekitar mereka, Daffa tidak bisa mengomel seperti yang ia inginkan. "Minta uang," ujarnya dengan suara pelan. Malu saja kalau banyak yang dengar. Mana Daffa minta seperti anak kecil saja. "Berapa?" "Lima ratus ribu." Eksas langsung memberikannya. "Kamu mau ini?" tawar Eksas. Sebenarnya ia juga berniat untuk membelikan Daffa tanpa ditanya seperti sekarang. Daffa menggeleng. Ia meminta ponsel Eksas dan Eksas langsung memberikannya. Sejak tadi banyak yang menatap mereka. Bahkan ada yang terang-terangan menyindir. Mungkin karena mereka terlihat masih muda, jadi aneh saja kalau laki-laki minta uang kepada perempuan. "Setelah beli ini, kamu tunggu disana." Daffa tidak ingin kehilangan Eksas lagi. Bisa-bisa mereka bisa seharian berada di dalam bandara. "Baik, kamu mau kemana?" tanya Eksas. "Beli makanan. Aku udah lapar dari tadi." Eksas mengangguk saja. "Tunggu..." "Kenapa?" "Kopernya nggak usah dibawa, biar disini aja." Tampak Daffa sedikit kerepotan menarik koper kesana kesini meskipun ada rodanya. "Oh, oke." Daffa meninggalkan dua koper di dekat Eksas. Dia segera mencari outlet makanan yang cocok untuk lidahnya. Daffa mencari outlet makanan yang sepi pengunjung. Jadi ketika dia datang, pesanannya langsung dibuat tanpa menunggu lagi. Harganya memang sedikit mahal tapi entah kenapa Daffa tidak masalah sama sekali. Makanan Daffa lebih dulu selesai. Dia kembali ke tempat duduk yang menjadi tempat dimana ia dan sang istri akan bertemu. Tidak lama setelah itu, Eksas datang dengan membawa makanan dan juga dua koper. "Cuma roti doang?" tanya Daffa. Eksas mengangguk. "Tapi enak," ucapnya. "Mana kenyang." Selera makan mereka jelas berbeda. Mana mungkin roti bisa menghilangkan rasa lapar perutnya. Sejak dulu Daffa terbiasa makan nasi dengan menu lengkap. "Kenyang kok." "Terserah deh." Daffa tidak ingin berdebat. Terkadang mereka mengobrol ala kadarnya saja. Tidak seperti pasangan pada umumnya yang akan bertingkah romantis. Jangankan untuk romantis, pegangan tangan saja tidak ada. Daffa lebih dulu menghabiskan makananya. Dia mulai mencari jasa mobil online di salah satu aplikasi penyedia. Tentu saja aplikasi yang berbeda dari terakhir kali. Ingin rasanya Daffa melaporkan apa yang sudah ia alami. Tapi sayangnya ia tidak ingin ribet. Jadi apa yang sudah dialami seakan-akan tidak pernah terjadi sama sekali. Sesekali Daffa melirik Eksas. Dia begitu menikmati makanan yang ada di tangannya. Seperti orang yang tidak pernah makan saja. Apa yang dipikirkan Daffa tidak salah. Eksas memang belum pernah memakannya. Selama ini dia serba kekurangan meskipun kuliah sambil bekerja part time. Hal ini karena Eksas harus mengirim uang setiap bulannya kepada Paman dan Bibinya. Tapi sejak menikah, dia tidak akan lagi melakukan itu. Eksas serasa bebas sehingga dia bisa membeli apa yang sebelumnya tidak terbeli. "Enak banget kayaknya," ucap Daffa. "Iya, emang enak." Eksas berbicara dengan mulut yang masih dipenuhi oleh makanan. Bahkan pengucapan katanya menjadi tidak jelas. "Mau coba?" Eksas mengulurkan kepada sang suami. Daffa langsung menolak. "Kenapa cuma beli satu?" "Lah... tadi katanya nggak mau." Eksas pikir Daffa menginginkan satu porsi. "Bukan buat aku. Tapi buat kamu." "Ini aja udah cukup kok." Daffa rasa satu roti tidak cukup. Buktinya Eksas sampai mengambil sisa roti yang lengket di kertas pembungkusnya. Setelah selesai mengisi perut. Mereka berjalan ke depan bandara untuk menunggu jasa mobil online yang sudah dipesan. Sebelum itu, Daffa mengingatkan Eksas untuk tidak minum apapun yang ada di dalam mobil nanti. Jelas saja Daffa masih trauma. Mobil yang sesuai dengan ciri-ciri dan nomor plat sudah datang. Keduanya masuk dan Daffa memasukkan satu persatu koper ke dalam mobil. Eksas menutup mulut dengan tangan saat menguap. Dia tidak bisa tidur saat berada didalam pesawat. Mungkin karena Eksas sedikit takut. Jadi wajar jika sekarang dia mengantuk. "Jangan tidur!" "Iya, aku nggak tidur." Eksas memalingkan wajah ke arah luar jendela. Padahal dia tidak ingin tidur dan hanya menguap saja. Tapi suaminya malah berkata dengan nada ketus begitu. "Kamu tidur?" Daffa kembali memastikan. "Enggak kok." Eksas tidak bicara karena memang tidak ada yang ingin dibicarakan. Tapi suaminya malah mengira ia sedang tidur. "Awas aja kalau tidur!" Eksas merubah posisi duduknya jadi tegap dan mengarah ke depan sehingga Daffa bisa melihat sendiri ia tidur atau tidak. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam sehingga Eksas menghabiskan waktu dengan melihat sosial media. Dia hanya menjadi pengguna pasif saja. Padahal pengikut Eksas termasuk banyak di sosial media. Sekitar dua ribu lebih pengikut. Hal ini dikarenakan Eksas aktif di kampus. Setiap kegiatan dari fakultasnya, dia akan ikut. Jadi wajar kalau orang banyak mengenalnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN