Rakha juga kadang tak percaya, ia bisa memiliki rasa pada Syana. Cinta biasanya datang dari mata turun ke hati. Atau dari lidah lewat masakan lantas ke hati. Bukan cinta seperti yang ia rasakan. Datang tanpa disadari, hanya karena ia sering mendengar nama Syana dipuji Muti. Namun, itulah yang tengah ia rasakan saat ini. Keraguan akan perasaannya sirna, saat mereka bertemu di depan toilet malam itu. Sikapnya memang bisa biasa saja, padahal saat itu hatinya mengembang bak tepung diberi ragi kue saja. Mengembang, berbunga, bahagia, tak disangka bisa bertemu Syana di sana. "Sya ...." panggil Rakha lembut. "Saya ... ehm ...." "Aku tidak bisa memaksamu. Jika kamu bersedia memberi aku kesempatan, aku yakin pasti bisa memberikan bahagia untukmu. Aku memang sudah berumur, Sya, tapi kamu harus p