Kiki, dan Muti melangkah di kiri, dan kanan Syana. "Orang-orang itu kenapa ya, nggak capek ganggu kamu, Sya?" "Maklum, produksi jaman jahiliah, jadi jahilnya nggak ada obat," sahut Syana asal saja. Kiki, dan Muti tertawa mendengar jawaban asal ceplos sahabat mereka dari SMA itu. "Weni itu iri dengan kehidupan kamu Sya. Dia ingin mencari pelampiasan, kambing hitam, atas penderitaan yang selama ini dia rasakan. Bapaknya itu tukang selingkuh. Ibunya sama saja." "Aku sebenarnya kasihan sama dia. Dia itu harusnya bukan dimusuhi, tapi kita dekati, coba dipahami, diperhatikan, diberi kasih sayang. Sayangnya, dia tidak bersedia membuka hati." "Rasa sayangnya sudah mati, Sya. Itu karena dia tidak tumbuh dalam kehidupan dengan rasa kasih sayang. Memang kasihan," gumam Kiki. "Sudahlah, tidak us