03

1010 Kata
Tangan Lucas meraba-raba gaun pengantin milik Clara, berhenti pada resleting belakangnya lalu menarik turun dengan perlahan, sementara bibirnya tidak berhenti bergerak di atas bibir Clara. Ia menyelipkan satu tangannya di lekuk kaki Clara sementara tangan lainnya menyelinap di punggung Clara, menggendong wanita itu ala bridal style tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Diturunkannya tubuh Clara perlahan di atas ranjang berukurun king size itu, kelopak mawar berbentuk love yang di taburkan di atasnya berserakan ketika tubuh Clara menimpanya. Lucas membuka pakaiannya dengan gerakan cepat. Oh, ia tidak akan bisa berlama-lama, tubuhnya panas terbakar oleh hasrat yang terasa mencekik lehernya. Dan malam ini ia tidak akan menahan dirinya, mereka sudah menikah, tidak ada lagi keraguan yang akan dipeliharanya. Diturunkannya gaun Clara hingga pinggul wanita itu lalu perlahan semakin turun hingga bebas sepenuhnya dari tubuh Clara, melemparkan gaun indah yang penuh dengan kristal-kristal itu ke lantai tanpa mau repot-repot memikirkan harganya yang bisa menahan napas. Kembali menunduk untuk menyatukan bibirnya dengan bibir Clara, membawa wanita itu pada gelora yang sama. Dasi yang dipakainya diikatkan pada kedua lengan Clara sebelum membawa kedua tangan Clara ke atas tubuh wanita itu. "Maaf, sayang. Malam ini kau tidak bisa menyaksikan permainan kita." Lucas menutup matanya dengan kain berwarna hitam, membuat pandangannya seketika menggelap, indra perasa pada tubuhnya yang lain semakin sensitif. Dan kosong ... Lucas berdiri, menjauh dari tubuhnya yang kebingungan. "Lucas ...." panggilnya dengan suara yang terdengar tidak yakin. Tidak ada jawaban tetapi ia merasa ada pergerakan di sebelah tempat tidur, tepatnya di sebelah tubuhnya yang terbaring dengan posisi tanpa busana, hanya pakaian dalam yang melekat pada tubuhnya yang menjadi satu-satunya penghalang sebelum dirinya benar-benar polos. Ia merasakan tangan Lucas yang meraba dadanya sebelum membuka pengait branya, membuat kedua bukit kembar itu diterpa rasa dingin karena langsung mencium udara. Lucas membelai perlahan, dari atas dadanya hingga perutnya yang rata, berulang-ulang guna memancing rasa panas yang terasa membakar di tubuh Clara. Oh, ya Tuhan ... Lucas membuatnya mengerang. Dan kini Clara merasakan sesuatu yang dingin menyentuh ujung dari kedua bukit kembar miliknya, berputar-putar secara perlahan di sisinya hingga erangan tertahan kembali lolos dari bibirnya. Es? sepertinya memang benar-benar es sebab ia merasakan di sekeliling dua kembar miliknya basah sebelum Lucas meluncurkn benda dingin itu turun dengan gerakan perlahan menuju perut rata miliknya bahkan benda dingin itu terus meluncur turun hingga pahanya. Bibir Lucas mengikuti kemana benda dingin itu bergerak, oh, tidak, ini benar-benar bahaya. Clara merasa dirinya memang harus meminta bagai w************n apabila Lucas tidak menyelesaikan hal ini dengan cepat tetapi, mereka sudah menikah dan seharusnya tidak mengapa, bukan? Oh, sungguh hal ini amat menyiksanya dengan sedemikian rupa. "Lu-Lucas apa yang kau lakukan!" jeritnya ketika merasakan perih yang terasa membakar tetapi, tidak menyakitkan malah membuat bara api yang berada di tubuhnya membara. Clara merasakan desiran aneh di tubuhnya bergerak hingga ke permukaan sebelum akhirnya mengalir keluar dari pusat tubuhnya. Sesuatu yang panas tetapi justru membawanya pada gelombang rasa yang aneh itu tampaknya berasal dari lilin, ia menghidu dan menerka bahwa kerak-kerak lilinlah yang berjatuhan di atas tubuhnya. Bibir lembut jatuh di atas bibirnya, Lucas menciumnya dengan pelan seolah mengajaknya untuk bermain lebih lama, dirinya sendiri sudah merasa lemah tanpa pemasukan dari tubuh Lucas. Sesuatu tampak di masukkan pada pusat dirinya lalu bergerak dengan ritme yang lamban, sepertinya bukan milik Lucas sebab, milik lelaki itu lebih besar dari pada sesuatu yang memasukinya saat ini. "Apa yang kau lakukan pada diriku?" tanyanya bingung setelah Lucas melepaskan tautan bibir mereka. Dapat dirasakannya lelaki itu tersenyum lalu ikatan pada matanya di buka, membuat Clara menyipitkan matanya untuk menerima cahaya terang yang menghampiri. Kedua bola matanya membesar ketika melihat badannya penuh dengan kerak-kerak lilin yang berwarna merah, ya, tebakannya benar bahwa sesuatu yang panas itu berasal dari kerak lilin dan yang dingin berasal dari es.  Benda aneh yang berada di tubuhnya bergerak dengan ritme yang cepat membuat Clara meloloskan lenguhannya, "A-apa yang kau lakukan?" tanyanya terbata. Tampaknya hari ini tidak ada kalimat lain yang bisa dilontarkannya selain kalimat tanya yang sama, 'apa yang kau lakukan?' pada Lucas. Karena memang hari ini ia mendapatkan hal yang aneh dan baru. Lucas tidak menjawabnya, lelaki itu berjalan ke arah lemari untuk mengambil cambuk berwarna pink, kedua mata Clara melebar. "Ka-kau sudah berjanji tidak akan memukuliku lagi! kau tidak boleh melanggarnya atau aku ... aku ...." Atau apa? oh, ayolah pikiranya seakan buntu saat ini, dan benda yang ia tidak tau apa namanya ini bertambah semakin cepat hingga menghantarkan Clara pada gelombang yang sama, bersatu dalam pusat dirinya lalu terbaring lemas. "Aku masih ingin bermain-main." Lucas terkekeh, ia mendekat mendaratkan kecupan singkat pada bibir Clara yang basah dan membengkak. "Malam ini masih panjang, Clara. Sebaiknya kau siapkan tenagamu untuk bersenang-senang." "Senang-senang kau bil ... ah ..." desahan lolos ketika Lucas memutuskan mengambil benda tidak dikenalnya itu dari pusat dirinya. Benda itu berbentuk seperti ... milik pria? benarkah? apa dirinya tidak salah lihat? Benda aneh itu dilumuri cairannya, membuat Clara memalingkan wajahnya, malu. "Apa kau takut pada benda ini?" Lucas mengangkat cambuk berwarna pink itu di depan wajahnya, "Aku akan menggunakan benda ini padamu pada malam hari ini," sambungnya dengan nada sedikit s*****l. Tidak, bukan nada dingin dan kejam ketika dulu digunakannya untuk menyiksa Clara, tetapi nada yang senang dan lembut. Tidak heran jika memang lelaki itu senang, sejak dulu lelaki itu akan merasa senang apabila melihat Clara kesakitan. Ia duduk di sebelah Clara, mengulurkan tangannya pada dahi Clara yang berkeringat. "Malam ini aku akan mengenyahkan pikiranmu tentang cambuk itu, aku akan membuat kau melupakan bahwa cambuk itu pernah membuatmu takut dan nanti setelahnya yang ada dipikaranmu ketika melihatnya hanyalah kenikmatan. Ku pastikan bahwa kau tersenyum dengan wajah memerah. Dulu aku menggunakan cambuk itu untuk sesuatu yang salah tetapi aku tidak ingin menyesalinya lebih dalam. Satu-satunya caraku untuk mengubahnya adalah memakainya kembali." Setelah mengatakan itu Lucas melayangkan cambuk berwarna pink itu ke tubuh Clara yang bergerak-gerak gelisah, tetapi anehnya Clara tidak merasakan sakit yang amat sangat seperti yang lalu-lalu melainkan ia merasakan gelombang kenikmatan yang tidak dapat di terima oleh akal sehat. Cambuk ini membuatnya semakin panas dan terbakar oleh hasrat yang menggulung di tubuhnya sebelum berpusat pada bawah dirinya. Ini kenikmatan baru yang tidak dapat dijelaskan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN