Aira terperanjat melihat pria yang pernah ia lukai, beberapa waktu lalu. Kini sudah berdiri tepat di hadapannya. Mau apa dia. Sebentar. Sebenarnya apa mau pria itu. Bukankah urusan kita sudah selesai? Dan kenapa dia ada di dalam rumah, dan berani-beraninya dia mengikat Mama dan Papa. Aira memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. “Seharusnya aku tendang sampai pecah dulu, biar kau nggak bisa bangun lagi!” geram Aira. Sungguh, jika dirinya tak sedang mengandung, dia ingin sekali menghajar pria itu. Namun sayangnya dia memiliki alasan sekarang, agar tak bertindak ceroboh lagi. Demi keselamatan dirinya dam juga anak yang ada di dalam perut. Tenang ya sayang, kamu anak yang kuat. Mari kita berjuang mengalahkan si brengseek ini bersama! Pria itu memutar bola matanya jengah. “Oho ... B