Part 4. Pernikahan Palsu
"Aku nggak mau!" Penolakan Daniel membuat alis Rachel mengerut dalam. Apakah ada yang salah dengan ucapannya? Ia malah bertanya sendiri.
"Kenapa?" Rachel bingung mencari alasannya.
"Aku punya seribu alasan menolak ide gilamu itu."
"Ya, sudah kalau nggak mau. Aku akan cari pria lain yang sudi menikah denganku." Rachel tidak lagi memaksa, walau dirinya sendiri bingung kemana harus mencari pria seluar biasa Daniel untuk berpura-pura menjadi suaminya.
Suara ketukan pintu terdengar, seorang lelaki berseragam medis muncul di hadapan mereka. Wajahnya tertutup masker.
"Saya dokter Lionel. Hari ini saya akan megecek kondisi pasien." Dokter tersebut memperkenalkan dirinya.
"Silakan," Rachel melangkah mundur, memberi ruang pada dokter untuk memeriksakan kondisinya.
Dengan sigap dokter Lionel memeriksa semua peralatan medis yang terpasang di tubuh Daniel. Tak lupa ia juga mengecek suhu tubuh, denyut nadi, dan napas Daniel yang mulai stabil.
"Bagaimana kondisinya, Dok?" Rachel bertanya, basa-basi.
"Kondisinya stabil, Nyonya."
"Nyo-nya?" Daniel memutar bola matanya mendengar sebutan perawat itu pada Rachel.
"A-aku..." Rachel kehabisan kata-kata, sebelum menjalani prosedur bedah, tim dokter membutuhkan tanda tangan persetujuan, Rachel saat itu tidak tahu harus mencari dimana keluarga pria ini. Alhasil, dia terpaksa mengaku kalau dia adalah istrinya.
Sekarang, tindakannya itu membuat pipinya merona malu.
"Terimakasih, dokter." Setelah dokter Lionel pergi, Rachel berbalik ke arah Daniel, "Aku bisa menjelaskannya!"
"Nggak perlu kau jelaskan. Terimakasih sudah menyelamatkanku, semoga Tuhan membalas semua kebaikan hatimu." Daniel berkata acuh tak acuh sambil menarik selimut dan bersembunyi di baliknya.
Rachel terjebak. Ia merasa tak punya pilihan lain selain memaksa Daniel menerima ide gilanya sampai Lukas membatalkan pernikahannya.
"Apa kau nggak punya niat untuk membalas kebaikanku?" Rachel bertanya hati-hati. Ia masih ingin merayu Daniel.
"Apa kau membantu orang lain karena berharap mereka akan membalas semua kebaikanmu?" Alih-alih menjawab, Daniel melontarkan pertanyaan lainnya pada Rachel.
Tentu saja sebagai seorang dokter, ia tidak mengharapkan balasan apapun dari pasien atau orang yang ditolongnya. Masalah semua ini tidak semudah yang ia pikirkan.
Ia sangat mengenal sifat Lukas. Ayahnya itu akan mencari seribu cara agar Rachel menerima lamaran Tuan Keanu.
"Lantas kenapa kau menolakku?"
Daniel yang terusik melempar selimutnya. Dia dengan cepat duduk di ranjang lalu menatap Rachel yang balas menatapnya dengan sorot mata berapi-api.
Wanita yang penuh tekad, desis Daniel dalam hati. Ia seakan bisa menyelam ke dasar pikiran Rachel melalui tatapan matanya yang penuh gelora membara.
"Lalu kenapa kau memilihku?" Daniel balas bertanya, membuat Rachel frustrasi. Ternyata Daniel bukan tipe pria yang mudah ditaklukan. Rachel salah menilai lelaki misterius yang luar biasa tampan itu.
Lama berselang, Daniel tidak mendapatkan jawaban dari Rachel. Alasan mengapa ia harus menerima tawaran perempuan gila itu.
Sudah puluhan wanita, tidak ratusan wanita ia temui dan kencani, tentu saja para wanita mantan kekasihnya tidak sekeras kepala perempuan penyelamatnya ini.
"Kalau kau bersikeras membicarakan ide konyolmu itu, pergilah! Aku mau tidur!" seru Daniel, acuh tak acuh.
Rachel merasa kehilangan kesempatan, lalu ia akhirnya mengeluarkan kartu as terakhirnya.
Saat Daniel akan berbaring, Rachel mulai berkata, "Aku akan membayarmu."
Daniel tersentak mendengar wanita itu hendak membayarnya. Rasa putus asa telah mengalahkan akal sehatnya. "Apa kau sudah gila?!?" Daniel membentaknya. Kesal karena sejak tadi ia terus mendengar kata uang.
Tidakkah wanita ini tahu siapa dirinya? Dan berapa banyak uang yang dimilikinya? Daniel selalu membayar wanita, karena itulah ia tidak pernah kekurangan wanita.
Tapi, wanita berambut coklat yang gila ini bahkan mau membayarnya hanya demi menikah dengannya. Harga diri Daniel tergores sedikit. Meski begitu, Daniel tertarik untuk memberi wanita ini pelajaran karena sikapnya yang arogan.
"Kau pikir, aku akan tertarik dengan uangmu?"
"Tadi kau terlihat tertarik pada uang papaku," sahut Rachel merasa sedikit bersalah karena melukai ego lelaki itu.
Bibir Daniel yang mungil menarik ke belakang, sebuah senyum mematikan muncul di wajahnya. "Berapa uang yang mau kau bayarkan untukku, Rachel?"
"Berapa pun yang kau inginkan, aku pasti akan berusaha untuk mendapatkannya."
Daniel mulai tertarik oleh sifatnya yang arogan ini. Wanita ini persis seperti dirinya. Ia seakan bercermin padanya. "Apa pekerjaanmu?"
"Apakah aku harus menjawabnya?" Alih-alih menjawab, Rachel malah bertanya.
"Setidaknya aku bisa mempertimbangkan penawaran konyol mu itu," gumam Daniel beralasan.
"Kau tenang saja, aku dokter magang di rumah sakit Edyson. Gajiku cukup banyak untuk membayar apartemen, membelimu makanan dan apapun yang kau butuhkan. Sebentar lagi aku akan diangkat menjadi dokter tetap jika referatku diterima kepala rumah sakit."
'Hmm, menarik,' pikir Daniel dalam hatinya. Bahkan wanita angkuh yang hendak membayarnya ini tidak mengetahui siapa pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
"Bagaimana? Apa kau tertarik?"
Daniel masih terdiam. Ia sedang menganalisis tawaran Rachel yang entah mengapa menggugah dirinya untuk menerima tawaran gila itu.
"Kau tenang saja, aku nggak akan menuntutmu macam-macam. Kita hanya berpura-pura menikah di depan orang tuaku sampai mereka membatalkan pernikahanku dengan Tuan Keanu itu."
"Lalu, apa keuntunganku?"
"Aku akan membayarmu sejumlah uang yang kau minta. Kau juga boleh tinggal denganku. Aku mengerti lelaki sepertimu pasti sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak. Nggak usah khawatir, apartemenku memiliki dua kamar yang bisa kau tempati. Kau tinggal duduk tenang di sana tanpa khawatir kehabisan makanan."
"Apa aku terlihat se-menyedihkan itu dimatamu?" Daniel tersinggung mendengar Rachel sangat merendahkan dirinya.
"Tidak. Justru aku iri melihatmu hidup bebas tanpa beban."
"Tapi, kau mengambil kebebasanku!”
"Nggak akan! Kau bebas berpacaran dengan siapa pun, itu hakmu. Kau hanya berpura-pura menjadi suamiku di depan orang tuaku. Itu saja syaratnya. Mudah 'kan?"
"Kau memang gila!" Baru pertama kalinya Daniel bertemu wanita gila seperti Rachel.
Dan anehnya, ia merasa tertarik oleh karakternya yang mandiri dan blak-blakan. Tidak perlu banyak drama dan sederhana.
Berbeda dengan para wanita manja yang biasa dikencaninya selama ini. Para wanita itu selalu bergantung padanya, seolah mereka lemah dan tak berdaya.
Sedangkan Rachel? Daniel melihat api semangat berkobar dalam dirinya. Anehnya, kobaran api semangat itu membuatnya tertarik untuk menerima tawaran Rachel yang tidak masuk akal dan terkesan gila.
"Kuharap kau setuju dengan ideku." Rachel menyimpan harapan yang besar untuknya.
Setelah menimbang-nimbang, tidak ada salahnya ia menerima tawaran itu. Toh ia bisa berpura-pura kalau dia hanyalah pria pengangguran miskin yang hanya bergantung para Rachel untuk memuaskan ego wanita itu. Anggap saja, Daniel sedang membalas budi padanya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menyiapkan kontrak untuk mengesahkan perjanjian kita berdua."
"Kau mau kemana?" Daniel menghentikan langkah Rachel yang hendak ke luar ruangan untuk mencari sesuatu.
"Mencari kertas dan pena."
"Tidak perlu. Kemarilah!" Daniel melambaikan tangannya, memberi Rachel isyarat untuk mendekati ke arahnya.
Rachel mendekat, sama sekali tak curiga akan niat Daniel terhadapnya. Saat berada dalam jangkauannya, Daniel menarik lengan Rachel hingga wanita itu kehilangan keseimbangannya dan mendarat mulus ke dirinya.
Daniel menatap mata biru yang menenangkan itu. Tanpa pikir panjang, ia menarik Rachel mendekat lalu menciumnya sekilas.
Rachel terkesiap. Wanita itu terlihat gugup saat ciuman Daniel menggetarkan dirinya.
"Kontrak sudah disahkan," tutur Daniel tersenyum kecil, sebelum akhirnya ia menarik selimut dan tidur.
***