Part 18. Identitas Rahasia

1183 Kata
Part 18. Identitas Rahasia Malam itu, Rachel dan Daniel duduk di meja makan, menikmati pasta buatan Daniel yang tampaknya lebih banyak saus daripada mie. Rachel mengambil garpu dan mulai mengaduk-aduk piringnya, matanya sesekali melirik ke arah Daniel yang tampak tak bersemangat. “Daniel, apakah kamu dengar berita hari ini?” tanya Rachel sambil mencoba memancing pembicaraan. Daniel mengangkat wajahnya dari pastanya dan tersenyum canggung. “Berita? Oh, tentang cuaca yang akan hujan seminggu ke depan? Aku dengar itu.” Rachel tertawa kecil. “Bukan, bukan itu. Ada sebuah berita besar tentang CEO rumah sakit yang menghilang tiba-tiba. Menurutmu, apa yang terjadi dengannya?” Daniel hampir tersedak dengan potongan roti yang sedang dikunyahnya. “Eh... mungkin dia cuma... butuh liburan?” Benaknya bertanya-tanya, apakah perbincangan kali ini membahana tentang dirinya? Daniel melirik sekilas ke arah Rachel yang tengah berpikir keras. Alis di wajahnya mengerut dalam, seolah ia sedang berusaha memecahkan tekak-teki yang sangat sulit. Rachel mengerutkan alisnya, menyipitkan mata, mencoba menangkap setiap gerak-gerik Daniel. “Liburan tanpa memberi tahu siapa pun? Agak aneh, bukan?” Daniel tersenyum lebar, berusaha terlihat santai. “Yah, kadang-kadang orang butuh waktu sendirian, mungkin dia stres.” Daniel berusaha mengalihkan perhatian Rachel dari berita tersebut. Rachel meletakkan garpunya, menatap Daniel dengan penuh selidik. “Tapi CEO seperti dia biasanya akan memberi tahu setidaknya asistennya, 'kan? Dan lagi, bagaimana bisa dia pergi tanpa jejak?” Daniel mulai merasa sedikit panas di bawah kerahnya. “Mungkin dia punya cara yang rahasia. Orang kaya 'kan sering begitu, banyak rencana aneh. Tapi kenapa kau sangat tertarik dengannya?" Rachel menyandarkan diri ke kursi, "Aku hanya penasaran aja, mengapa dia menghilang begitu saja tanpa kabar sedangkan keluarganya terus mencarinya. Apa kau tahu kalau semua perawat dan dokter di rumah sakit membicarakan dirimu yang persis seperti dirinya." Daniel tertawa terbahak-bahak, terlalu keras dan terlalu lama, sampai Rachel menggelengkan kepala, separuh yakin, separuh bingung. “Ah, Rachel, jangan bilang kau mempercayai mereka!" Tawa Daniel meledak semakin keras, membuat wajah Rachel memerah menahan malu. "Aku ... ," "Jika aku CEO yang hilang itu. Aku tidak akan mau menerima tawaranmu itu. Aku butuh uang, Rachel. Kamulah satu-satunya jalan keluar bagi masalahku." "Begitukah?" "Tentu saja. Aku cuma orang biasa, mana mungkin aku jadi CEO. Lagi pula, lihat saja aku sekarang, masih berjuang dengan saus pasta ini!” Rachel menghela napas, merasa dirinya sedikit berlebihan. “Mungkin aku terlalu banyak bekerja hingga pikiranku mulai nggak waras. Tapi tetap saja, Daniel, kalau kamu tahu sesuatu tentang CEO itu, kamu bisa bilang padaku." "Untuk apa?" "Mereka akan memberikan imbalan jika menemukan informasi soal CEO yang hilang." Daniel menatap Rachel dengan penuh pengertian, lalu mengangguk. “Tentu, Rachel. Kalau aku tahu sesuatu, kamu akan jadi orang pertama yang aku beri tahu.” "Tenang saja, Daniel. Jika kita berhasil menemukannya, aku pasti akan memberikan bagianmu lebih banyak dari milikku." "Tentu saja," sahut Daniel, tak mau ambil pusing. Karena bagaimana pun dirinya adalah CEO yang hilang itu. *** Malam semakin larut, dan setelah mencuci piring bersama-sama, Rachel dan Daniel pindah ke ruang tamu. Mereka duduk di sofa, Daniel dengan secangkir teh hangat dan Rachel dengan buku favoritnya. Namun, Rachel tak bisa menghilangkan pikiran tentang CEO yang menghilang itu. Ia menatap halaman buku yang terbuka di pangkuannya, tetapi pikirannya berkelana. “Daniel,” Rachel akhirnya berbicara, suaranya lembut namun serius, “kamu benar-benar tidak tahu apa-apa tentang CEO yang hilang itu?” Daniel, yang sedang menyesap tehnya, berhenti sejenak, lalu menatap Rachel. “Kenapa kamu begitu tertarik dengan kasus ini, Rachel?” Rachel menghela napas, menutup bukunya dan meletakkannya di meja. “Entahlah. Mungkin karena aku merasa ada sesuatu yang aneh. Maksudku, dia CEO dari rumah sakit besar, pasti ada banyak orang yang bergantung padanya. Bagaimana mungkin dia bisa hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak?” Daniel mencoba tetap tenang, tetapi jantungnya berdegup lebih cepat. “Mungkin dia punya alasan pribadi yang sangat mendesak. Mungkin dia ingin menghindari sesuatu atau seseorang. Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, 'kan?” Sebisa mungkin Daniel terus menghindari perbincangan soal dirinya. Rachel mengangguk pelan, tetapi rasa curiganya tak hilang begitu saja. “Kamu benar, kita nggak pernah tahu. Tapi aku selalu percaya bahwa kebenaran akan terungkap pada akhirnya.” Daniel tersenyum, mencoba menenangkan Rachel. “Ya, pada akhirnya semuanya akan terungkap. Sementara itu, bagaimana kalau kita nonton film saja? Aku bosan membawa soal CEO yang hilang itu. Lagipula, ada komedi baru yang bagus di layanan streaming, aku mau menontonnya." Sejak kapan Daniel tertarik dengan streaming film. Dia lebih peduli dengan pekerjaan, wanita, dan pesta. Itulah kehidupannya sebelum ia menjadi pria peliharaan dokter wanita itu. Rachel menghela napas lagi, mencoba melepaskan pikirannya dari CEO yang hilang. “Baiklah, kita nonton saja. Mungkin bisa membantu aku melupakan ini sejenak.” Mereka menonton film komedi bersama, dan malam itu diisi dengan tawa yang sesungguhnya. Namun, di dalam hati, Rachel tahu bahwa ini belum berakhir. Sementara itu, Daniel berusaha menikmati momen tersebut, berharap rahasianya tetap aman sedikit lebih lama. Keesokan paginya, Rachel terbangun lebih awal. Keduanya tertidur di sandaran sofa. Sekujur tubuhnya merasa pegal karena posisi tidur yang tidak nyaman. Ia memandangi Daniel yang masih tertidur lelap di sebelahnya. Rachel melihat wajah suaminya yang tenang dan tampak polos, perasaan hangat memenuhi isi hatinya. Dengan hati-hati, Rachel bangkit dari tempat tidur, memastikan tidak membangunkan Daniel. Dia berjalan ke ruang tamu dan membuka laptopnya. Dia mulai mencari informasi lebih lanjut tentang CEO yang hilang itu. Semakin banyak dia membaca, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Tak lama kemudian, Daniel terbangun dan menemukan Rachel di depan laptop. “Selamat pagi. Tumben kau sudah bangun?” Rachel tersenyum tipis, menutup laptopnya dengan cepat. “Selamat pagi. Aku cuma nggak bisa tidur lagi. Pikiranku masih terusik dengan berita kemarin.” Daniel mengangguk, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. “Mungkin kita bisa pergi jalan-jalan hari ini, mengalihkan pikiranmu. Bagaimana?” Mengapa Rachel begitu menaruh perhatian pada berita soal dirinya. Setelah Rachel pergi, Daniel bersumpah akan menemui Albert dan menanyakan situasinya. Mengapa bisa ia dilaporkan sebagai orang hilang. Rachel berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Ide bagus. Mungkin itu bisa membantu.” *** Pagi yang cerah, setelah kembali dari jalan-jalan, Rachel dan Daniel duduk di sofa, menikmati secangkir kopi hangat. Televisi menyala, menayangkan berita pagi. Rachel memegang remote dan dengan malas mengganti saluran, sampai tiba-tiba dia berhenti di sebuah saluran berita. “Berita terbaru tentang hilangnya CEO Rumah Sakit Edyson, Daniel Ananta Alexander. Kepolisian masih belum menemukan petunjuk baru mengenai keberadaannya. Hingga saat ini, para karyawan dan pasien rumah sakit sangat mengkhawatirkan nasib CEO yang dikenal sangat berdedikasi ini. Berikut adalah beberapa foto terbaru yang berhasil kami peroleh.” Rachel terpaku pada layar, matanya melebar saat melihat wajah yang sangat dikenalnya. Foto CEO yang hilang, Daniel Ananta Alexander, sangat mirip dengan suaminya yang duduk tepat di sebelahnya. Dia berbalik, menatap Daniel dengan intensitas yang tiba-tiba. “Daniel, bisa kamu jelaskan ini?” suaranya bergetar, campuran antara kebingungan dan kemarahan. Daniel membeku, cangkir kopi di tangannya hampir jatuh. Dia menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Rachel, aku bisa jelaskan…” Seketika dunia seakan runtuh di bawahnya, Daniel harus mencari alasan yang jelas agar identitasnya tidak terbongkar. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN