PART 6

2004 Kata
30 hari kemudian... Bau menyengat dari beberapa obat-obatan menusuk masuk ke rongga hidung perempuan yang baru saja siuman dari tidur panjangnya. Hampir sebulan sudah wanita itu terbaring lemah tak berdaya diatas brangkar besi rumah sakit milik Ayah tirinya. Yah, begitulah yang terjadi sekitar delapan hari lalu. Dr. Paul Maldev menikahi sang Janda cantik, Merijen Laode Stewart. Di Kapela kecil St. Ambrosius dengan dihadiri beberapa keluarga dekat saja. Meski Merijen masih belum bisa terlalu lama berdiri, namun saat wanita itu mengucapkan janji suci di depan Altar. Ia memaksakan dirinya untuk mengucapkannya dengan posisi berdiri dan memegang tongkat therapy. Sejujurnya wanita tua itu sama sekali tak ingin menerima lamaran dari Dr. Paul Maldev karena ia merasa sudah sangat tua dan tak pantas untuk menikah lagi. Namun karena Nyonya Selena Davinci yang kini menjadi sahabat sekaligus calon badannya itu terus memberi support agar ia menerima pinangan Dr. Paul dan juga mengingat bagaimana Dokter tua itu merawat Agatha Stewart dengan baik selama hampir sebulan ini. Maka dengan berat hati ia pun menerima permintaan Dr. Paul Maldev. "Mom, apa yang kau lakukan jangan menangis lagi. Mata Mommy bisa bengkak karena menangis sejak kemarin. Nanti akan jelek di lihat oleh Dr. Paul, Mom." Agatha Stewart. Wanita itu ternyata sejak kemarin sudah sadar dan sama sekali tak terjadi sesuatu yang fatal terhadap dirinya. Hanya saja kedua kakinya masih belum dapat ia gerakkan secara normal dan sang Ayah Tiri, Dr. Paul Maldev pun pada akhirnya merekomendasikan Agatha mengikuti therapy yang sama dengan Merijen Laode agar bisa kembali berjalan normal. "Aku tak bisa berhenti menangis, Dear. Ku pikir kau tidak akan bangun lagi. Aku bahkan menerima pernikahan ini agar Paul merawat mu dengan baik karena kau adalah Puteri ku. Aku juga membiarkan Nyonya Selena dan Pedro Davinci selalu datang menjenguk mu agar jika kau berdekatan dengan Pedro maka perasaan cinta mu padanya bisa membuat kesadaran mu kembali pulih. Sejujurnya aku tak suka cara lelaki itu merusak mu hingga hamil dan membuat semua peristiwa penculikan itu terjadi, Dear. Aku sangat marah dengan semua keadaan ini namun aku tak bisa berbuat apa-apa." "Deg..." Jantung Agatha Stewart berdegup sedikit tidak normal. Ia sangat terkejut mendengar nama Pedro Davinci keluar dari pita suara sang Mommy. "Mom, Pedro ada disini? Aku sudah bisa bertemu dengan Pedro ku lagi? Dimana dia, Mom? Mengapa tak memberi tahu dia jika aku sudah sa--" "Aku disini, Sayang. Maaf aku baru saja pulang dari Manchester. Ada satu masalah dengan kasino milik ku disana. Tapi semuanya sudah teratasi dengan baik. Ayah ku juga sudah menemukan dalang dari pembunuh Manager ku. Jadi semua sudah teratasi sekarang. Cuuppp..." Pedro Davinci, berkata dengan sangat lembut dan kemudian mengambil telapak tangan Agatha Stewart untuk ia kecup. Namun sepanjang Pedro Davinci berkata tadi. Agatha Stewart sangat terkejut, bingung dan ragu dengan lelaki yang kemudian mencium jemarinya. Jantungnya malah kian berdebar kencang ketika sorot netra Hazell itu menatap ke arah manik birunya. Ia seperti pernah melihat sorot mata tersebut sebelumnya dan satu nama yang ada dalam hati hatinya adalah Raymon Walcott. Namun kornea mata milik sang Mantan Kekasih itu berwarna abu keperakkan. Sedang ini terlihat sangat coklat keemasan. Sehingga sejumlah tanda tanya pun makin lama kian datang semakin banyak dalam otak kecil di kepalanya yang baru saja melewati masa kritisnya. "Atha? Hei, kau melamun? Kau tidak senang aku datang menjenguk mu, Sayang?" Pedro Davinci bertanya pada Agatha kembali. Ia juga menggenggam telapak tangan Agatha hingga pada akhirnya wanita itu sadar dari lamunan pendeknya. Agatha lantas melihat bagaimana paras wajah lelaki yang mengaku dirinya adalah Pedro Davinci secara detail. Namun masih saja hatinya tidak yakin jika lelaki itu adalah orang yang selama ini ia rindukan. "Atha, ini Pedro Davinci. Jika bentuk wajahnya berubah, itu semua karena ia mengalami kecelakaan hebat di jalan menuju ke kawasan hutan terlarang bloomington saat pergi menolong mu, Dear. Mobilnya jatuh dan meledak ke dalam jurang. Jadi hampir separuh dari wajah asli Pedro Da vinci yang terkena luka bakar serius. Oleh sebab itulah kini kau melihat wajah lain dalam diri Pedro Davinci. Karena ia harus menjalani face off sebanyak empat kali berturut-turut untuk membuat wajah baru seperti sekarang yang ada di depan mata mu ini, Dear." Jdeerrrr....!!! Dunia Agatha Stewart runtuh seketika. Ia sama sekali tak menyangka jika lelaki yang berdiri di hadapannya itu adalah Pedro Davinci, sang Kekasih hati. Jika matanya kini mulai membendung linangan air yang siap jatuh membasahi pipi putihnya akibat kesedihan ketika mengingat jika hal itu terjadi almusabab ingin menyelamatkannya. Maka berbeda dengan Tuan Pedro Davinci. Lelaki yang ternyata adalah Raymon Walcott yang memang telah berhasil mengelabuhi Selena Davinci, Patrick Michigan, Dr. Paul Maldev dan juga Merijen Laode itu sangat gusar menahan semua rasa yang  bergolak dalam batinnya. Sejujurnya ia sangat sedih karena harus berpura-pura menjadi Pedro Davinci. Karena memang saat ini ia sangat membutuhkan dana besar untuk mencari keberadaan Lusia Morgan yang pergi membawa Pedro Davinci asli dan juga ia berniat membalas dendam pada Adam Lewis karena telah membuat semua masalah ini menjadi begitu terasa menyakitkan untuknya. Menurutnya harta kekayaan Pedro Davinci akan sangat mampu membuat ia mendapatkan segalanya. Dengan tanpa perlu lagi ia bersusah payah bekerja untuk membayar seorang detektif ternama. Terbukti dalam beberapa hari ini, sebuah informasi dari seseorang yang ia bayar untuk mendapatkan rekaman CCTV kereta bawah tanah di Stasiun Parsons Green di London barat, Inggris. Membuatnya begitu sangat bahagia. Ia jelas dapat melihat kembali wajah cantik Lusia Morgan dalam video tersebut ketika nyatanya ia membawa Pedro pergi menuju ke Manchester. Hanya saja sampai sekarang perasaan kesal masih harus ia pendam karena dalam gambar itu ia melihat bagaimana Pedro merawat Lucy yang sedang mual akibat kehamilannya. Maka ia berpura-pura pergi ke Manchester dengan alasan pekerjaan yang tak bisa ia tunda ketika Selena Davinci bertanya dan membuat alasan terbakarnya sebuah kasino milik Pedro Davinci sebagai alasan saat ia datang menemui Agatha tadi.  "Maafkan aku, Atha. Aku terpaksa melakukan semua ini. Aku bersyukur jika kau masih bisa sadar dari koma tanpa suatu apa pun yang membahayakan tubuh mu. Ku harap kau akan memaafkan ku jika kelak semua kebohongan ini terbaca oleh mu. Karena sejujurnya apa yang aku lakukan ini juga demi kebahagian masa depan mu dengan Pedro Davinci yang asli. Lucy salah paham tentang ini semua. Ia mengira aku benar-benar menginginkan mu karena ulah ku yang meninggalkannya demi mendonorkan darah untuk mu. Aku tak mungkin membiarkan ini semua terus berlanjut. Bagaimana jika benar-benar mereka akan menikah? Sedangkan anak dalam rahim Lucy adalah darah daging ku. Aku janji ini semua tak akan berlangsung lama, Atha. Jadi semoga kau bisa mengikuti ritme permainan ini dengan baik terlebih dahulu tanpa berusaha merusak apa yang sudah buat. Karena jika terjadi kebohongan ini terbongkar? Ku rasa aku akan mendekam lama dalam jeruji besi." "Kau yakin Marlyn kini berada di Liverpool? Dari mana kau tau berita itu Jody? Apa benar orang-orang mu telah dengan teliti mendapatkan informasi itu?" Steve Armstrong, berada dalam ruangan kerjanya di lantai tiga puluh dua. Gedung yang menjulang kokoh itu, nyatanya saat ini tak serta merta menggambarkan bagaimana kokohnya jiwa si pemiliknya. Sudah sejak sebulan lebih Steve dihantui rasa bersalah pada seorang wanita yang mengandung darah dagingnya. Setelah ia kedapatan bersama dengan Pricile Knowles di Mandiin keluarganya kala itu. Awalnya ia sama sekali tak menyangka jika rasa bersalah itu akan semakin menjadi seiring berjalannya waktu. Karena sejak dulu, Pricile adalah segalanya. Ia akan dengan mudah melupakan  wanita lain yang sudah menjadi mantan kekasih. Ketika Pricile kembali memhangatkan ranjang setiap malam. Tapi sekarang kenyataan itu berbanding terbalik ketika yang harus ia lupakan adalah seorang Marlyn Lewis. Nama, bentuk wajah, harum tubuh dan juga semua kilasan kenikmatan percintaan panas yang pernah mereka lalui berdua. Ternyata bagai sebuah boomerang yang datang menyerang dirinya kembali. Ia sama sekali tak bisa melupakan  Marlyn Lewis layaknya sekian banyak wanita yang pernah ia tiduri. Meskipun kali ini Pricile Knowles yang diyakini  adalah belahan jiwa, sudah sekian kali bergoyang diatas tubuh tegapnya. Sering pula ia kelepasan meracau nama Marlyn saat dalam pengaruh minuman beralkohol atau ketika ia akan mencapai puncak pelepasan seksual. Hingga pertengkaran tak lagi dapat terhindarkan saat ternyata Pricile sangat murka dengan ulah Steve Armstrong. "Aku sudah mengeceknya sendiri, Brotha. Ia tinggal di sebuah perkebunan apel yang sangat terkenal. Karena tempat itu merupakan milik dari keluarga besar Goulding, Ibunya. Hanya saja aku hanya mampu mendapatkan beberapa lembar foto di waktu yang bersamaan karena penjaga kebun disana berkata tak ada wanita yang bernama Marlyn di tempat itu. Aku bahkan sudah memata-matai hingga tiga hari namun tak juga berhasil menemukan kembali wanita itu disana. Ku rasa para penjaga kebun tersebut mungkin telah memberi tahukan padanya, Brotha. Jadi dalam waktu dekat ini Marlyn mungkin tidak akan keluar bebas lagi dari sana. Tapi jika satu bulan yang akan datang kita kembali memata-matai tempat itu? Ku rasa kita akan mengetahui jawabannya. Ini lihatlah." Jody Diaz berargumen sembari menyodorkan sebuah amplop coklat ke tangan Steve. Lelaki dengan clan Amstrong itu jelas dengan tergesa membuka gulungan tali tipis yang menjadi penutup benda berbahan kertas tebal tersebut. Ia lantas menghambur semua isi dari amplop cokelat itu di atas meja kerja dan mendapat beberapa foto-foto Marlyn Lewis yang sedang memakai mantel bulu dengan topi boater wanita yang tak begitu lebar hingga membuat wajah cantik Marlyn masih tercetak jelas disana. Meskipun saat itu ia sedang tidak menggunakan riasan tebal seperti saat mereka bersama dulu. "Dia masih saja cantik seperti dulu. Deg... perutnya sudah sangat besar. Sudah berapa bulan usia kandungannya sekarang? Apa dia makan dengan baik? Apa bayinya sudah bisa bergerak? Hahhh... Ya Tuhannn... Apa yang harus aku lakukan saat ini? Bahkan hanya melihat fotonya saja milik ku sudah sangat bereaksi. Mengapa aku tampak seperti lelaki bodoh seperti ini? Ini benar-benar tak pernah aku bayangkan!!!" "Praankkkk... Aaarrghh... Maarlyynnn... Apa yang harus aku lakukan?" "Heiii... Apa yang kau pikirkan, Dude. Tenanglah! Kita akan menemukan cara untuk menemukan wanita mu itu lagi nanti." Jody Diaz mencoba menenangkan Steve Armstrong yang tiba-tiba saja menghamburkan beberapa benda yang berada di atas meja kerjanya. Lelaki yang sudah sejak lama berteman dengan Steve dan merupakan salah satu detektif muda milik Britania Raya itu sejujurnya sedikit heran dengan kondisi Steve sekarang. Sebab yang selama ini pemuda tampan itu tau, Steve hanya perduli dengan satu wanita yaitu Pricile Knowles saja. Bahkan meskipun ia sedang berada di Moskow hampir dua tahun belakangan ini, Steve pun selalu berusaha meminta bantuan Jody Diaz untuk memastikan apakah Pricile Knowles benar-benar sudah meninggal dunia. Namun nampaknya ia tak berhasil membantu Steve karena nyatanya kini Pricile telah kembali dengan membawa kabar bahwa wanita itu pernah menjadi sasaran pembunuhan keji Adam Lewis karena permintaan dari Marlyn Lewis. Sehingga dalam otak kecil Jody diawal ia menolong Steve untuk menemukan Marlyn Lewis adalah karena wanita ini hampir mencelakai Pricile. Tapi saat ia melihat gambaran rasa bersalah dan frustasi yang terpancar dari sikap Steve memegangi foto Marlyn dan berteriak seperti itu. Jody jelas berpikir cepat jika bisa saja kandungan Marlyn itu adalah hasil dari buah percintaan mereka. Maka dari itu Marlyn bisa sampai ingin membunuh Pricile. Tapi yah, sebagai seorang Sahabat. Ia tak ingin memaksa Steve untuk menceritakan hal tersebut secara detail kepadanya. Sebagai seorang detektif, ia cukup piawai dalam membaca karakter dan masalah yang terjadi di depan matanya. Oleh sebab itu, Jody lantas berusaha kembali menenangkan Steve Armstrong yang terlihat akan kembali meledak. Dengan berkata sesuatu yang mungkin akan membuat amarah dalam diri Steve mereda. "Aku kan melakukan apa pun kali ini untuk mu. Dengan catatan kau harus benar-benar memilih mana yang menjadi pilihan dalam hati mu. Sebagai seorang lelaki, kau harus menunjukkan sisi gentle man mu itu, Dude. Pricile mungkin segalanya bagi mu. Namun kau juga sekali-sekali harus mendengar suara hati mu seperti apa. Mengapa tak kau nikahi Marlyn Lewis sebelum ia pergi? Bukankah ia sudah mengandung darah daging mu? Jika semua atas dasar anak yang di bawa Pricile saat kalian bertemu lagi? Bukankah tes DNA akan bisa memperjelas semuanya? Kau terlalu gegabah, Dude. Sebaiknya memang mulai sekarang kau harus berhati-hati dalam bersikap. Ku rasa ada sedikit ketidak beresan dalam masalah mu ini. Segera lakukan apa yang ku katakan tadi jika menang kau ingin kejelasan. Jangan nikahi Pricile lebih dulu sebelum tes itu membuktikan jika kau adalah Ayah kandung anak yang kau bilang adalah Puteri mu!!!" 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN