Syarat Prabu

1015 Kata
Hari ini Ellen dan Rezvan tidak berminat untuk memasuki kelas, atau menuntut ilmu sedikitpun. Pasalnya, sang dosen tiba-tiba saja membuang mood mereka untuk belajar. Pertama, soal berita dari Bu Rere yang memberi tahu respon Bu Ulfa terhadap kasus kekerasan seksual yang terjadi di jurusan tersebut. Kedua, ketika Rezvan diusir oleh Pak Taufan dari kelas dan menjelekkan nama baik Rezvan di depan teman-temannya. "Jadi, apa rencana kamu selanjutnya?" Tanya Ellen sembari menatap kekasihnya yang sedang mengaduk mie ayam spesial itu. "Ya tetap mau mengungkapkan kasus itu. Aku tak akan membiarkan dosen X berkeliaran di tempat ini tanpa sanksi yang ia terima," Ucap Rezvan. "Kamu masih berusaha berapa persen?" Tanya Ellen lagi. "Seratus persen lah, karena ini menyangkut keluargaku juga, kan. Dan aku juga sudah terlanjur kesal dengan dosen gak jelas itu," Jawab Rezvan dengan amarah yang ada di kedua matanya. Ellen memegang punggung tangan kekasihnya itu, sangat bisa merasakan bahwa ada emosi karena ketidakadilan tidak berpihak pada Rezvan. "Aku sangat mendukung kamu untuk melakukan apapun, untuk melakukan hal-hal yang mengarah pada kebaikan. Terlebih soal kasus yang begitu sensitif ini, dan yang sudah lama tertimbun. Aku yakin kamu pasti bisa memperjelas segalanya, dan memberi tahu pada orang-orang," Jelas Ellen. Setelah mendengar perkataan dari Ellen, respon itu membuat Rezvan seperti mendapat energi yang luar biasa. Rezvan melihat ada sesuatu yang terbersit di kedua bola mata Ellen, dan sangat sulit untuk diungkapkan. Maka dari itu respon benar-benar ingin menuntaskan perjalanannya untuk mengungkapkan kasus pelecehan seksual yang terjadi di kampus ini, dan salah satunya menimpa kekasihnya. "Terima kasih banyak atas dukungannya, aku berharap semua ini bisa selesai dengan hasil yang maksimal dan sesuai dengan keinginanku," rezvan seraya membalas sentuhan halus di punggung tangan Ellen. Dua sejoli yang baru saja membina hubungan sekitar atau minggu yang lalu, membuat gejolak cinta semakin Tumbuh di antara mereka berdua. Namun entah apakah itu sementara, atau bisa selamanya. Di karenanya ada sebuah perjanjian yang harus diselesaikan oleh mereka berdua, berkaitan dengan kasus, rasa cinta, dan keadilan. "Ya sudah silakan dilanjut untuk makan, dan aku akan menunggumu hingga selesai, " ujar Ellen dan membuat rezvan kembali menghabiskan mie ayam yang telah dipesankannya beberapa menit yang lalu. *** Tidak seperti Rezvan dan Ellen, hari ini Andien masuk ke kelas dengan wajah yang ceria untuk mendapatkan ilmu baru. Walaupun pelajaran hari ini satu tingkat lebih sulit dari biasanya, Andien tidak memperlihatkan di raut wajahnya sedikitpun. Memang mahasiswa seperti inilah yang dibutuhkan, apapun mata kuliah yang diajarkan dan siapapun dosen yang mengajar, keingintahuan untuk belajar pun harus ditingkatkan. Andien pun ingin mengambil tempat duduk di paling depan kelas, namun semuanya penuh. "Duh mana mata aku minus lagi, apa aku bisa melihat apa yang ditulis dosen di papan tulis?" tanya Andin pada dirinya sendiri seraya menggaruk-garuk kan rambutnya. Kegelisahan Andien tidak dapat tempat duduk di paling depan buat Prabu menegurnya, "Kamu kenapa Din? Kok kayak orang bingung begitu?" tanya prabhu yang tiba-tiba mendatangi Andien. "Nggak kenapa-kenapa sih cuma aku mau duduk di depan dan tidak ada kursi yang kosong," balasan Andin yang sejujurnya. "Oh kalau begitu ambil saja tempat dudukku yang ada di situ, ya kalau kamu mau sih," ujar Prabu sambil menunjuk ke arah kursi di bagian depan kelas, dan persis di depan dosen. Andin menyeritkan dahinya melihat tempat duduk Prabu yang ada di paling depan, "Jam berapa kamu pergi ke kampus? Kok sudah dapat tempat duduk di paling depan, sih ..." Tanya Andin terheran-heran. Pasalnya, Prabu yang terkenal telat masuk ke kelas itu tidak mungkin mendapatkan tempat duduk di paling depan, yang notabene diisi oleh mahasiswa rajin, dan datang lebih dulu. Bahkan ada yang ketika pintu kelas masih dikunci, mereka sudah datang di kelas berbaris untuk masuk. Rajin amat ya? "Aku datang cepet lah, biar ketemu kamu," Jawab Prabu yang mencoba mencolek dagu Andin, namun Andin berhasil meminggirkan wajahnya hingga gagal tersentuh. "Jawab sih Jawab tapi jangan pakai coba sentuh-sentuh dong," tegas Andin pada Prabu yang dengan mudahnya mencoba mencolek wajah Andien. "Bercanda Din kamu jangan serius-serius dong jadi perempuan, nanti nggak ada yang mau sama kamu loh," tukas Prabu dengan nada-nada bercandanya. "Ya terserah saja siapapun yang mau sama aku harus menerima bagaimana sifat dan kelakuan aku yang ada yang apa adanya ini. Karena aku pun tidak bisa merubah sifatku secara drastis dan mendadak," ucap Andien Seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Prabu yang mengetahui sifat enzim yang terlalu serius itu tidak mau memperlama perdebatan kecil. "Ya udah kalau begitu aku minta maaf ya. Dan aku mau mengulang penawaran ku yang sebelumnya, Apakah kamu mau menduduki tempat duduk Aku di depan itu?" Prabu mengulang pertanyaannya. "Hmm ya boleh sih dan aku dengan senang hati diberi tempat duduk di depan biar lebih paham dan mataku melihat apa yang ditulis dosen di papan tulis. Tapi yang menjadi pertanyaanku adalah kamu mau duduk di mana?" Andin melempar pertanyaan ulang pada Prabu yang sebelumnya sudah memperhatikan lingkungan kelas, yang sudah ramai dan hanya tersisa 1 tempat duduk di paling belakang dengan paling pojok. "Tuh, ada," ujar Prabu dan benar saja Prabu mengambil tempat duduk yang dilihat Andin untuk terakhir kalinya. "Serius kamu mau duduk di situ? Itukan sangat paling pojok dan tulisan dosen maupun ucapan dosen tidak begitu jelas, nanti malah di tengah jampelajaran, kamu tidur," Ucap Andin. "Ah tidak masalah," Tangan Prabu memukul ke udara. "Tapi, memang ada syaratnya sih kalau kamu beneran mau menggantikan posisi duduknya di depan sana," Kata Prabu. Andien pun menghela nafasnya karena mengetahui ada udang Dibalik Batu dari Prabu yang telah menawarkan kursi di paling depan. Akan tetapi Andien berusaha positive thinking dengan apa rencana Prabu, "Apa syaratnya? Dan jangan yang aneh-aneh ya dan kalau bisa aku menyanggupinya," Ujar Andin. Prabu tersenyum tipis, satu rencananya kali ini berhasil tanpa ada gangguan lain seperti gangguan Tisya yang beberapa kali menggagalkan rencananya. Prabu ingin rencana kali ini tidak hanya berhasil di awal saja, melainkan diakhir pun membuahkan hasil yang manis. "Gini, syaratnya sangat gampang kok dan kamu pasti bisa menjalankannya. Aku mau kamu mengajari aku kembali soal materi hari ini. Ya kamu tahu lah bahwa otak aku ini tidak secerdas kamu, dan butuh asupan lebih untuk menangkap pelajaran hari ini, gimana?" Prabu pun mulai memaparkan syaratnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN