Janjinya Firman Ditepati

1099 Kata
Greyzia menundukkan kepala. Sebuah doa ia panjatkan untuk mengakhiri kegiatan pembacaan renungan harian sekaligus doa paginya. "Ya, Tuhan, di hari terakhir 2023 ini, aku benar-benar memuliakan Engkau. Betapa agung nama Engkau yang sampai detik ini masih coba menjangkau aku dan umat manusia lainnya yang berdosa, sehingga kami semua bisa diselamatkan. Terima kasih atas pemeliharaan kehidupan aku. Aku bersyukur atas banyaknya berkat Tuhan yang masuk ke dalam hidupku hingga 31 Desember 2023. Sungguh terpujilah nama Engkau, Tuhan yang agung, mulia, sampai selama-lamanya. Aku sangat memuliakan Allah di atas segala-galanya. Amin." Selesai sudah pembacaan kitab suci yang diambil dari Mazmur 104. Tema bacaan tadi adalah "Seluruh ciptaan memuji nama Tuhan". Greyzia melongok ke arah anjingnya, Cinderella, yang masih tertidur. Jelas anjing Poodle itu masih tertidur. Jam juga masih sekitar pukul tiga subuh. Bahkan belum terdengar suara azan. Greyzia tersenyum dan berkata, "Tidur yang nyenyak, Cinderella." Kembali Greyzia mengambil buku renungan harian dan Alkitab. Bacaan kitab suci hari ini ia buka lagi. Kali ini, ada hasrat tersendiri untuk membacanya tidak dalam hati, walau tidak juga bersuara lantang. Suara Greyzia saat membacakan ayat demi ayat itu seperti sedang berbisik saja. "Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allah-ku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena Tuhan." Greyzia tertegun membaca apa yang ia baca di tanggal terakhir di 2023 ini. Di saat seperti itu, ponselnya berdering. Ada sebuah pesan hinggap di ponselnya di jam-jam subuh seperti ini. "Kita patut bersyukur kepada Allah sebab kita adalah domba-domba yang dipelihara Allah dengan cukup baik. Bahkan kita telah dipersatukan dengan umat Allah lainnya sehingga kita semua menjadi satu kawanan domba milik kerajaan sorga. Tak ayal, kita patut menghayati dalam keseharian kita apa yang sudah dilakukan oleh Allah hingga detik ini. Mari kita memperlihatkan berita kabar baik ini kepada orang-orang di sekitar kita. Saya mengucapkan selamat hari natal 2023 dan tahun baru 2024 Sekiranya damai sejahtera dari sorga selalu menyertai kita semua." Greyzia mengikik saat membaca pesan Firman yang masuk ke dalam akun w******p miliknya. Tidak hanya geli, perempuan itu juga terkagum-kagum dengan kemampuan olah kata laki-laki Batak yang belum lama ia kenal. Sepertinya tidak disangkal lagi, ia akhirnya mengakui diri ini telah jatuh cinta dengan Firman. Malu-malu ia mengakui perasaannya tersebut. Buku renungan itu ia tutup dulu. Greyzia mengambil ponsel dan melihat-lihat foto-foto Firman yang ia ambil secara rahasia. Sejak ibadah Natal kemarin, ia beberapa kali mengadakan pertemuan dengan Firman. Firman menjanjikan akan mengajari Greyzia cara membuat tulisan, walau sebetulnya bukan Firman yang mengajari. Temannya Firman yang mengajari Greyzia cara membuat tulisan, khususnya tulisan yang akan dikirimkan ke buku-buku renungan harian Kristen. Firman hanya mempertemukan Greyzia dengan temannya tersebut. Sembari mengamat-amati foto-foto Firman, Greyzia cukup lama bergeming. Ada beberapa hal yang mengusik perempuan tersebut. Ia menghela napas cukup panjang. "Ya, Tuhan, apa ini namanya cinta? Benarkah yang aku alami ini cinta? Baru pertama kali juga aku jatuh cinta dengan lawan jenis aku. Selama ini, aku cuma anggap laki-laki yang aku temui itu sekadar teman." "Guk, guk," Sontak Greyzia kaget. Serta merta ia melongok ke arah bawah tempat tidur. Cinderella sudah bangun. Greyzia langsung berdiri dan mengambilkan Royal Canin untuk Cinderella. Cinderella segera makan dengan lahap. Aduh, manjanya anjing itu ke Greyzia. Seperti seorang anak berusia lima tahun yang ingin bermanja-manja ke ibu kandungnya. Sembari mengelus-elus bulu keriting Cinderella, Greyzia teringat masa kecilnya. ***** "Tuhan, aku bersyukur Engkau sungguh gembala yang baik, sehingga hidup aku pun tetap terpelihara dengan baik hingga detik ini. Bahkan, aku bersyukur Engkau sudah menebus dan menyertai kehidupan aku. Meskipun aku pikir tidak layak--" Firman menghentikan doanya. Sekonyong-konyong ia teringat kejadian beberapa hari lalu, yang sesudah Natal. Tempo lalu ia menepati janji kepada Greyzia untuk memperkenalkan perempuan itu ke salah seorang sahabatnya yang ia kira bisa mengajarkan Greyzia tentang cara menulis yang baik dan benar. Terlebih agar tulisan kita bisa dimuat di media. Adalah namanya Gideon, sahabat Firman yang tulisan-tulisannya acap terpampang di media-media, entah itu media rohani maupun non rohani. Pertemuan itu diadakan di foodcourt sebuah mal yang masih berlokasi di kota Jakarta. "Ini, nih, Zia," Firman mulai memperkenalkan sahabatnya kepada Greyzia. "sahabat aku itu. Kamu bisa tanya-tanya soal gimana bikin tulisan yang bagus ke Gideon ini." Greyzia menyodorkan tangan untuk berjabat tangan. "Greyzia Gunawan. Tapi, kalau susah disebut, panggil Zia juga nggak apa-apa." "Kalau manggil kamu Grace, nggak apa-apa?" ujar Gideon yang sepertinya bercanda. Seketika itu pula, ia segera meralat kata-katanya. Perutnya mulas melihat ekspresi Firman. Dalam hati ia membatin, 'Baru kali ini gue lihat si Firman senaksir ini sama cewek. Hebat, nih, cewek.' "Uhuk, uhuk," Sok sekali Firman. "Becanda, becanda. Lagian gue nggak mungkin rebut gebetan sahabat juga. Ya udah, duduk dulu." ujar Gideon membela diri. "Eh?" Greyzia mengernyitkan dahi. Apa maksud kata-kata 'gebetan' tadi? Apakah ia benar-benar ditaksir oleh Firman, sebab adiknya yang berkata seperti itu? Sebelumnya Greyzia sempat beranggapan perlakuan Firman itu karena memang laki-laki Batak itu orangnya ramah nan bersahabat. Tak tebersit di pikiran Greyzia, ia ditaksir Firman, yang lebih tua dari dirinya. "Eh, nggak apa-apa, kan, disuguhi kentang goreng?" tanya Gideon yang mempersilahkan Firman dan Greyzia untuk mencicipi pesanan yang sudah dipesan sebelum Firman dan Greyzia tiba. "Bentar, yah." Gideon membungkuk dan mengambil beberapa berkas dari dalam ransel. Berkas-berkas itu adalah tulisan-tulisannya yang pernah dimuat, lalu ia kliping. Salah satunya itu: ***** Tugas Kita adalah untuk Memelihara Ciptaan-Nya oleh: Gideon Pattinama Mazmur ini bukanlah tentang kalian dan saya. Mazmur ini tidak berbicara tentang manusia, tetapi tentang Allah dan alam ciptaan-Nya. Kapan terakhir kali kita semua menikmati keindahan dan semarak alam yang Allah ciptakan? Bagaimana caranya kalian memahami kebesaran Allah? Bagi banyak orang, kebesaran Allah di hari-hari ini dipahami dengan beragam cara. Ada yang memahaminya melalui suatu pemikiran teologis. Ada pula yang lebih emosional, yang melalui pengalaman-pengalaman bernuansa rohani yang menggerakkan perasaan. Masih ada cara lain pula untuk memahami kebesaran Allah, yaitu cara yang telah digunakan oleh manusia sejak zaman Adam dan Hawa, cara yang seringkali kita lupakan di tengah kesibukan kita sehari-hari. Yaitu, melalui alam yang Allah ciptakan. Mazmur 104 menggambarkan dengan indah bagaimana berbagai setiap ciptaan Tuhan menyatakan keagungan nama-Nya. Keindahan begitu dipadu-padankan teramat baik, sehingga seluruh dunia tetap terpelihara dengan baik. Begitu Tuhan amat memelihara seluruh ciptaan-Nya Makanya, ketika kalian merasa penat, selalu ingatlah bahwa Tuhan juga ingin memberikan kepada kita sebuah kelegaan. Bahkan Tuhan memberikan kepada kita tugas untuk berkarya, dan salah satunya adalah memelihara seluruh ciptaan-Nya. Alangkah baiknya, di setiap kesibukan kita, marilah kita menyediakan waktu untuk tugas yang Tuhan embankan kepada kita semua. Beristirahatlah sejenak untuk sekadar menikmati alam ciptaan Tuhan. Bersukacita di dalam keagungan dan semarak Tuhan. Pujilah nama Tuhan, sebab Dia yang begitu agung saja mau mengenal peduli kepada kita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN