?????
Part 7
⚘⚘⚘⚘⚘
"Halo bang Ronald, kapan pulang? Dinda kangen sama Abang," sapaku di telpon.
"Iya sayang, Abang udah mempercepat penyelesaian proyeknya dan besok pagi abang udah bisa pulang. Tunggu di rumah ya," balas Bang Ronald.
"Ya Bang. Oya, villa untuk Dinda udah jadi belum? " Tanyaku penasaran.
"Nah, Abang baru mau kasih tau. Villanya udah jadi, suratnya juga udah dibuatkan atas nama Dinda, besok Abang bawain," ujarnya.
"Ok, iya Bang. Aku tunggu kepulangan Abang besok," sahutku.
Aku mematikan telpon. Kemudian menuju samping rumah melihat Bik Nur dan Mang Narno yang sudah pulang dari pasar.
Aku memutuskan untuk membahas vidio CCTV besok sambil menunggu Bang Ronald datang. Ibu Bidan pun aku minta untuk datang besok sore saja.
Saat aku sedang duduk di kursi makan sambil melihat Bik Nur mengecek dan membereskan belanjaan, Sri keluar dari kamarnya dengan terburu-buru sambil menutup mulutnya dan muntah berkali-kali. Ku hampiri Sri di kamar mandi dekat dapur dan menegurnya.
"Aneh muntah terus ... kayak orang hamil aja," Aku berdiri tepat di belakangnya dan menegur seperti itu.
"Jangan nambahin pusing pikiranku Bu. Aku lagi sakit malah di sindir dipanas-panasin, Ibu nggak ada hati sama sekali," sahut Sri pelan dengan nada kesal.
"Banyak-banyak taubat kamu, Sri!" Balasku sewot sambil meninggalkannya sendirian.
Ku berjalan menuju ruang makan. Bik Nur menoleh ke arahku.
"Kenapa Bu?" Tanyanya penasaran.
"Itu Sri aneh muntah terus kayak orang hamil aja," ucapku ketus.
"Tapi kasihan dia. Pasti lemes banget karena udah beberapa hari nggak bisa makan," ujar Bik Nur yang mendadak merasa Iba dengan Sri.
"Lihat aja besok diperiksa sakit apa biar jelas semuanya," balasku.
***
Keesokan harinya.
Pukul 11:00 siang, terdengar suara mobil Bang Ronald masuk ke dalam garasi. Mang Narno tampak membantu Bang Ronald mengangkat koper dari bagasi mobilnya.
Aku mengendong si kembar dan menunggu suamiku di pintu samping. Ia terlihat buru-buru turun dari mobil kemudian menghampiriku. Aku segera menyalaminya, Bang Ronald pun langsung menciumku dan mencium kedua anaknya.
"Apa kabar istri Abang dan anak-anak Abang ini," sapanya tersenyum.
"Alhamdulillah baik dan semua sehat kok bang, yuk Bang masuk. Udah di buatin teh sama Bik Nur tuh," kami langsung masuk dan duduk di ruang tengah.
Bang Ronald langsung menyeruput teh sambil bercengkrama denganku, kemudian istirahat sebentar dan lanjut mandi setelah itu makan siang bersamaku dan ayah mertua.
Aku terus memperhatikan gerak gerik suamiku, sejak kedatangannya ia tak sekalipun menghampiri Sri bahkan ia sama sekali tak menanyakan Sri. Ia hanya fokus kepada istri dan anaknya saja.
Pukul 15:00 saat aku, suamiku, ayah mertua dan Mang Narno sedang mengobrol di teras belakang. Terdengar suara bel rumah berbunyi.
Ting tong!
Tak lama setelahnya Bik Nur menghampiriku, ternyata ia bersama Bidan Desi.
"Bu Dinda, ini ada Bidan Desi katanya tadi udah janjian ya, mau meriksa Sri," ujar Bik Nur.
Ayah mertua nampak heran sedangkan Mang Narno dan Bang Ronald langsung menatap kearah kami.
"Oh iya, ya udah yuk langsung aja kita ke kamar Sri, Bu bidan tolong periksa Sri, aku udah nggak sabar pengen tau sebenernya kenapa dia itu," balasku.
Aku beranjak dari tempat dudukku dan mengajak Bidan Desi untuk menghampiri Sri di kamarnya.
"Yuk Bu Bidan, kita langsung ke kamar Sri aja. Oh ya, Ayah, Bang Ronald dan Mang Narno tunggu di sini ya. Jangan ke mana-mana dulu, ada hal penting yang mau aku sampein," ucapku serius. Mereka semua hanya menatapku tanpa menjawab sepatah katapun.
Sesampainya kami di depan kamar Sri aku langsung memanggilnya.
“Sri! Buka pintunya,” teriaku dari balik pintu.
Beberapa kali aku mendengar suara Sri seperti muntah-muntah dari dalam kamarnya. Sesaat kemudian ia membuka pintu, wajahnya terlihat pucat dan ia hanya tertunduk pasrah saat melihat kami menghampirinya.
Aku langsung mempersilahkan Bidan Desi untuk langsung memeriksanya. Tak ada perlawanan dari Sri, mungkin karena ia begitu lemas tak berdaya maka ia hanya diam saja. Bu Bidan sudah mulai memeriksa mengecek suhu tubuh dan meraba bagian perut Sri.
“Mbak, sekarang pipis dulu ya dan di tampung di wadah kecil ini. Ayo saya anterin ke kamar mandi,” ucap Bu Bidan. Sri terlihat menuruti ajakan Bu Bidan. Bik Nur membantu mengantarkan Sri ke kamar mandi.
Aku sendiri di dalam kamar menunggu mereka. Saat mereka sudah keluar dari kamar, aku langsung memperhatikan sekeliling isi dalam kamar Sri dan mataku terfokus pada benda berupa buku diary, terdapat beberapa buku yang tercecer di samping bantal tempat tidur Sri. Aku langsung naik ke ranjangnya dan akan mengambil buku diary itu. Namun ketika akan meraihnya, Sri, Bu Bidan dan Bik Nur sudah kembali ke kamar. Terburu-buru aku asal saja mengambil buku tersebut dan aku hanya bisa meraih satu buku. Dengan cepat aku segera menyimpannya di dalam bajuku.
Bu Bidan terlihat sudah membawa wadah kecil berisi urine Sri, ia sibuk menyiapkan testpack dan akan mengecek urine Sri . Aku bergegas keluar dari kamar Sri menuju kamarku dan segera menyimpan buku diary kecil tersebut ke dalam lemari pakaian dibawah tumpukan bajuku. Kemudian aku langsung kembali ke kamar Sri.
Aku melihat Bu Bidan berdiri tepat di pintu kamar Sri, melihatku yang menghampirinya ia langsung berucap dengan pelan.
“Bu Dinda, testpacknya strip dua, Sri positif hamil,” ungkap Bidan Desi.
Jantungku seketika berdegub hebat. Meski aku sudah yakin sebelumnya. Namun mendengar pernyataan Bidan Desi tetap saja membuatku kaget, panik dan emosional. Tak terasa keringat di keningku bercucuran, aku merasa marah kesal jijik terhadap Sri. Rasanya ingin segera mengusirnya dan aku tak sabar mengumumkan hasil testpack ini semua laki-laki yang ada di rumah ini.
“Sri hamil berapa minggu, Bu Bidan?” tanyaku di luar kamar Sri.
“Kalau saya hitung dari HPHT Sri usia kandungannya sudah 5 minggu, tapi sebaiknya di USG saja supaya tahu perkembangan janinnya dan usia pastinya,” ujar Bidan Desi.
“Bu Bidan, kasih Sri vitamin buat janinnya. Testpacknya biar aku bawa,” aku mengambil testpack dari Bidan Desi. Setelah itu kami kembali masuk ke kamar Sri. Sri terlihat memejamkan matanya dan memiringkan badan memeluk guling. Bik Nur terlihat memijat kaki Sri, melihatnya membuat aku jadi kesal juga dengan Bik Nur. Mungkin Bik Nur merasa iba dengan Sri. Aku dan Bidan Desi belum memberitahu Sri dan Bik Nur bahwasannya Sri hamil.
“Ini obat mual dan Vitamin asam folat untuk di minum Sri, kalau bisa rajin minum s**u hamil dan makan makanan yang bergizi ya Sri,” saran Bidan Desi.
Sri nampak mengangguk pelan, tanpa merubah posisi tubuhnya.
Setelah itu Bidan Desi pamit. Aku mengantarkan hingga depan teras rumah. Setelah itu aku langsung menghampiri suami, mertua dan Mang Narno yang sedang berada di teras belakang.
Kulihat mereka hanya duduk diam tanpa mengobrol, seolah-olah paham kalau sedang ada yang tidak beres di rumah ini. Aku langsung saja menunjukkan hasil testpack kepada mereka semua.
“Coba kalian lihat ini! Ternyata dugaanku sejak awal benar! Di rumah ini ada p*****r dan sekarang sedang hamil tanpa suami!” Aku berbicara dengan penuh emosi.
Wajah mereka bertiga seketika memerah dan tak bisa menjawab ucapanku.
“Coba dipikir ya! Pembantu kita yang namanya Sri! hidup di sini, tinggal di sini udah dua bulan, sekarang tiba-tiba hamil 5 minggu! Siapa yang hamilin Sri! Di rumah ini hanya ada tiga orang laki-laki! Semoga yang udah ngehamilin Sri, yang udah berbuat segera ngakuin! Sebelum aku minta bantuan Polisi buat menyelidiki,” teriakku lantang. Walaupun aku sudah memiliki bukti kuat, namun aku ingin mengetes mereka semua. Siapa tau dengan cara ini aku bisa mendapatkan info baru.
Suamiku seketika langsung berdiri dan menenangkanku.
“Sayang udah ngomongnya santai dan pelan-pelan aja. Yuk duduk dulu,” ucap Suamiku. Ia meminta aku untuk duduk di dekatnya. Ia terus menerus mengusap punggungku untuk menenangkan perasaanku. Namun aku tak menurutinya.
“Udah, biarin Dinda berdiri aja. Sekarang kalian tunggu di sini. Aku mau panggil Sri, biar dia suruh jujur ngakuin siapa yang ngehamilin!” Dengan langkah cepat aku menghampiri Sri di kamarnya. Ku lihat Bik Nur masih memijat Sri.
“Sri sini ikut aku! Bik Nur ajak Sri ke teras belakang, cepat ya!” Tanpa basa basi aku meminta semua berkumpul di teras belakang. Bik Nur langsung menemani Sri ke teras belakang.
Sekarang semua sudah berkumpul. Aku kembali membahasnya.
“Sri! Lihat ini testpack garis dua. Kamu positif hamil sebulan lebih. Gila kelakuan kamu ya! Sekarang aku tanya! Siapa yang udah hamilin kamu! Jawab jujur!” Bentakku keras. Hingga membuat semuanya terdiam ketakutan. Sri terlihat menangis sesenggukan.
“Jawab jujur Sri! Atau aku usir kamu sekarang juga! Aku keluarin baju kamu semua dan usir kamu!” Ancamku terhadap Sri.
“Dinda, bicaralah yang tenang supaya masalah ini selesai. Jangan dengan emosi sayang,” tegur Bang Ronald kembali.
“Diam kamu Bang! Jangan-jangan Abang yang udah ngehamilin Sri! Iya! Ngaku Bang!” Dengan emosi aku memukul-mukul d**a suamiku. Ia langsung meraih kedua tanganku agar berhenti memukulinya.
“Dinda apa maksud kamu, nuduh begitu! Dosa kamu sama suami. Suami udah kerja susah payah banting tulang, semua maumu Abang penuhi, tapi sedikitpun kamu nggak menghargai nggak ada kepercayaan sama suami dan asal nuduh aja!” ucap Bang Ronald emosi.
“Masalahnya Abang dari awal aku udah keberatan melihara Sri di rumah ini. Tapi Abang ngebela Sri terus! Terus Dinda juga pernah cium wangi parfum Sri di kamar yang di pakai Abang sebelum kita punya babysitter. Banyak hal aneh setelah Sri tinggal dan kerja di sini! Aku juga punya bukti Bang! Jujur aja siapa yang udah hamili Sri! Jujur sebelum aku panggil Polisi!” Ancamku lagi.
“Udah udah! Aku mau jujur. Aku di hamili sama Mang Narno! Puas kamu Bu Dinda! Jangan takut, suamimu nggak aku ambil nggak aku rebut,” ungkap Sri mengakui.
Aku terdiam sesaat. Menarik nafas dalam-dalam.
“Tuh denger ucapan Sri barusan! Mang Narno kan yang berbuat! Kamu malah asal nuduh suamimu sendiri. Padahal Mang Narno yang ngehamilin Sri! Sekarang denger ya Dinda. Abang murka sama Dinda. Sebagai teguran dari Abang karena ucapan lancang kamu tadi. Semua aset dan tabungan Abang blokir Abang ambil lagi. Biar kedepannya kamu hati-hati sebelum berkata. Makanya walau sedang emosi tetep harus tenang kalau bicara. Biar nggak nyakitin hati orang lain,” ucap Bang Ronald padaku.
“Iya Istrimu kok berani-beraninya nuduh suaminya sendiri. Nggak punya sopan santun. Kamu Ronald sebagai suami udah seperti nggak ada harga diri. Di tuduh di depan banyak orang begini,” imbuh Ayah mertua emosi.
Aku berusaha menenangkan perasaanku meskipun Bang Ronald dan Ayah mertua marah terhadapku. Aku kembali mengumpulkan kekuatan untuk kembali berbicara.
“Terserah kamu Bang, kalau itu maumu silahkan ambil aja,” ucapku pada suamiku tanpa penyesalan sedikitpun.
“Wajar Ayah, kalau aku nuduh, karena selama ini Bang Ronald selalu membela Sri,” Aku menjawab ucapan Ayah mertua tanpa menghiraukan raut wajahnya yang terlihat sinis menatapku.
“Lain kali jangan asal tuduh, Untung Abang masih punya stock sabar,” sahut suamiku.
Aku tak menghiraukan ucapan Bang Ronald, aku tak gentar walau ia sudah berkata sedemikian rupa hingga mengancam akan mencabut semua pemberiannya. Aku memang tipe wanita yang tidak mudah tersinggung dan tidak terlalu memikirkan ucapan orang walaupun itu menyakitkan hatiku. Aku tak mau menambah beban di pikiran dan perasaanku. Aku yakin selalu ada buah manis dari ketabahan kesabaran dan segala perbuatan buruk pasti ada balasannya sendiri. Terserah jika Bang Ronald bicara seperti itu. Aku akan berusaha menghadapi segala rintangan seberat apapun nantinya. Aku rasa sangat perlu mengertak suamiku seperti tadi. dengan begitu aku bisa menilainya lebih jauh dan lebih dalam lagi.
Aku menghampiri Mang Narno yang duduk tertunduk di pojok teras. Aku bungkukkan badanku dan berbicara tegas pada Mang Narno tepat di depan wajahnya.
“Mang, bener kamu yang ngehamilih Sri?” tanyaku pelan dan tegas.
Mang Narno menatap wajahku sekilas kemudian menunduk kembali dan menjawab pertanyaanku dengan sangat gugup.
“I-ya Bu, aku yang udah ngehamilin Sri,” jawabnya pelan.
“Berarti Mang Narno harus bertanggung jawab. Malam ini panggil penghulu dan kalian berdua harus nikah. Sanggup kan Mang?” tanyaku lagi.
“I-ya Bu aku sanggup. Ya udah malam ini juga kami dinikahkan, Bu,” Mang Narno menurut dengan ucapanku.
“Ok, malam ini kita datengin penghulu dan aku harap besok Mang Narno udah bawa Sri pindah dari rumah ini. Mulai sekarang kalian berdua saya berhentikan, jangan kerja di sini lagi. Sri biar tinggal di rumah Mang Narno. Hari ini kemasin barang-barang kamu semua. Setelah kalian sah nikah besok pagi keluar dari rumah ini,” pungkasku pada Mang Narno dan Sri.
“Bu, tapi gimana aku nafkahin Sri kalau kami berdua sama-sama di pecat, apalagi Sri lagi hamil butuh asupan yang baik. Kalau aku nggak kerja gimana nasib kami berdua dan anak yang di kandung,” ujar Mang Narno.
“Ya itu urusan kalian berdua. Kan masih bisa cari kerjaan di tempat lain. Aku udah nggak mau tau lagi urusan kalian berdua,” balasku.
“Dinda jangan kejam-kejam sama orang yang lemah. Kasihan mereka berdua. Walaupun mereka berdua salah tapi kita nggak berhak menghakimi mereka. Biarlah Mang Narno kerja di sini. Sri istirahat dulu. Kalau sudah melahirkan kalau mau kerja lagi nggak apa-apa,” sahut Bang Ronald.
“Nggak sudi aku Bang! Cukup sekali melihara orang macam mereka. Aku nggak mau kecolongan dua kali. Masih banyak pembantu baik di luaran sana. Aku mau cari pembantu yang sopan, kalau bisa yang ibu-ibu seperti Bik Nur. Supaya hatiku tenang terus. Biar aku yang cari sendiri. Aku udah trauma kalau di carikan sama Abang,” ucapku pada Bang Ronald.
Mereka semua terlihat hanya diam. Karena Sri dan Mang Narno sudah sama-sama mengakui perbuatan mereka. Aku urungkan untuk menunjukkan bukti rekaman CCTV pada mereka karena rekaman CCTV sudah sesuai dengan pengakuan mereka berdua. di vidio rekaman CCTV memang terekam aktifitas dewasa yang dilakukan oleh Mang Narno dan Sri. Mungkin sejak pertama kali Sri kerja di sini mereka berdua sering melakukan hubungan intim hingga akhirnya aku memasang CCTV di dalam kamar Sri dan mereka berdua terekam jelas sedang melakukan hubungan dewasa. Aku tak mau Bang Ronald tahu kalau aku memasang CCTV di setiap ruang. Toh mereka berdua sudah mengakui dan Mang Narno juga mau bertanggung jawab. Aku akan menyimpan bukti-bukti itu jika di butuhkan kedepannya. Aku melanjutkan ucapanku.
“Ya udah Sri silahkan kemasi barang-barangmu. Mang Narno bantuin calon istrimu itu kemas-kemas pakaiannya. Aku mau panggil penghulu dulu,” Aku langsung meninggalkan mereka semua.
Aku bergegas masuk kekamar untuk melihat kedua anakku. Aku juga menelpon pak penghulu untuk datang ke rumah malam ini.
Tepat saat pukul 20:00 pak penghulu tiba di rumah kami. Tidak butuh waktu lama akhirnya Mang Narno dan Sri resmi menjadi sepasang suami istri di depan penghulu dan para saksi.
Setelah acara selesai, aku masuk ke dalam kamar. Sejak kejadian tadi sore, Bang Ronald sama sekali tak mau menegurku. Sepertinya dia amat sangat marah terhadapku. Ayah mertua pun tak mau menyapaku. Namun aku tak mau ambil pusing. Malam ini juga Bang Ronald tak mau tidur bersamaku dan anak-anaknya. Ia memilih tidur di kamar satunya bersama dengan Ayah mertua.
Aku hanya bertiga di kamar bersama si kembar. Aku memilih mengunci pintu kamar dari dalam. Kemudian mengambil buku diary milik Sri yang sengaja disembunyikan di bawah tumpukan baju. Aku sangat penasaran untuk segera membaca tulisan di dalamnya.
⚘⚘⚘⚘⚘
⚘⚘⚘⚘⚘
(n****+ ini viral di 5 aplikasi dan masuk top 1 di 5 aplikasi hingga detik ini, best seller pertama, rekor n****+ terbanyak dibaca di aplikasi menulis besar. n****+ ini terdapat 6 season dan bisa lebih dari 500 bab... bahkan hingga detik ini season 6 di aplikasi lain novelnya tetap laris, top 1 dan banyak penggemarnya... jika kakak ingin bisa terus membaca n****+ ini, mulai sekarang ikutin akun aku efbe, IGe YouTb atas nama Ashya Khoir aku akan beritahu infonya biar kakak bisa lanjut baca gratis hingga ending.
15 bulan sudah n****+ ini tercipta, sudah banyak pembaca militan yang rela mengeluarkan dana hingga jutaan rupiah perorang demi bisa lanjut baca hingga detik ini season 6, sebanyak ratusan bab... tanpa ada rasa bosan.
Langsung bukan IGe ikutin IGe aku yaaa... keberhasilan n****+ ini karena author berkomitment menyajikan kisah dan alur yang out of the box, tidak pasaran dan banyak plot twist, tidak akan ketebak hingga ending. Mari ikuti semua akun author "Ashya Khoir" kakak akan dapat info n****+ gratis hingga tamat.
salam sayang, salam kenal, semoga kita bisa selalu dekat dan menyapa.
Aku tunggu kalian datang ❤️
Seru ya biar author semangat up, bantu follow akun author Ashya Khoir, like dan komen jangan lupa kasih love ya kakak sayang ?? ini ceritanya sangat seru... dengan alur out of the box, nggak akan ketebak selanjutnya... jadi ikutin terus ya kk, salam kenal dan salam saya semua ♥️