Mendapatkan Bukti

1527 Kata
????? Part 6 ⚘⚘⚘⚘⚘ Dua minggu kemudian. Aku tak pernah lupa untuk selalu mengecek rekaman CCTV dua minggu ini, namun sama sekali tidak menemukan hal aneh dan mencurigakan yang terjadi di rumahku. Bahkan semua terlihat normal-normal saja. Tak ada hal mencurigakan dari pembantuku Sri, Bapak mertua dan lainnya. Selama dua minggu, sejak suamiku keluar kota, aku sama sekali tak menegur Sri, aku selalu meminta Bik Nur sebagai perantara menyuruh-nyuruh Sri. Akhir-akhir ini Sri juga nampak pendiam, menurut tapi juga terlihat seperti orang yang tak ada semangat wajahnya selalu murung. Siang hari saat aku sedang di dalam kamar menimang cela dan celo. Bik Nur terlihat masuk ke dalam kamarku dengan membawa cemilan semangkuk bubur kacang hijau yang selesai di buatnya. "Bu Dinda ini makan bubur kacang hijau dulu, biar bagus Asinya," tawarnya padaku. "Oh iya Bik,makasih ya. Sri lagi apa di belakang. Tolong suruh Sri ngosek WC kamar ini Bik, lantainya licin," pintaku. " Biar Bibik aja Bu. Sri katanya lagi sakit. Habis masak sarapan tadi langsung masuk kamar tidur, katanya demam, sakit perut, lemas, beberapa kali muntah," ungkap Bik Nur. Degh! Benakku seketika berfikir yang tidak-tidak. Mendengar ciri-ciri yang di sebutkan Bik Nur membuat aku berfikir aneh-aneh terhadap Sri. Aku langsung mengira bahwa ciri-cirinya seperti orang hamil muda. Apalagi selama sebulan lebih aku curiga terhadapnya, secara jelas aku juga memergoki Sri berhubungan badan dengan laki-laki misterius yang masih belum terjawab teka tekinya hingga sekarang. "Bik, sejak kapan Sri mengeluh sakit? Coba Bik Nur temenin Sri ke bidan dulu buat periksa sakitnya. Nanti diantar mang Narno," pintaku pada Bik Nur. "Kalau kelihatan pucet wajahnya sejak beberapa hari lalu, cuma hari ini muntah-muntah demam dan nggak kuat bangun. Ya udah sore ini Bibik temenin Sri ke bidan," balas Bik Nur. Dengan perasaan gundah meyelimuti hati. Aku bergegas keluar kamarku untuk menemui Sri di kamar pembantu. Sampai di depan pintu kamarnya aku langsung mencoba membuka namun ia kunci dari dalam. “Sri, Sri buka pintunya,” panggilku dari luar kamarnya. “Iya,” terdengar jawaban pelan dari dalam kamar Sri. Tak berselang lama ia membukakan pintu dan aku langsung masuk ke dalam, kulihat Sri tampak pucat dan ia segera duduk di atas ranjangnya. “Kata Bik Nur kamu sakit, Mendingan sekarang kamu siap-siap aja, aku udah minta bik Nur nemenin kamu ke bidan,” ucapku. Sri terlihat berulang kali akan muntah namun ia tahan. Melihatnya seperti itu membuat perasaanku sangat was-was, entah aku merasa sangat yakin bahwasannya Sri sedang hamil muda. Karena melihat ciri-cirinya persis seperti wanita yang hamil muda. “Bu, aku cuma masuk angin, dari dulu aku setiap demam pasti mual dan lemas. Jadi nggak heran besok juga pasti sembuh. Aku nggak usah dibawa ke bidan,” jawab Sri. “Kenapa nggak mau, kalau kamu ke bidan sekarang, kamu bakal cepet sembuh dan nggak tersiksa lama-lama nahan sakit. Aku juga pengen kamu cepet bisa bantu beres-beres di rumah ini. WC kamarku aja udah licin harusnya kamu bersihin sekarang tapi kamu malah sakit. Udah deh kamu nurut aja sekarang siap-siap ke bidan di antar Bik Nur dan Mang Narno,” ujarku. “Bu, jangan maksa. Gini aja aku sekarang butuh istirahat, aku janji besok aku udah sembuh dan bisa beres-beres lagi. Kenapa sih Ibu kejam banget sama sesama perempuan. Orang sakit biarin istirahat Bu,” ucapnya pelan. Rasanya aku ingin berkata tegas dan keras kepadanya. Karena aku begitu bencinya dengan Sri rasanya sudah sulit dibendung lagi. Namun melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang sangat lemas. Aku urungkan niatku. “Ok, aku tunggu besok, kalau kamu besok masih kayak gini. Aku akan datengin bidan ke rumah ini dan langsung periksain kamu. Nggak perlu takut, mungkin kamu memang benar Cuma masuk angin, jadi ngapain harus panik nggak mau periksa. Kecuali kalau kamu ada apa-apanya... hem, makanya kalau mau berbuat apa-apa harus dipikirkan resikonya. Jangan sampai menyesal ujungnya,”ucapku didepan wajahnya sambil kemudian meninggalkannya. Sri tak bergeming sama sekali. Aku segera melangkah meninggalkannya keluar dari kamarnya. Kemudian terdengar suara pintu di tutup oleh Sri. Aku berniat kembali ke kamar, namun aku seperti mendengar ada tamu di ruang tamu. Aku coba mengintip benar saja ada tamu tiga orang bapak-bapak seperti orang penting, mungkin rekan bisnis Ayah Mertuaku dulu sebelum pensiun. Aku kembali masuk ke dalam kamar. Bik Nur tampak sedang menimang anakku. Namun sebentar izin kebelakang untuk minum. Beberapa menit kemudian Bik Nur kembali ke kamarku. Aku langsung mengajaknya ngobrol. “Bik, Sri nggak mau dibawa ke bidan. Dia maunya besok, sekarang masih pengen istirahat. Aneh sakit kok nggak mau cepet diobatin,” ceritaku pada Bik Nur. “Mungkin cuma masuk angin Bu, tunggu aja besok siapa tau sembuh,” balas Bik Nur. “Curiga aku Bik_” aku langsung menghentikan ucapanku karena keceplosan. “Ehem, ya udah besok lah kita lihat, kalau masih sakit aku langsung telpon bidan suruh dateng ke sini,” lanjutku. “Tadi maksudnya apa Bu, curiga kenapa? Mungkin dipikiran kita sama Bu, Waktu itu Bibik pernah negur Sri. Gara-gara nggak cepet-cepet nyuci baju malah mojok ngobrol berdua sama Narno. Sering banget berduaan sama Narno, kadang sambil nyetrika ngobrol sampai selesai nyetrika,” ujar Bik Nur. “Iya kah? Aku malah nggak pernah ngeliat mereka akrab begitu. Sejak kapan Bibik ngeliat mereka berdua akrab,” tanyaku heran. “Ya sejak Bibik kerja di sini. Sering ngelihat mereka berduaan,” ucap Bik Nur. Aku terdiam sejenak mencoba berpikir lagi. Heran saja mendengar pengakuan Bik Nur barusan yang sering melihat mang Narno berduaan dengan Sri, sedangkan aku diam-diam memasang CCTV tapi tak pernah menangkap kedekatan Mang Narno dengan Sri. Mereka sering berpapasan atau berdiri di dapur tapi dalam waktu yang singkat mungkin hanya bertanya atau menyapa sewajarnya. Apa jangan-jangan Sri diam-diam berkencan dengan mang Narno di tempat yang tidak di jangkau CCTV. Namun bisa jadi mereka diam-diam dekat apalagi Sri sering keluar bareng diantar mang Narno ke pasar atau berbelanja kebutuhan dapur. Tapi kalau di rumah ini aku sama sekali tak melihat kedekatan mereka berdua. Namun melihat Bik Nur yang lugu baik tidak mungkin ia mengada-ngada. Mungkin memang benar apa yang di katakan bik Nur barusan. ⚘⚘⚘⚘⚘ Pukul 16:00 sore hari saat si kecil sedang tidur. Aku keluar kamar dan melihat Ayah mertua sedang melamun duduk di teras belakang sambil melihat ikan hias didalam akuarium. Aku merasa ingin mendekatinya dan mengajaknya ngobrol. Aku langsung menyapanya. “Ayah, lagi apa,” Aku menyapa sambil duduk di kursi satunya. “Lagi santai-santai aja,” jawab Ayah mertua. “Tadi itu ada tamu ya yah, itu siapa kayaknya ngobrol serius,” tanyaku. “Oh, bukan apa-apa. Itu teman bisnis Ayah dulu,” balasnya singkat. Seketika aku pahami wajah mertuaku berubah seperti tidak nyaman menjawab pertanyaanku barusan. Aku tak mau memperpanjangnya karena itu juga bukan urusanku dan mengalihkan dengan obrolan yang lain. “Ayah aku buatin teh ya,” tawarku. “Yaudah buatin aja teh, tapi Sri memangnya kemana kok dari tadi Ayah nggak lihat. Apa pulang kampung,” tanya Ayah mertua. “Sri sakit, demam, mual nggak kuat bangun, di ajak ke bidan tapi nggak mau, aneh banget,”ucapku. “Sakit? Kalau nggak mau di ajak ke bidan beliin aja obat suruh Narno,” Wajah Ayah mertua nampak berbeda, justru makin terlihat tidak nyaman ketimbang sebelumnya. “Katanya besok aja ke bidan kalau masih belum sembuhm,” imbuhku, Ayah mertua tak menjawab lagi. Aku langsung saja berjalan kebelakang untuk membuatkan teh untuknya. ⚘⚘⚘⚘⚘ Keesokan harinya. Sri masih belum muncul dari kamarnya. Aku sementara tak menegurnya. Pagi-pagi sekali, aku menyuruh Mang Narno mengantarkan Bik Nur belanja ke pasar menggunakan motor. Ayah mertua pun terlihat terburu-buru membawa mobil keluar sejak pagi buta entah untuk urusan apa aku belum sempat menanyakannya ia sudah keburu pergi. Setelah sarapan roti aku masuk ke dalam kamar. Kulihat kedua buah hatiku sedang tidur pulas setelah mandi dan minum s**u. Selagi sepi di rumah aku ingin mengecek Rekaman CCTV seharian kemarin hingga pagi ini. Meskipun mungkin aku tak akan mendapatkan hasil apapun namun tidak mengapa. Aku juga ingin mengecek rekaman hari-hari sebelumnya siapa tau ada yang terlewat. Aku mulai fokus melihat hasil rekaman seharian kemarin, Saat bagian waktu dalam vidio rekaman sampai pada pukul 21 :30 malam aku seketika terkejut melihat dengan jelas dalam layar monitor tampak sosok laki-laki masuk ke dalam kamar Sri. Kemudian mereka berhubungan layaknya suami istri. Aku zoom mereka terlihat melakukan hubungan terlarang tanpa menggunakan pengaman. Mereka hanya sebentar melakukannya. Kemudian laki-laki itu keluar dari kamar Sri dan tidak tidur sekamar dengan Sri. “Ya Tuhan ....” aku seketika gemetaran, Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Badanku merinding, nafasku sesak. Aku tak menyangka. Rasanya ingin marah namun di sisi lain aku bersyukur cepat mengetahui cepat mendapatkan bukti. Aku mengutuk Sri dalam hati, parah sekali kelakuan Sri membuat aku muak dan jijik. Aku semakin yakin bahwa Sri saat ini sedang hamil muda. Apalagi aku sudah memiliki bukti skandal Sri. Aku segera mengambil Hp ku dan menelpon bidan untuk janjian datang ke rumahk untuk memeriksa Sri agar cepat ketahuan apa sebenarnya yang terjadi kepada Sri saat ini. Bidan akan datang siang nanti. Aku juga tidak sabar menunggu semua berkumpul di rumah ini. Akan aku umumkan bukti-bukti yang sudah aku dapatkan. Bang Ronald akan pulang satu minggu lagi. Aku akan memaksanya untuk pulang hari ini juga. ⚘⚘⚘⚘⚘
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN