Aroma.

1419 Kata
Malam bulan purnama ini, Paris hanya bisa menatap ke atas langit. Mata biru gelapnya mengawasi bintang yang menyebar dan membentuk pola yang indah. Ada sebuah tanda tanya besar yang melekat di hatinya. Hal itu berupa aroma bunga Sakura yang keluar dari tubuh kakaknya. Selama latihan, tidak ada yang menyadari jika Paris terlena pada aroma yang menguar dari tubuh Axton. Itu membuat ia sedikit mengendalikan dirinya ketika sedang kehilangan kesadaran. Dan aroma itu mampu membuatnya tau letak kekuatan yang bersembunyi tubuhnya selama ini. Paris mengingat-ingat kembali perasaan saat mencium aroma bunga Sakura, dan itu hampir sama ketika mencium aroma Vetri, mate yang pernah ia tolak. Ada rasa mabuk yang tidak bisa di tolak akibat kandungan feromon dalam aroma tadi. "Aku pasti sudah gila. " Paris menggelengkan kepalanya. "Semoga dia menemukan kebahagiaannya. " Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Sebuah doa tulus untuk seseorang yang ia sakiti dengan kejam. Sungguh dia malu pernah menyakiti gadis yang bahkan belum mencapai usia dewasa. Waktu telah membuatnya menyadari betapa b******n dirinya dulu. Kata b******n bahkan tidak cukup menggambarkan dirinya. Dan hanya penyesalan yang tersisa dari dirinya kini. "Paris, bagaimana kondisimu sekarang? " Peter datang menuju ke balkon di mana Paris berada, ia menempatkan dirinya bersandar di pembatas balkon. Di keheningan malam ini, suasana yang bagus untuk berbincang dengan Paris. Peter ingin mengatakan sesuatu pada Paris. "Sihir penyembuhan rakyat Omega kakakku luar biasa. Lukaku bahkan sembuh tanpa aku sadari. " "Kakakmu orang hebat. " "Aku tau, dan aku juga ingin menjadi sepertinya. " Itulah yang ingin dibicarakan Peter pada Paris. "Paris... Kau tidak perlu memaksakan diri untuk merebut kembali wilayah kita. Kekalahan itu bukan tanggung jawabmu sepenuhnya. Kau bukan satu-satunya Alpha dari pihak kita Paris. " Paris mengangkat alis dengan pendapat aneh yang baru saja Peter katakan. Tapi dia tau jika semua itu bentuk kekhawatiran Peter terhadapnya. "Aku menghabiskan lebih banyak waktu yang sia-sia untuk bersenang-senang dari pada Alpha lainnya Peter. Bahkan Alpha lainnya jadi ikut terinfeksi kebiasaan burukku sehingga mereka malas berlatih. " Peter tidak bisa menerima pendapat Paris. "Berhenti menyalahkan dirimu Paris. Itu pilihan mereka yang ikut bersenang-senang atau tidak. Mereka bukan anak kecil dan juga memiliki tanggung jawab yang sama. " "Peter... " "Menyerahlah Paris. Biarkan wilayah kita dan lupakan semuanya. Lebih baik kita memulai hidup baru di sini. " Pendapat ini adalah pendapat terbodoh yang pernah Paris dengar. Dia tidak ingin mendengarnya lagi. Dengan sedikit emosi, Paris memperingatkan Peter melalui pernyataan kecewa. "Tidak, kau bukan Peter yang selama ini aku kenal. Kau bukan temanku yang selama beberapa bulan ini bersamaku! " "Hentikan semua ini Paris. Aku tidak tahan melihatmu kesakitan karena latihan tanpa henti ini. " "Itu pilihanku Peter. Aku yang memilih ini. Jika aku menyerah maka berapa banyak lagi jenis Blackwolf yang diperbudak sepertimu dulu . " "Paris... " "Aku tidak ingin membiarkan pack Blackwolf mengalami kematian menyedihkan karena kekalahan kita. Tidak boleh ada lagi Peter. Tidak boleh ada bangsa kita yang mati dengan cara seperti itu. " Peter merasa emosional. Bayangan kematian warewolf yang tertangkap itu memang menyakitkan. Dia juga marah tapi dia tidak ingin ada lagi korban. Peter tidak ingin ada warewolf blackwolf yang mati, dia tidak sanggup kehilangan teman-temannya lagi. Akan tetapi apa yang dikatakan Paris benar. Pack Blackwolf yang berhasil lari mungkin saja dalam kondisi mengenaskan. Mereka bisa saja mengalami nasib yang sama dengan teman-temamnya yang tewas si tangan serigala abu-abu. Semua karena mereka berasal dari pack yang kalah pertempuran. Mau tidak mau akhirnya Peter mengalah. "Tapi berjanjilah kau tidak akan tewas, Paris. Berjanjilah kaum kita tidak ada yang mati di pertempuran itu. " Paris menepuk pundak Peter. "Aku bisa menjanjikannya jika mampu menguasai kekuatan yang muncul ketika aku lepas kendali. Aku harus bisa menguasainya, Peter. Dan itu tidak lama lagi. " Karena aroma bunga Sakura sudah membuatku menyadari letak kekuatanku. "Kau lepas kendali ketika kau marah. Berusahalah mengingat kenapa kau marah, alasan mengapa kau marah. " "Yah, aku juga sedang memikirkan hal itu. Dan itu tidak akan terjadi lagi. " Di balik tembok dan tirai yang membatasi balkon tempat perbincangan Paris dan Peter, ketiga teman mereka merenungkan apa yang mereka berdua bicarakan. Percakapan mereka berdua di dengar oleh Smith, Max dan Clay dengan jelas dan mengubah sudut pandang mereka tentang tanggung jawab. Mereka tau jika apa yang mereka berdua ucapkan itu bebar. Jadi mereka juga akan berlatih esok hari sama seperti Paris. Tanggung jawab memulihkan kehormatan Pack tidak hanya ada pada Paris. Mereka juga memiliki tanggung jawab itu. Kastil Utama Axton. "Perdagangan dengan bangsa manusia masih berjalan lancar. Tapi mereka berkali-kali ingin melihat pertambangan berlian kita. " Brian melaporkan hasil perdagangan berlian dari wilayah kekuasaan Axton dengan pengusaha berlian di dunia manusia. "Tolak dengan tegas, lalu jangan biarkan kaum kita ke kelap malam selain kelap milik kita. Para pengusaha itu adalah tikus yang setia dengan uang, tapi jika mereka melihat kesempatan---mereka tidak akan ragu memakan siapa pun meski itu adalah orang yang memberinya makan. " "Baik. " Rapat bisnis yang Axton jalankan dengan bangsa manusia selesai. Kepalanya ingin meledak karena marah dengan datangnya pegawainya untuk masalah yang berbeda-beda. Itu menyita waktu yang bisa ia habiskan untuk bercengkrama dengan Vetri. "Sudah, cukup untuk hari ini. Tahan semua urusan sampai esok hari. " "Baik. " Para pegawai yang berasal dari Omega dan Beta undur diri dari ruangan kerja. Axton melonjak senang ketika mereka begitu penurut hari ini. Dia pun melangkah tergopoh-gopoh menuju kamar untuk menemui angel -nya. Baginya Vetri adalah malaikat indah yang mengisi jiwanya dengan keindahan. Menghilangkan segala rasa sakit karena kehilangan Sandra. Tap. Tap. Kya hi hi. Akan tetapi, sebuah tawa menghentikan langkahnya. Axton tau benar suara tawa siapa yang berada di dalam kamar. Itu adalah suara bayinya yang berusia beberapa bulan. Makhluk kecil yang membuat Sandra menderita untuk melahirkannya dan meninggal. "Aku seharusnya tidak terus menghindari Excel. " Meski dia tau jika kematian Sandra bukan salah Excel, tapi melihat putranya itu, mengusik ingatan yang menyakitkan. Dia tidak tahan membayangkan jeritan Sandra ketika itu. "Aku tidak boleh terus menerus seperti ini. Bagaimanapun Excel adalah putraku. " Kreeet. Axton tau harus mengumpulkan keberanian agar kuat memasuki kamar Vetri. Dia harus tahan dengan serbuan ingatan detik-detik Sandra menghembuskan nafasnya. Hanya saja, Axton salah besar. Pemandangan Excel yang di gendong dan terlelap di pelukan Vetri sungguh sangat mengagumkan. Axton bahkan merasa jika seluruh tubuh Vetri bersinar lembut saat menidurkan putranya. Axton bahkan terpengkur beberapa saat sebelum bisa bergerak dari tempatnya berdiri menuju ke arah mereka. "Axton, lihatlah. Putramu sangat tampan seperti ibunya. " Jika sebelum bertemu dengan Vetri, kata-kata itu adalah tombol pemicu kemarahan Axton yang efektif. Dia akan mengamuk dan menghancurkan apapun di sekitarnya. Sangat berbeda jika Vetri yang mengatakannya. Axton bahkan merasakan rasa syukur karena Sandra meninggalkan kenangan yang mirip dirinya agar Axton tidak lagi kesepian. "Datanglah, Axton. Lihat betapa imut dirinya. " Bagaikan terhipnotis oleh ilusi, Axton menurut pada Vetri tanpa perlawanan. Matanya mulai memindai putranya yang bersurai gelap dan bergaris kecoklatan. Perpaduan dirinya dan Sandra. "Yah, dia sangat imut. Tapi malam ini tugasmu bukan untuk menemaninya. Tugasmu adalah berada di bawah tubuhku. " "Ssttth, Axton. Tidakkah kau ingin tidur di samping Acxel, merasakan kehadiran nyonya Sandra pada diri Excel? " "Tidak, belum saatnya, " jawab Axton muram. Axton pun memanggil pelayan yang bertugas merawat Excel. Vetri cemberut melihat tangannya tidak lagi memegang bayi lucu. Saat ini dia tidak menginginkan bayi besar yang datang dan dalam mode mendominasi. "Aku ingin wajah tersenyum. " Axton mulai mengintimidasi Vetri seolah shewolf itu mate-nya. Axton lupa jika Vetri hanyalah wanita pengganti Sandra dan paint killer. "Axton..." Bruk. "Kyaa! " Gadis itu terdorong ke ranjang. Tangan Axton masuk ke bibir Vetri. Dia ingin merasakan lembutnya mulut Vetri melalui indra perasanya. "Ngh..." "Bibir dan lidah ini hanya boleh meneriakkan namaku. " "Mulutnya ini, hanya boleh mendesah karenaku. Apa kau mengerti? " "Yah, yah... " Axton tidak pernah basa basi dalam bercinta. Dia keras, tegas dan nikmat. Vetri hanya bisa melengkungkan tubuhnya dalam menerima gairah Axton. Seluruh indra yang ia miliki tertutup kenikmatan yang Axton hadirkan melalui gairahnya. "Hahhh, Axton. " Tubuh Vetri bergetar namun tidak roboh. Menyerah tapi tidak ingin mengakhiri. Kegiatan percintaan yang seharusnya ia lakukan bersama mate-nya, justru dilakukan bersama pria lain karena ikrarnya. "Kau cantik Vetri...milikku... " ucap Axton saat pelepasannya. Dia menabrak Vetri dan nampak ingin bersatu dengan tubuh Vetri selamanya. Sprei yang kusut, keringat yang mengalir deras, nafas yang terengah adalah bukti bagaimana brutalnya Axton. Vetri yang menjadi obyek pembuktian keperkasaannya hanya bisa membungkus dirinya dengan selimut karena kelelahan. "Tidurlah... " Vetri mengangguk. Dia memang tidak memiliki kekuatan untuk bergerak. Sebagai seorang wanita yang berfungsi sebagai obyek seksual belaka, Vetri merasa tidak memiliki hak menolak Axton. Meski dia juga menikmati kegiatan panas itu, namun sering terbesit luka di hatinya. Vetri juga ingin dirinya tidak hanya sebagai pengganti belaka. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN