Perasaan tidak menyenangkan datang ke dalam diri Paris yang baru bangun dari pingsannya. Dia mendadak mengalami sebuah perasaan kehilangan yang besar dan tak berdasar, kebingunan karena ia tidak mampu memahami kehilangan seperti apa. Paris hanya memahami jika perasaan kehilangan yang muncul dipicu oleh aroma bunga yang menguar dari tubuh kakaknya.
Dalam kebingungannya, Paris memegang kepala lalu mengusapnya ke belakang.
"Ada apa denganku? " lirih Paris.
Perasaan apa ini? "
Tok. Tok.
"Paris, kau sudah sadar? " tanya Clay pada Paris yang mendudukkan diri di ranjang. Di belakangnya, seorang pelayan membawakan baskom air hangat. Dia meninggalkan kamar saat Clay menyuruhnya pergi.
"Baru saja, " jawab Paris. Dia mengambil handuk di dalam baskom dan mengusapkan pada wajah dan badannya.
Clay kemudian menyodorkan air minum pada Paris.
"Minumlah. "
"Terima kasih."
Paris menerima air dari Clay dan langsung meminumnya. Meski demikian pikirannya masih kebingungan akan perasaan kehilangan itu. Jadi ia bangkit dari ranjang untuk menemukan alasan jelas timbulnya perasaan itu.
Sret.
Clay terkejut karena Paris yang tiba-tiba berdiri.
"Paris? "
"Aku ingin jalan-jalan sejenak. " Paris berkata sambil mengganti bajunya. Ia merasa ada sesuatu yang menyuruhnya pergi dan mencari sesuatu sesuatu yang berhubungan dengan aroma bunga. Meski ia tidak tau apa yang harus ia cari, Paris tidak perduli.
"Hati-hatilah. Kurasa tubuhmu belum sanggup menangani kekuatan dasyatmu itu. Jangan sampai kau lepas kendali. "
"Kita pikirkan itu nanti. "
Paris pun keluar dari kastil. Kakinya terus melangkah tanpa arah seolah mengikuti insting. Semakin lama ia semakin menjauh dari kastil barat dan mulai mendekati kastil utama.
Dalam perjalanan sebuah suara menyapanya. "Paris, kau kah itu? "
Paris berhenti dan menoleh pada Sean, Alpha yang sempat menantangnya dulu.
"Sean? " sapa Paris.
"Wow, kau sekarang jauh berubah dari terakhir kali kita bertemu. Kau sekarang nampak... Well yah, lebih kuat."
"Aku masih merasa tidak layak mendapatkan pujian itu. "
"Tidak, kau layak mendapatkan pujianku,bahkan lebih. Karena instingku merasakannya. Kau bertambah kuat. Hampir sama dengan sosok dirimu yang lepas kendali. "
"Baiklah. Ucapanmu membuatku merasa lebih baik setelah di hajar kakakku habis-habisan waktu berlatih. "
"Ahahaha ada harga untuk setiap hal yang kita inginkan, Man. Ngomong-ngomong, kau hendak kemana? "
Paris terdiam. Namun dia tau jika Sean bisa membantunya.
"Apa kau tau pohon bunga Sakura yang mekar. Aku penasaran mengapa aroma itu sering muncul akhir-akhir ini. "
Sean terkekeh. "Tidak ada bunga itu di wilayah ini. Tapi mengenai aroma itu, hanya satu betina yang memilikinya. Dia adalah kekasih ketua. "
"Aku tau tentang hal itu, hanya saja aku tidak mengira jika aromanya begitu kuat."
"Gadis itu memang seperti peri seks."
Paris mendelik pada Sean karena hinaannya.
"Hei, tenang dulu. Bukan maksudku untuk menghinanya atau membencinya, bahkan kami mensyukuri kehadirannya. "
''Lalu? "
"Dia adalah satu-satunya wanita yang mampu menarik hati Alpha yang kehilangan Luna mate-nya. Daya tarik yang membangkitkan hasrat dari jiwa yang seolah mati. Kau tau sendiri jika kemampuan mengalihkan kesedihan dari Alpha yang ditinggalkan adalah suatu keajaiban. ''
Paris terdiam.
"Kau tau benar banyak Alpha yang bunuh diri jika Luna mate-nya meninggal."
Paris tetap terdiam. Dia menyadari hal itu dan rasa yang sama juga di alami oleh mate yang di reject. Yang terburuk, ia pernah melakukan hal itu pada mate-nya sendiri yang belum dewasa.
"Apa kakak akan bunuh diri sebelum bertemu dengannya? "
Sean mengajak Paris duduk di bawah pohon marple. Matanya menerawan mengingat hari di mana Axton hampir kehilangan kewarasan.
"Kami curiga dia akan melakukannya. Sebab, malam-malam setelah nyonya Sandra meninggal, ketua selalu menyakiti dirinya hingga terluka parah. Dan hari ke tujuh, ketua berlari seperti orang gila dengan kecepatan tinggi. Kami semua mati-matian mengejarnya karena dia kehilangan kendali. "
"Lalu? "
"Tapi tidak, kami tertegun saat ketua kembali dengan gadis di tagannya. Kurasa ketua berubah pikiran setelah membawa gadis yang pingsan di tangannya. Seperti terhipnotis, ketua bahkan tidak lagi mengingat kesedihannya. "
"Kau membuatku penasaran dengan gadis itu. "
"Lebih baik jangan. Dia seperti mimpi yang ingin kau miliki. Kami saja yang memiliki mate diam-diam mengaguminya. "
"Dia mungkin penyihir. "
"Tidak. Kau salah. Dia adalah jenis warewolf yang darahnya diberkati oleh Moon goddes. "
Paris menatap tak percaya Sean. "Jadi kau percaya pada legenda jika seorang warewolf menemukan gelang kesayangan Moon goddes sehingga memberinya keistimewaan pada dirinya dan keturunannya. "
"Kurasa kekasih ketua adalah bukti nyata mitos itu. "
"Bahkan kami tidak diijinkan ketua menyebut namanya. Ketua bahkan lebih terobsesi pada kekasihnya yang sekarang, dari pada nyonya Sandra sewaktu ia masih hidup. "
Paris kembali terdiam, kini dia tidak lagi menginginkan mencari sumber aroma manis yang terus menggodanya. Berkat Sean, dia tersadar jika mungkin saja aroma itu adalah milik kekasih kakaknya yang menghipnotis.
"Baiklah. Aku harus pergi berlatih sekarang. "
"Apa kau ingin mengukur kemampuanmu dengan sparing dengan ku?"
Paris menatap Sean dalam diam. Kemudian dia menyeringai senang "Tentu saja. "
Mereka pun, saling melepas kaos dan mulai bertanding. Kini pertandingan mereka tidak lagi dilakukan dengan perasaan benci atau marah, tapi murni saling mengukur kemampuan.
>
"Sepertinya tuan Paris mampu sudah mampu mengendalikan kemampuannya, dia sekarang terlihat sekuat besi. "
"Demi Moon goddes, dia terlihat tampan dengan kulitnya yang coklat. "
Vetri diam-diam mendengar gosip para pelayan di dapur. Dia pun menghampiri para pelayan itu dan bertanya pada mereka.
"Siapa yang kalian maksud? Sepertinya ada yang menarik perhatian kalian? "
"Ah bukan apa-apa. Hanya saja tuan Paris Blackwolf, adik ketua Axton sangat tampan."
Deg.
Senyum menghilang dari wajah Vetri. Kemudian bibirnya menyeringai kejam.
'Sudah saatnya kau mendapatkan balasan Paris, ' batin Vetri. 'Aku sudah menantikan hal ini.'
Vetri meninggalkan mereka berdua dan menuju sungai. Membuat Paris mencium aromanya adalah tujuannya duduk di sungai.
"Kakak! " Panggil salah seorang anak kecil.
"Ya, Sayang?"
"Kau mau memancing? "
Vetri tersenyum. Namun senyumnya mengisyaratkan amarah yang besar.
'Benar, aku memancing si b******k itu agar datang ke depanku. Aku ingin dia tau jika aku berhasil bertahan.'
"Iya, tapi aku tidak memiliki umpan. "
"Jika demikian, ambil ini. Ayo memancing bersama. "
"Tentu saja. "
>
Paris puas melatih dirinya dengan Sean. Sekarang dia mampu merasakan kekuatan yang tersembunyi itu. Paris pun melanjutkan rencananya untuk mencari tahu tentang Aroma yang selama ini mengganggunya.
"Aku harus pergi. "
"Yah, aku juga harus menemui penyihir Omega. Kekuatanmu memang meningkat dengan pesat. " Sean yang menderita beberapa pukulan meninggalkan Paris. Tubuhnya sudah sangat kesakitan.
Tbc.