Bab 32

1915 Kata
Manhataan, New York (US) Begitu sambungan telepon terputus, satu-satunya hal yang Alfred lakukan adalah duduk dengan diam sambil terus mengamati hujan salju yang semakin lebat. Udara dingin terasa membekukan tulang sehingga membuat Alfred kesulitan untuk bergerak. Seorang pria tua seusianya memang tidak bisa berhadapan dengan udara dingin. Alfred adalah seorang ayah yang penuh dengan kekurangan. Tidak bukan ayah yang sempurnya, bukan pria hebat yang bisa menghadiri setiap momen penting putrinya. Bahkan Alfred jauh lebih sering melewatkan momen penting Aurora.. Selama ini Aurora tidak dekat dengannya. Putrinya itu menjauh setelah perceraian Alfred dengan Abigail. Setiap malam Alfred selalu memikirkan Aurora, membayangkan bagaimana wajahnya ketika dia mulai bertumbuh menjadi seorang gadis remaja. Rambut pirang dan mata hijau pasti membuat Aurora menjadi seorang gadis cantik yang terkenal di sekolahnya. Aurora bukan hanya seorang gadis cantik, tapi dia juga seorang remaja yang cerdas. Putrinya tumbuh dengan baik di Colombus. Abigail adalah seorang wanita hebat yang pasti akan selalu memberikan hal terbaik untuk Aurora. Abigail mendukung setiap perkembangan Aurora, wanita itu menyediakan fasilitas yang baik untuk lingkungan pertumbuhan Aurora. Tidak ada hal yang tidak bisa diberikan oleh Abigail. Aurora hidup berkecukupan karena Abigail adalah seorang dokter hewan yang bekerja di klinik hewan ternama, gaji wanita itu pasti cukup besar sehingga mampu mencukupi segala kebutuhan Aurora. Tiga tahun lalu Abigail menikah dengan seorang pengusaha sukses di Ohio. Dalton juga seorang pria yang baik, dia menggantikan posisi Alfred dalam kehidupan Aurora sehingga putrinya itu kembali memiliki sosok ayah dalam hidupnya. Alfred menemui Aurora sebanyak tiga kali dalam lima tahun terakhir. Dia tidak bisa datang ke Ohio karena menghormati keinginan Abigail. Wanita itu tidak ingin bertemu dengannya, tidak ingin mendengar kabarnya, juga tidak ingin berada di tempat yang sama dengannya. Alfred ingat dengan jelas jika Abigail pernah mengembalikan uang yang ia kirim untuk biaya hidup Aurora. Saat itu Alista menghubunginya dan menyampaikan jika Abigail tidak ingin menerima uang dari Alfred dengan alasan apapun. Wanita itu mengatakan jika dia mampu membiayai Aurora tanpa bantuan dana darinya. Alfred menghormati keputusan Abigail, jadi dia tidak pernah mengirimkan uang kepada perempuan itu. Meskipun selama ini Alfred tidak mengirimkan uang kepada Aurora, bukan berarti dia melepaskan tanggung jawabnya begitu saja. Alfred bekerja keras, dia melupakan kehidupan pribadinya dan fokus bekerja untuk menghasilkan banyak uang. Satu tahun lalu Alfred berhasil membeli sebuah apartemen di kawasan Colombus berkat bantuan Alista. Rencananya Alfred akan mendaftarkan apartemen itu atas nama Aurora begitu putrinya sudah cukup umur. Aurora adalah seorang putri yang sangat baik, Alfred sadar jika dia tidak pantas untuk disebut sebagai ayah karena selama ini tidak pernah memprioritaskan Aurora dalam hidupnya. Tahun ini akan menjadi natal pertama bagi Aurora dan Alfred setelah lima tahun mereka terpisah. Alfred sudah merencanakan banyak hal untuk dilakukan di malam natal bersama dengan Aurora... tapi ternyata semua rencana itu gagal. Bahkan sekarang Alfred terjebak di New York yang dalam beberapa jam lagi akan menghadapi badai angin dingin. Alfred baru saja mendapatkan laporan dari Hugo jika permukaan samudra Atlantik membeku ketika dilalui oleh badai tersebut. Ini akan menjadi badai yang mengerikan, Alfred sendiri tidak yakin apakah akan ada jalan untuk bisa melalui badai ini. “Kau harus segera mendekati api unggun agar tidak menggigil kedinginan, Profesor Bernadius..” Kepala rumah sakit berjalan mendekati Alfred yang sedang berdiri di balik pintu kaca rumah sakit. Hujan salju semakin lebat, beberapa kali Alfred mendengar suara benturan akibat hujan es. “Itu bukan api unggun..” Alfred tersenyum pelan. Selain meminta Aurora untuk membuat perapian agar suhu tubuhnya tetap normal, Alfred juga melakukan hal yang sama di rumah sakit ini. Kepala rumah sakit memberikan Alfred akses untuk mengambil beberapa bahan bakar yang ada di laboratorium agar mereka bisa menyalakan api. Suhu udara yang semakin turun membuat semua orang mulai menggigil sehingga akhirnya mereka semua bekerja sama untuk membuat perapian. Alfred harap Aurora mendengarkannya dan melakukan apa yang ia katakan. “Kau seorang profesor yang hebat, kami beruntung karena kau datang ke sini..” Kata Kepala rumah sakit sambil memberikan air hangat untuk Alfred. “Semua orang juga pasti memikirkan hal yang sama sepertiku ketika sedang dalam keadaan seperti ini..” Alfred menjawab dengan tenang sebelum dia menyesap air hangat yang baru saja diberikan oleh kepala rumah sakit. Alfred merasa sangat cemas dengan keadaan Aurora. Entah apa yang sedang dilakukan oleh putrinya saat ini. Alfred sempat mendengar suara seorang pria di akhir panggilan beberapa menit yang lalu. Sejujurnya Alfred sangat ingin tahu siapa pria yang memanggil Aurora, tapi dia tidak memiliki waktu untuk bertanya. Aurora berada di gudang yang dingin, putrinya itu harus segera kembali ke ruangannya dengan cepat agar dia tidak kedinginan. “Kau seorang Profesor yang memiliki keyakinan penuh pada pemikiranmu, lalu kenapa kau meragukan putrimu sendiri?” Tanya kepada rumah sakit. “Putriku tidak pernah bepergian sendirian. Selama ini dia selalu bersama dengan ibunya.. Tapi sekarang dia sedang terjebak di Manhattan sendirian..” Kata Alfred. “Dia pasti baik-baik saja..” Alfred menganggukkan kepalanya. Aurora pasti baik-baik saja, putrinya itu harus ttap baik-baik saja karena Alfred tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Aurora. “Kau memiliki seorang putri?” Tanya Alfred. Sejak pertama kali bertemu dengan kepala rumah sakit, Alfred merasa jika pria itu adalah orang yang menyenangkan untuk diajak berbicara. “Ya, putriku sedang melanjutkan sekolah kedokteran di California.” Alfred menolehkan kepalanya dengan cukup terkejut. Beberapa jam yang lalu baru saja tersiar berita jika California sudah diratakan oleh badai es yang membuat seluruh lapisan daratan California membeku total. Belum ada tanda-tanda kehidupan di tempat itu, tapi beberapa kendaraan yang direncanakan akan melakukan evakuasi warga dari San Fransisco ke wilayah luar yang lebih aman ditemukan membeku di tengah jalan setelah gelombang dingin tersebut menyapu wilayah tersebut. Alfred sudah beberapa kali mencoba menghubungi kantor wakil presiden untuk menghentikan keputusan mereka dalam melakukan evakuasi. Di saat seperti ini, tidak ada yang bisa dilakukan selain tetap berlindung di dalam rumah sambil berusaha menaikkan suhu ruangan. Jika mereka nekat keluar dari rumah, gelombang angin dingin bisa datang kapan saja dan membuat kendaraan mereka mati karena membeku. Hal yang sama juga akan terjadi pada mereka.. “Dia belajar di University of California, Berkeley. Bukankah dia sangat hebat?” Kepala rumah sakit berbicara sambil tertawa. Alfred menganggukkan kepalanya. Berkeley sangat dekat dengan San Fransisco. *** “Hei, aku baik-baik saja..” Alfred berbicara dengan tenang. Terdengar suara isakan di seberang telepon. Sambil menghembuskan napasnya Alfred menutup matanya dengan pelan. Dia tidak tidur sejak kemarin malam, tubuhnya lelah, begitu juga dengan pikirannya. Alfred merasa sangat lelah.. “Charlotte, jangan menangis seperti ini. Aku merasa khawatir setiap kali kamu menangis..” Alfred kembali berbicara. Bukannya tenang, tapi Charlotte justru semakin menangis dengan keras. Selama mengenal Charlotte, Alfred tidak pernah mendengar tangisan wanita itu. Charlotte adalah wanita mandiri yang selalu bisa mengendalikan perasaannya, tapi kali ini wanita itu menunjukkan tangisannya kepada Alfred. “Aku sangat khawatir padamu..” Kata Charlotte dengan suara serak. Alfred tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Dia mengerti bagaimana perasaan Charlotte saat ini. Wanita itu sendiri di Washington, D.C. Sekalipun menurut penelitian Alfred, wilayah Washington, D.C tidak akan membeku seperti New York, tetap saja ada kemungkinan jika tempat itu juga akan terkena dampak dari badai angin dingin yang akan segera terjadi di New York. “Aku baik-baik saja. Aku sedang berada di sebuah rumah sakit, oleh sebab itu aku baru bisa menghubungimu. Ponselku tidak berfungsi karena sekarang aku sedang berada di New York..” Alfred mencoba untuk memberikan penjelasan serinci mungkin agar membuat Charlotte lebih tenang. “Pemerintah memberikan pengumuman mengenai evakuasi warga dari San Fransisco menuju ke wilayah yang lebih aman seperti Los Angeles dan sekitarnya..” Alfred sudah mendengar berita tersebut dari Hugo, tapi dia memilih untuk tetap mendengarkan penjelasan Charlotte. “Setelah badai itu datang, banyak ditemukan mobil yang membeku di tengah jalan. Satelit juga menangkap beberapa gambar mengenai orang-orang yang.... yang meninggal di tengah jalan..” “Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja..” “Aku percaya padamu. Tapi bagaimana dengan Aurora?” Alfred terdiam untuk beberapa saat. Dia sama sekali tidak mengira jika Charlotte akan mengkhawatirkan Aurora. “Pemerintah mengambil langkah yang salah. Aku tidak mengerti kenapa mereka terus menolak saranku padahal mereka sudah menerima konsep penelitianku. Bahkan badai angin dingin itu sudah terbukti benar.. tapi mereka tetap keras kepala seperti biasanya. Ini sudah di luar kendaliku, Charlotte.. tapi tenanglah, Aurora akan tetap baik-baik saja. Aku berhasil menghubunginya beberapa saat lalu..” Alfred menjawab dengan suara tenang agar kegelisahannya tidak mempengaruhi Charlotte. Ketika akan berangkat ke New York, Alfred sama sekali tidak berpamitan pada Charlotte. Alfred berangkat dari kantor sesaat setelah dia pulang dari rapat bersama dengan wakil presiden. Alfred tidak ingin Charlotte ikut ke New York di situasi seperti ini. Charlotte adalah wanita yang cukup keras kepala, Alfred tidak akan bisa menghentikannya jika dia memaksa ikut ne New York. “Pemerintah juga memberikan intruksi yang sama kepada warga di Manhattan. Apakah Aurora sudah kau beri tahu?” “Iya, aku sudah melarangnya untuk ikut. Dia sedang menunggu di hotelnya..” “Berapa lama kamu akan berada di rumah sakit itu? Tidak bisakah kamu datang menemui Aurora lebih dulu?” “Kau sangat perhatian padanya..” “Kau tidak tahu bagaimana rasanya sendirian di kota asing di tengah bencana alam. Aurora pasti sangat panik saat ini. Fakta bahwa dia sendirian sejak gempa itu terjadi membuatku tidak bisa tenang.. Saat itu kau ada bersamaku, kau langsung lari menemuiku dan memelukku hingga membuatku tenang. Tapi bagaimana dengan Aurora?” Alfred terdiam. Putrinya telah mengalami banyak hal buruk selama di New York, Alfred tidak akan membiarkan Aurora mengalami hal buruk lainnya. Begitu bada selesai dan mobilnya bisa kembali menyala, maka Alfred akan langsung menemui Aurora. “Hugo mengatakan jika badai akan terjadi selama lebih dari 20 menit. Di California badai bergerak dari lautan menuju ke darat dalam waktu 23 menit, kemungkinan besar New York juga akan mengalami hal yang sama. Satu jam setelah badai, jalan membeku dan tertutup oleh es, aku harus menunggu beberapa jam lagi untuk bisa mencairkan bensin mobilku..” “Berapa lama lagi kau akan membuatnya menunggu?” “Kuharap tidak lebih dari 4 jam..” “Kau pasti berhasil membawanya ke Washington, D.C, Alfred. Aku sangat yakin padamu..” Alfred tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Charlotte selalu tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. “Sekarang California mulai mengalami kenaikan suhu, pemerintah mengirimkan bantuan melalui transportasi udara. Ada lebih dari 20 helikopter yang dikerahkan untuk menemukan warga yang masih terjebak di dalam rumah mereka..” Alfred menarik napasnya dengan pelan. Pemerintah selalu melakukan tindakan tanpa pernah mau memikirkan akibat dari tindakan tersebut. “Seharusnya mereka tidak melakukan itu. Semua orang sedang cemas, mengirimkan helikopter ke sana hanya akan membuat orang-orang keluar dari rumah dengan berbondong-bondong. Kapasitas helikopter sangat terbatas, orang yang keluar dari rumah pasti akan langsung mengalami hipotermia.” “Cobalah untuk berbicara dengan mereka agar tidak ada kebijakan konyol seperti ini. Pemerintah menerima konsep penelitianmu mengenai terjadinya badai, tapi mereka sama sekali tidak mendengarkan saranmu..” Alfred mengendikkan bahunya dengan tenang. Ketika Alfred sedang berada di dalam ruangan rapat, ada banyak orang yang merendahkannya. Mereka berpikir jika Alfred sudah gila karena menyampaikan gagasan mengenai badai angin dingin, tapi lihatlah apa yang terjadi saat ini. San Fransisco benar-benar dilandai badai angin dingin. Setelah melihat apa yang terjadi di San Fransisco, kenapa pemerintah masih tetap mengabaikannya? Apakah mereka adalah sekumpulan orang bebal yang tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain? “Aku sudah melakukan tugasku, aku bukan dokter yang harus menyelamatkan nyawa orang lain. Saat ini putriku berada di Manhattan, dia jauh lebih membutuhkan aku dari pada pemerintah yang konyol itu”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN